Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Akrab disapa Fitri Oshin | Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024. Spesialisasi menulis kebijakan kesehatan. Bidang peminatan yang diampu meliputi Infectious disease, Health system, One Health, dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Jelajah Singkat Jakarta, dari Stasiun Gondangdia Sampai Es Krim Baltic

14 Mei 2016   12:51 Diperbarui: 14 Mei 2016   13:31 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Patung Pak Tani itu yang di dekat Stasiun Gondangdia..."

Kalimat yang diucapkan ayah belasan tahun silam terngiang di benak saya. Anda pasti tertawa saat mendengar saya belum pernah melewati Patung Pahlawan, yang akrab dikenal dengan Patung Pak Tani. Tinggal di Depok, Jakarta menjadi tempat 'mewah' dan 'langka' bagi saya.

'Mewah' karena berbagai pusat perbelanjaan elit, gedung-gedung pencakar langit, dan perusahaan-perusahaan bergengsi selalu terbayang di otak saya. Tak heran, saya begitu antusias tatkala kaki menjejak di Patung Pak Tani.

Patung Pak Tani
Patung Pak Tani
Anda boleh saja mengatakan saya itu 'orang norak yang baru pertama kali melihat kota Jakarta.' Berhubung lokasi kantor berada di sekitar Senayan, saya hanya tahu seputar Sudirman, Monuman Nasional (Monas), Kota, Blok M, dan Juanda. Tempat-tempat lain memang belum saya jelajahi.

Patung Pak Tani
Patung Pak Tani
Pertama kali menjejak Patung Pak Tani, mata saya tertuju dengan taman yang mengelilingi Patung Pak Tani. Bebungaan dan rerumputan hijau cukup membuat mata segar kembali. Meskipun panasnya sinar matahari tetap menerpa tubuh, setidaknya taman tersebut menjadi pengobat panas.

Langkah kaki kembali dilanjutkan menuju Musem Kebangkitan Nasional. Jalan di sepanjang Patung Pak Tani dimeriahkan dengan bendera-bendera berwarna merah. Entah bendera apa karena saya tidak membaca tulisan di benderanya. Panas matahari terhibur dengan obrolan ringan, canda tawa teman-teman Tau Dari Bogger (TDByang ikut wisata KRL.

Jepretan kamera DSLR dan ponsel kerap kali dilakukan teman-teman blogger. Rasanya seakan tidak mau kehilangan momen. Pose sambil berterik mesra dengan matahari memang asyik, terlebih lagi ramai-ramai dilakukan.

"Museum Kebangkitan Nasional sepi. Bahkan sepi banget. Harga tiket masuk murah. Hari libur biasa saja sepi…”

Terngiang kesan kerabat saya yang pernah mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional. Saat berkunjung dengan teman-teman blogger, suasana sepi luluh. Keriuhan terjadi di dalam, suara anak-anak berpakaian adat sambil menari menjadi pemandangan yang seru.

Selamat Datang di Museum Kebangkitan Nasional
Selamat Datang di Museum Kebangkitan Nasional
Menurut informasi, Museum Kebangkitan Nasional sedang dibuka gratis dalam rangka Hari Kartini. Kami hanya mengisi daftar pengunjung saja. Di depan Museum Kebangkitan Nasional berjejer jajanan makanan dan minuman. Parkiran juga terbilang cukup penuh.

Selamat Datang di Museum Kebangkitan Nasional
Selamat Datang di Museum Kebangkitan Nasional
Dari kejauhan, pedagang es krim diserbu pembeli. Teriknya panas sangat mendukung pengunjung mencari jajanan yang dingin dan segar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun