Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Akrab disapa Fitri Oshin | Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024. Lebih banyak menulis kebijakan kesehatan. Bidang peminatan yang diampu meliputi Infectious disease, Health system, One Health, dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bertanya Alamat Jalan, Waspadai Itu Modus Penjahat

25 Maret 2015   12:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:03 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14272720571652207627

[caption id="attachment_405279" align="aligncenter" width="580" caption="Ilustrasi, Petunjuk jalan (kfkkompas.com)"][/caption]

Malu bertanya sesat di jalan. Pribahasa yang tepat menggambarkan salah satu solusi bila kita terjebak dan ‘buta’ terhadap daerah yang asing. Kita pun dikejar waktu menuju tempat tujuan. Namun, apa yang terjadi ketulusan menanyakan alamat jalan disalahgunakan oleh penjahat?

Saat ini lingkungan tempat tinggal saya yang berada di bilangan Depok, Jawa Barat tengah tidak aman. Dua-tiga hari lalu berturut-turut terjadi peristiwa tindak kejahatan yang dialami warga sekitar. Pembobolan rumah, penjambretan, dan kemalingan bak bayang-bayang ‘teror’ yang tak kenal waktu.

Modus yang digunakan penjahat, di antaranya (pura-pura) bertanya alamat jalan. Seorang ibu pensiunan yang rumahnya hanya berbeda gang dengan rumah saya mengalami modus tersebut. Pagi hari ia berbelanja sayuran di depan rumahnya dari pedagang sayur keliling.

Selang beberapa menit kemudian, sebuah sepeda motor—dua orang—berhenti di dekat si ibu. Mereka bertanya alamat jalan. Entah sudah dijawab atau belum pertanyaannya, tiba-tiba dompet yang dipegang di tangan si ibu dijambret. Keduanya langsung tancap gas, berhasil kabur. Sejumlah uang, Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) berpindah tangan.

Teriak percuma saja, sulit sekali bila penjahat sudah kabur. Lain pula pengakuan seorang ibu yang ditodong senjata tajam, entah pistol, pisau atau sejenisnya. Modus penjahat serupa, bertanya alamat jalan. Si ibu sedang menyapu halaman rumahnya. Datanglah seseorang yang menanyakan alamat jalan.

Ketika mendekati orang tak dikenal itu, si ibu langsung ditodong senjata tajam. Si penjahat  menyuruh si ibu menyerahkan perhiasan berupa kalung yang melingkar di lehernya. Rasa ketakutan pasti menyelimuti si ibu, ia menyerahkan kalung kepada penjahat.

Dua tindak kejahatan di atas tidak melukai korban-korbannya. Para penjahat hanya mengambil barang berharga. Kita masih bersyukur dua nyawa tidak melayang. Sebab pemberitaan kriminalitas akhir-akhir ini begitu marak disertai pembunuhan terhadap korban.

Jaga jarak dan kepo

Menilik peristiwa di atas, tebersit dalam pikiran untuk menjaga jarak kepada orang tak dikenal yang menanyakan alamat jalan. Mungkin Anda akan bingung, berapa jarak minimal bila kita dihadapkan pada situasi itu? 5 meter atau 10 meter?

Jika Anda sebagai penanya yang sungguh-sungguh ingin menanyakan alamat jalan mungkin tidak akan mau menerima perlakuan mendapat jawaban ‘teriakan’ dari kejauhan. Saya membayangkan Anda pasti sedikit mempertanyakan,

Kok tidak sopan dijawab dengan suara keras. Semestinya, mendatangi lebih dekat. Itu baru sopan.”

Tidak terlalu mengacu secara tepat jarak, kita harus mengira-ngira jarak aman. Jangan terlalu dekat atau jauh dari si penanya. Ini akan menguntungkan pihak penjawab—orang yang ditanyai—untuk menganalisis situasi. Apakah si penanya termasuk ‘orang normal’ atau bukan (aka penjahat).

Tindakan preventif saat kita melihat si penanya melakukan tindakan mencurigakan atau memaksa untuk mendekat ke arahnya. Selain itu, ada baiknya kita  sedikit kepo—istilah yang populer di kalangan anak muda yang berartisok tahu/ingin tahu lebih dalam.

Dalam hal ini, kepo bukan berarti iseng atau mencampuri urusan orang lain. Tidak masalah sebagai penjawab, kita menanyakan siapa, dari mana, dan apa kepentingannya si penanya terkait alamat jalan yang ditanyakannya. Bagi yang belum terbiasa ditanya demikian mungkin berkomentar,

“Apa urusannya nanya-nanya? Hanya tanya arah jalan saja kok seperti diwawancarai.”

Respons yang wajar, tapi bisa dijawab singkat. Atau kalau kita sudah tahu, suatu saat tidak tahu arah jalan, lebih dulu memperkenalkan diri singkat kepada orang yang ditanyai. Kepo ini lebih ditujukan kepada orang yang ditanyai.

Tentunya, sebagai penanya terhindar dari kecurigaan orang lain sekaligus menunjukkan kita bukan penjahat. Suasana bisa lebih nyaman, kalau si penanya berhak bertanya alasan kenapa orang yang ditanyainya ingin tahu siapa dan apa kepentingan yang dituju. Dengan demikian, baik penanya dan penjawab alamat jalan tidak saling memandang curiga.

Sensitif situasi sekitar

Lingkungan tempat tinggal saya berupa perumnas bukan seperti di perumahan pada umumnya yang terdapat satpam jaga full time, pasang portal, pintu masuk-keluar satu arah, dan wajib lapor. Penjaga keamanan hanya bertugas malam sampai subuh pagi hari. Oleh karena itu, kemanan harus ditingkatkan oleh tiap warga.

Tingkatkan sensitif terhadap lingkungan sekitar. Kini, kita mesti waspada bila berada di dalam rumah sekalipun. Jangan lupa jaga jarak aman kalau ada orang yang tak dikenal mengetuk atau bertanya alamat jalan. Patut dicurigai orang yang memaksa kita mendekat ke arahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun