Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Akrab disapa Fitri Oshin. WHO Certificate of Achievement on Zoonotic disease-One Health, Antimicrobial resistance, Infodemic Management, Artificial Intelligence for Health, Health Emergency Response, etc. Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024. Bidang peminatan kebijakan kesehatan mencakup Infectious disease, Health system, One Health dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Es Krim Jamu, Sebuah Revolusi Jamu

4 Desember 2012   09:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:12 2486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_219635" align="aligncenter" width="640" caption="Bahan pembuatan es krim beras kencur dan es krim jamu beras kencur yang sudah jadi"][/caption]

Jamu sebagai salah satu aset budaya tradisional bangsa Indonesia dari tanah Jawa perlu mendapat perhatian. Catatan penting Prof Dr Edi Sedyawati (Guru Besar Arkeologi UI) mengemukakan kemahiran membuat jamu pada orang Jawa memperkaya khasanah budaya, terutama “Hak Atas Kekayaan Intelektual” sebagai pengetahuan tradisional. Hal ini menyangkut genetic resources, terkait bahan utama yang berasal dari tumbuhan.

Sebagian besar bahan ramuan jamu berasal dari tanaman yang tumbuh di tanah Jawa. Indikator geografis ini mendorong orang Jawa mengembangkan jamu sebagai produk budaya bangsa. Perkembangan jamu dalam ranah ekonomi dari jamu cair hingga berupa serbuk dan kapsul marak di pasaran.

Sayangnya, generasi muda kini kurang mengenal jamu, terutama jamu cair. Para penjaja jamu gendong semakin jarang terlihat, misalnya di wilayah perkotaan. Eksistensi jamu seakan redup digilas zaman ke-kini-an. Para orangtua semakin jarang mengenalkan anak-anak pada jamu.

Jauh berbeda bila beberapa tahun yang lalu, para penjaja jamu gendong masih sering terlihat. Geliat ekonomi mungkin menjadi penyebab penurunan dalam menjajakan jamu gendong. Kesan menikmati minum jamu gendong--jamu cair memerlukan suatu perubahan yang tidak dianggap sangat tradisionil.

Salah satu permasalahan inilah yang diangkat Keluarga Mahasiswa Sastra Jawa UI (KMSJ UI) dalam acara rutin tahunan Pekan Budaya Jawa 2012 pada 6-8 November 2012 di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Tema acara ‘Revitalisasi Budaya Jawa’ turut mengangkat kajian  “Jamu sebagai Aset Budaya untuk Bangsa”.

Kelahiran es krim jamu

Penyajian jamu cair dihadapkan pada realitas tantangan masa kini. Jamu dianggap sebagai obat yang ditakuti bagi anak-anak sehingga makin ditinggalkan untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, inovasi jamu melahirkan es krim jamu. Awalnya pembuatan es krim jamu ini dari sekadar iseng-iseng saja. Akhirnya, mampu digeluti serius dan menghasilkan rezeki.

Es krim jamu merupakan revolusi jamu dari jamu cair ke dalam bentuk es. Melalui penyajian es krim jamu diharapkan tidak lagi membuat anak-anak takut mengonsumsi jamu. Selain itu, kemunculan es krim jamu bisa menggugah para orangtua untuk lebih mengenalkan anak-anak pada jamu. Jamu pun dinikmati secara menyenangkan.

Jamu dalam bentuk es krim memberikan pengetahuan baru dan pengalaman unik kepada khalayak luas. Masyarakat diajak melestarikan aset budaya bangsa dengan membiasakan diri hidup minum jamu. Jamu sebagai hidangan eksklusif kepada keluarga, saudara maupun kerabat. Kini bisa dikonsumsi dalam bentuk es krim jamu.

Selain itu, kelak jamu bisa dipesan pada pesta-pesta, seperti di hotel. Budaya minum jamu kini bisa mendorong penanaman apotek hidup sehingga orang tertarik belajar mengenai tanaman untuk diolah menjadi beragam jamu.

Kreatifitas es krim jamu turut melahirkan peluang usaha mumpuni sebab pembuatannya secara manual, tidak memerlukan banyak energi.

Demo pembuatan es krim jamu

Cara pembuatan es krim jamu diperlihatkan oleh Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR), sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang kemasyarakatan. Es krim jamu yang dibuat dari beras kencur. Pemilihan beras kencur karena rasa dan warnanya yang khas. Pertama-tama, dibuat jamu cair dari beras kencur.

[caption id="attachment_219636" align="aligncenter" width="300" caption="Adonan es krim beras kencur dimasukkan ke dalam termos es"]

13546106731898031179
13546106731898031179
[/caption] Proses pembuatan beras kencur terbilang cukup lama. Setelah beras kencur cair jadi dilanjutkan membuat ke dalam bentuk es krim. Caranya, tinggal menambahkan bahan adonan es krim, yakni tepung tapioka dan tepung hongkoe. [caption id="attachment_219638" align="aligncenter" width="300" caption="Termos es puter diputar-putar agar jamu beras kencur cair mengeras menjadi bentuk es krim"]
13546119231722892889
13546119231722892889
[/caption] Adonan es krim yang sudah tercampur dengan beras kencur dimasukkan ke termos es puter.

Termos es puter kemudian ditaruh di panci dengan memasukkan es batu dan garam. Es batu yang dimasukkan memiliki ketentuan khusus, yaitu es batu yang benar-benar telah membeku kira-kira selama tiga hari.

Garam digunakan agar es batu tidak mudah mencair. Setelah itu, termos es diputar-putar. Untuk memutar termos es puter memerlukan tenaga besar. Semakin cepat putaran, maka adonan es krim semakin cepat mengeras.

Adonan es krim jamu beras kencur pun lama-lama mengeras dan menjadi es krim. Para penonton yang sebagian besar mahasiswa boleh mencicipi dan ikut menikmati es krim jamu beras kencur yang langsung jadi.

“Cara baru minum jamu ya lewat es krim jamu. Inovasi yang keren banget. Sensasi luar biasa, di mulut dingin, diperut anget. Bisa sehat dan tetap enak menikmatinya,” kata Amalia Fatwani, mahasiswa program studi Ilmu Perpustakaan UI, yang ikut menyaksikan demo pembuatan es krim jamu.

Kesan nikmatnya es krim jamu beras kencur juga diungkapkan oleh Ismi Handayani, mahasiswa Sastra Jawa UI, "Kalau dari segi rasa, enak dan manis. Walaupun ada sedikit pahit. Ketika dimakan dingin (di mulut) tapi pas di tenggorokan anget banget."

[caption id="attachment_219637" align="alignright" width="300" caption="Es krim jamu beras kencur"]

13546108661869351969
13546108661869351969
[/caption]

Budaya bisa dikategorikan sesuatu yang berjalan dan seyogianya produktif. Artinya, harus selalu menghasilkan kreatifitas baru.

Konteks ke-kini-an harus lestari sebagaimana jamu akan tetap ada kemudian muncul dalam bentuk es krim jamu. Serta diharapan ada kreatifitas baru lagi dalam meningkatkan pembuatan es krim jamu ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun