Siapapun para pemimpin negeri ini tak terkecuali elit politik, pejabat negara, anggota MPR/DPR, anggota partai politik hingga yang lagi heboh ramai masalah Kongres PSSI sang calon lolos Nurdin Khalid. Permasalahan negeri ini tak jauh-jauh dari siapa orang yang dicalonkan, ditunjuk dan pantas menjadi pemimpin. Tak mudah menjadi pemimpin, sederet bahkan segunung kemampuan diuji bagaimana penilaian dan pandangan masyarakat terhadap calon pemimpin ikut menentukan.
Wahai para pemimpin maupun yang masih calon pemimpin harus belajar dari Sang Mantan Presiden RI BJ Habibie. Ia merupakan sang negarawan sejati bangsa ini. Saat pundak kekuasaan ia terima dari Presiden Soeharto sebagai Pengganti Presiden Transisi yang kala itu Presiden Soeharto didemonstrasi besar-besaran untuk turun menjadi presiden. Habibie sebagai Wakil Presiden menerima tanggungjawab sebagai Presiden Transisi mengatasi pergolakan politik Reformasi Mei 1998 pasca turunnya Soeharto sebagai Presiden.
Tampuk kekuasaan yang dipegang oleh Habibie saat itu sebagai Presiden menimbulkan pro dan kontra mulai dari kedekatannya dengan Presiden Soeharto, pidato pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR/DPR sampai lepasnya Timor-Timor. Walau bagaimanapun Habibie lah yang mengantarkan rakyat Indonesia pada Pemilu 1999.
BJ Habibie yang berjiwa besar tidak memaksakan kehendaknya untuk menjadi calon presiden ataupun terpilih kembali pada Pemilu 1999. Ia juga tidak haus akan kekuasaannya menjadi pemimpin. Apa yang diinginkan rakyat, suara rakyat itulah yang paling menentukan, mengutamakan bangsa dan negara itu adalah BJ Habibie, sosok pernah tercatat dalam sejarah Indonesia dengan CN235 nya.
BJ Habibie ikut memberikan selamat kepada presiden yang menang pada Pemilu 1999 bahkan meskipun ia lebih banyak tinggal di Jerman tapi ia tidak lupa akan Indonesia. Pada saat detik-detik Proklamasi ia selalu hadir jika sedang berada di Indonesia, siapapun Presiden RI yang sedang memimpin negeri ini.
Ya, BJ Habibie jiwa besarnya begitu mempesona dan tetap tersenyum. Kepribadiannya hangat.
Panutan yang ditunjukkan BJ Habibie yang tidak memaksakan kehendak menjadi presiden itulah yang seharusnya ditiru oleh para pemimpin negeri ini. Ketika rakyat tidak suka akan calon pemimpin maka sadar diri untuk mundur dan berikan kesempatan pada lainnya.
BJ Habibie bukan hanya sebagai negarawan saja tapi juga sebagai 'Romeo dan Julietnya' Indonesia. Cinta kepada istrinya Ainun, 'Maukah kau menjadi Ainunku...'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H