Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Kebijakan Kesehatan

Akrab disapa Fitri Oshin. WHO Certificate of Achievement on Zoonotic disease-One Health, Antimicrobial resistance, Infodemic Management, Artificial Intelligence for Health, Health Emergency Response, etc. Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024. Bidang peminatan kebijakan kesehatan mencakup Infectious disease, Health system, One Health dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjejak Rumput Sintetis di Alun-Alun Paris van Java

9 Januari 2015   18:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:29 1765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_363767" align="aligncenter" width="640" caption="Seorang anak asyik rebahan di atas rumput sintetis, Alun-Alun Bandung, Jawa Barat (Arsip Pribadi)"][/caption]

Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat berdiri megah di tengah padatnya Kota Paris van Java. Kecantikan masjid berpendar di kala matahari cukup terik menyapa. Tepat di alun-alun masjid, lautan manusia menyemut ria.

Mereka berlomba-lomba “menyerbu” alun-alun masjid yang diselimuti rumput sintetis. Rumput sintetis terbentang luas bak permadani beratapkan langit penuh awan putih. Warna hijau rumput cukup ampuh menyesuaikan mata dari kilauan sinar mentari.

Dari kejauhan, sepanjang mata memandang hanya kepala manusia yang terlihat. Ini bukanlah pelatihan haji, melainkan mereka asyik menikmati sensasi rumput sintetis dengan berjalan dan duduk-duduk di atasnya.

Kado terindah

Kami tiba di Alun-Alun Bandung sekitar pukul 14.00 WIB pada hari pertama Tahun Baru 2015. Sebuah kesempatan emas berkunjung ke Alun-Alun Bandung dengan rumput sintetisnya yang baru diresmikan oleh Walikota Bandung Ridwan Kamil di penghujung akhir tahun 2014, (31/12).

Peresmian tersebut layaknya kado terindah awal tahun bagi urang Bandung maupun para pengunjung dan wisatawan dari luar Bandung. Daya tarik berkunjung ke Alun-Alun Bandung sungguh menggugah selera. Para pengunjung silih-berganti memadati alun-alun.

Juru parkir motor sibuk memandu para pengunjung untuk parkir motor di tempat parkir khusus motor tepat di basement alun-alun. Sementara itu, kami bersusah payah mencari parkiran mobil di sepanjang jalan raya tak jauh dari alun-alun.

[caption id="attachment_363769" align="aligncenter" width="640" caption="Padatnya parkiran mobil di pinggir jalan raya, tak jauh dari Alun-Alun Bandung (Arsip Pribadi)"]

14207756291396926499
14207756291396926499
[/caption]

Bernarsis

Memasuki area rumput sintetis di alun-alun, para pengunjung banyak yang melepas alas kaki. Alas kaki pun berjejer memenuhi pinggiran alun-alun. Usai melepas alas kaki, kaki pun menjejak rumput sintetis. Panas. Itulah kesan pertama yang kami rasakan.

[caption id="attachment_363771" align="aligncenter" width="640" caption="Alas kaki pengunjung dilepas (Arsip Pribadi)"]

1420775746864779517
1420775746864779517
[/caption]

Suasana terbilang cukup cerah dan panas. Kaki kami harus beradaptasi dulu. Perlahan-lahan kaki mulai nyaman bersentuhan dengan halusnya rumput sintetis. Tidak terasa gatal. Pun tidak perlu takut terhadap binatang-binatang kecil yang biasa hadir menghuni rumput alami.

Saking nyamannya, hampir seluruh pengunjung asyik bermasyuk ria duduk-duduk sambil berfoto bersama. Sindrom foto selfie juga terlihat di sana-sini, tongkat narsis (tongsis) melekat di tangan beberapa pengunjung. Demi mengurangi sengatan matahari, para pengunjung tak segan-segan membuka payung.

[caption id="attachment_363772" align="aligncenter" width="640" caption="Sambil berpayung ria, tak lupa berfoto bersama (Arsip Pribadi)"]

14207758901859032578
14207758901859032578
[/caption]

Warna-warni payung ikut menebarkan suasana ceria. Anak-anak kecil berlarian dan tidur-tiduran. Ada pula yang bermain bola. Dengan berkeliling area rumput sintetis, panas matahari tidak begitu terasa. Tatkala duduk dan tiduran pun lumayan adem. Beberapa pengunjung pun asyik ngariung membawa makanan dan minuman.

[caption id="attachment_363779" align="aligncenter" width="640" caption="Pengunjung membawa makanan dan minuman (Arsip Pribadi)"]

1420776636187973559
1420776636187973559
[/caption]

Tanpa alas kaki

Pemerintah Kota Bandung sudah berupaya menghadirkan kehijauan rumput sintetis didukung taman-taman hijau dalam satu kawasan. Memasuki kawasan rumput sintetis memang tidak terlihat adanya papan larangan untuk melepas alas kaki.

Betapa takjub, hampir sebagian besar pengunjung melepas alas kaki, terutama remaja dan dewasa. Anak-anak kecil tampak senang berlari-lari memakai alas kaki bahkan ada pula yang bermain bola sepak.

[caption id="attachment_363773" align="aligncenter" width="640" caption="Anak-anak pun bermain bola sepak (Arsip Pribadi)"]

14207760101116559502
14207760101116559502
[/caption]

Bersentuhan dengan rumput sintetis memang lebih nyaman tak memakai alas kaki. Sensasi bersentuhan dengan rumput sintetis terasa berbeda dengan rumput alami. Tekstur rumput seperti kaki menapak karpet.

Selain itu, melepas alas kaki turut menjaga agar rumput sintetis tidak terlampau kotor dan rusak. Ragu-ragu meninggalkan alas kaki dan takut hilang oleh tangan-tangan jahil. Banyak pengunjung yang membawa alas kaki dan ditaruh dekat mereka duduk.

[caption id="attachment_363775" align="aligncenter" width="640" caption="Para pengunjung membawa alas kaki, ditaruh dekat mereka duduk (Arsip Pribadi)"]

14207762941298658588
14207762941298658588
[/caption]

Sampah berserakan

Anda mungkin bosan berbicara tentang sampah. Namun, rasa gatal dan sebal pasti membara tatkala pengunjung lain masih kurang peduli dan cuek meninggalkan sampah di area rumput sintetis. Tisu dan bungkus bekas makanan tergeletak begitu saja.


Di sepanjang pinggiran alun-alun dengan jarak yang telah disesuaikan, tong-tong sampah berkepala kodok terlihat lucu. Tong sampah berwarna hijau dan putih yang saling berpasangan—organik dan non organik—berupaya memikat para pengunjung  untuk membuang sampah.

Meskipun tong-tong sampah sudah tersedia, ada saja sampah yang berserakan di bawah tong sampah. Beberapa tong sampah memang penuh. Namun, tong sampah lain masih banyak yang bisa menampung sampah.

[caption id="attachment_363776" align="aligncenter" width="640" caption="Tong sampah berkepala kodok amat penuh dengan sampah, dibawahnya sampah tercecer (Arsip Pribadi)"]

1420776385259342069
1420776385259342069
[/caption]

[caption id="attachment_363777" align="aligncenter" width="640" caption="Dari jauh terlihat tong sampah belum sepenuhnya padat akan sampah (Arsip Pribadi)"]

142077646978879639
142077646978879639
[/caption]

Perlu kesadaran pengunjung untuk membuang rasa malas dan mencari tong sampah lain. Demi kebersihan dan kenyamanan bersama. Sesuai deru semangat yang tertera di tong sampah, Bandung Kita, Tanggung Jawab Kita.


Kata Kita mengacu publik secara keseluruhan bukan hanya tertuju pada masyarakat Bandung saja. Kebersihan alun-alun tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah setempat. Partisipasi pengunjung amat diharapkan demi keberlangsungan rumput sintetis.

Menjelang sore, kami angkat kaki dengan sejuta kepuasan di hati. Awan putih semakin berarak di atas kepala seakan memanjakan kepala pengunjung sejenak dari sengatan matahari yang masih menemani.

[caption id="attachment_363780" align="aligncenter" width="640" caption="Taman nan apik (Arsip Pribadi)"]

14207767691268086243
14207767691268086243
[/caption]

[caption id="attachment_363781" align="aligncenter" width="640" caption="Bersih dari sampah (Arsip Pribadi)"]

14207768391623070340
14207768391623070340
[/caption]

Bertamu di Alun-Alun Bandung, menyapa langsung rumput sintetis pada 1 Januari 2015 sungguh hadiah berharga…

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun