Mohon tunggu...
fitri halimatulsadiah
fitri halimatulsadiah Mohon Tunggu... Psikolog - XI IPS 2

popopopo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Juga Ingin Egois

21 November 2020   21:46 Diperbarui: 22 November 2020   10:17 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa orang-orang selalu bertindak semaunya kepadaku, sedangkan aku selalu menjaga hati mereka. 

Sejak dulu aku berusaha untuk selalu menjaga perasaan mereka dan aku juga berusaha untuk membantu mereka semampuku, tetapi kenapa balasannya kepadaku sungguh berbalik, apakah aku membuat suatu kesalahan kepada mereka? aku tidak tau kesalahan apa yang telah ku perbuat kepada mereka namun aku meminta maaf jika aku melakukan kesalahan. Sampai saat ini, aku masih bertanya - tanya tentang mengapa mereka terlihat baik-baik saja setelah mengacuhkan aku dan mengapa mereka bisa mengabaikan aku bahkan saat aku membutuhkan bantuan. 

" Pipo, lo lagi ngapain?" ujar temanku yang bernama Filo seraya berjalan kearahku

" Hai Filo, aku lagi baca novel"

" Pip, anter gue ke gerbang sekolah dong mau ngambil bekal dari Ibu di babeh " ajak Filo kepadaku

" Hmm, ayo aku antar"

Saat itu sedang jam istirahat dan sebenarnya aku sedang tidak enak badan dan rasanya lemas jika ingin berdiri. Bahkan aku saja tidak kuat jika berjalan menuju kantin untuk membeli makanan. Namun, aku tidak enak kepada Filo jika aku mengatakan 'tidak'.

Aku dan Filo pun menuju gerbang sekolah dan setelah sampai disana, Filo langsung mengambil bekal yang dititipkan Ibunya ke Babeh. Cuaca saat itu sangatlah panas, aku merasa sangat pusing tetapi aku berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Setelah mengambil bekalnya, aku dan Filo pun bergegas kembali ke kelas akan tetapi.............

"Filo, makan di kantin yuk gue mau cerita-cerita juga ni sama lo" ada seseorang  datang dan tiba-tiba mengajak Filo makan di kantin bersama.

"Ehmmm, yauda deh ayok gue mau makan dikantin juga. Oiya Pip, lo balik ke kelas aja gue mau ke kantin"

/DEG/

Tak ada kata maaf, tak ada rasa tidak enak kah sampai semudah itu dia mengatakannya. Aku malu untuk berjalan sendirian apalagi aku harus melewati lapangan sekolah yang sepi. Lapangan memang sepi tetapi di koridor depan kelas yang ada di lantai 2 dan 3 dipenuhi dengan siswa-siswi yang sedang melihat ke arah lapangan. 

" Oke aku ke kelas duluan"

Aku pun berjalan menuju kelas sambil menahan rasa sakit di kepala, satu persatu tangga mulai ku lewati dan dari kejauhan aku melihat Vio yang sedang berjalan kearahku, dan saat posisi dia sudah cukup dekat denganku, aku langsung tersenyum dan berkata...

"Hai, Vio" 

"Hm" Vio menjawab dengan ketus bahkan tidak membalas senyumanku 

Setelah itu, aku langsung bergegas menuju kelas karena tubuhku sudah sangat lemas dan kepalaku terasa sangat sakit apalagi melihat ramainya keadaan koridor depan kelas yang membuat kepalaku semakin sakit. Tetapi aku berusaha agar terlihat baik-baik saja, senyum terus terukir di bibirku hingga aku sampai ke tempat duduk.

Trriinggg Triingggg

Istirahat telah selesai dan teman-temanku sudah mulai berhamburan memasuki kelas. 

Pelajaran pun dimulai kembali.

Tenang, saat pembelajaran dimulai semua orang tenang dan fokus memperhatikan penjelasan bapak guru yang sedang menjelaskan materi.

Trrriinggg Trrriinggggg

Bel pulang sekolah pun berbunyi, seluruh siswa-siswi mulai berhamburan keluar kelas.

Aku mulai merapikan alat tulis yang ada di meja dan mulai memasukkannya ke dalam tas. 

" Pipo, tungguin gue pulang dong gue mau ngerjain remedial dulu nih" Vio memanggilku dan memintaku untuk menunggu dia remedial akan tetapi kali ini aku benar-benar ingin pulang segera agar dapat beristirahat dengan cepat. Namun, lagi dan lagi aku tidak bisa mengatakan 'tidak' karena merasa tidak enak dan sekarang di kelas ini sudah tidak ada murid lain selain aku dan Vio. Jika aku jadi Vio mungkin akan merasa tidak nyaman juga jika di kelas seorang diri, maka aku katakan

"Baiklah Vio akan aku temani kamu dan menunggu sampai kamu selesai"

"AAH okee, tunggu ya"

Vio pun pergi ke ruang guru untuk meminta soal yang harus ia kerjakan sedangkan aku memilih untuk bermain game di handphone. Vio datang dengan membawa soal di tangan kanannya dan setibanya di kelas, ia langsung mengerjakan soal-soal dengan sangat serius.

"Pip, udahan ni" ucap Vio

"Oke Vio, oiya Vio aku mau tanya sama kamu, tadi pas aku sapa kamu kok-" 

"sorry, lagi badmood" ucap Vio memotong pembicaraanku dan kami pergi menuju gerbang bersama. Ia dijemput oleh ibunya dan aku menunggu angkutan umum. 

Saat sedang menunggu aku merenung tentang kejadian hari ini dan kejadian yang sudah lalu dan terutama tentang Vio yang mengabaikanku tadi.

Aku selalu mencoba memahami itu. Oke, mungkin Vio butuh waktu. Oke, mungkin Vio sedang ada masalah. oke, mungkin Vio....

Ugh. Aku selalu bilang diriku tak boleh seperti itu dan teman-temanku tidak boleh seperti itu juga. Aku berusaha menjaga hati mereka, mengapa mereka tidak melakukan hal yang sama? itu mungkin bagi mereka hal sepele tapi tidak bagiku dan beberapa orang lainnya.

Disaat mereka membutuhkanku, aku datang.

Disaat aku yang memerlukan bantuan, mereka tidak bisa atau memang tidak mau.

Mulai besok, izinkan aku menjadi egois.

Sehari saja.

Supaya kamu tahu rasanya jadi diriku. Oh, maaf, aku tidak butuh izin. Seperti kalian yang tak pernah izin.

Tahu-tahu bad mood tanpa alasan.

Uring-uringan tanpa sebab.

Besok, aku akan egois. Aku akan...melakukan apa saja yang menguntungkanku, tak peduli dengan keberadaanmu saat sedang tak enak hati, mengatakan dan bersikap sesuai yang aku mau, yang melegakan hatiku, tanpa peduli perasaanmu.

Seperti yang kamu biasa lakukan di hari-hari burukmu.

Aku ingin egois. Sehari saja

Namun, saat perjalanan pulang aku melihat tanda ada yang meninggal. Dan membuatku bertanya, "Bagaimana bila esok.... di hari egois pertamaku.....malah jadi hari terakhirku? bukankan akan jadi akhir yang buruk?"

Aku berpikir lama sekali.

Aku ingin egois.

 Tapi aku takut besok jadi hari terakhirku. 

Aku ingin egois.

Supaya mereka tahu rasanya diabaikan seperti apa.

Aku ingin egois.

Karena aku lelah menjaga hati orang-orang yang tak menjaga hatiku.

Aku ingin egois.

Tapi....

Bagaimana jika besok jadi hari terakhirku?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun