Mohon tunggu...
Fitri Fitry
Fitri Fitry Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa pendidikan non-formal, universitas negeri padang

saya menyukai membaca buku novel, dan mendengarkan podcast atau cerpen

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menjelajahi Berbagai Pola Asuh dalam Keluarga untuk Membentuk Anak yang Berkualitas

5 Juni 2024   14:35 Diperbarui: 3 Juli 2024   08:31 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Orang tua memegang peranan penting dalam menerapkan model pengasuhan pada anak-anaknya. Pola asuh yang baik membantu anak  menjadi individu yang mandiri, percaya diri, bertanggung jawab,  mampu menjalin hubungan sosial yang sehat dengan lingkungannya. Sebaliknya, pola asuh orang tua yang buruk akan berdampak negatif terhadap tumbuh kembang anak. Misalnya saja anak akan menjadi sulit diatur, berperilaku agresif, apalagi jika keinginannya tidak terpenuhi, kurang percaya diri, bahkan dapat menyebabkan keterlambatan tumbuh kembang.

Pola asuh orang tua adalah pendekatan yang digunakan oleh orang tua dalam membesarkan dan mendidik anak-anak mereka. Pendekatan ini mencakup berbagai gaya seperti otoriter, permisif, dan demokratis. Pola asuh yang tepat dapat mempengaruhi perkembangan anak dalam hal kemandirian, kepercayaan diri, dan hubungan sosial mereka. Keseimbangan antara kasih sayang, batasan, dan dorongan untuk mandiri penting dalam membentuk pola asuh yang sehat. Model pengasuhan orang tua terbagi menjadi tiga model, yaitu :

Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter, yaitu bentuk pengasuhan yang bercirikan kontrol orang tua yang ketat terhadap tingkah laku dan sikap anak, menekankan pada ketaatan dan kedisiplinan. Pada pola asuh ini orang tua menentukan segala aturan dan batasan tanpa melibatkan anak, orang tua mendominasi komunikasi dan jarang mendengarkan pendapat anaknya, serta hukuman fisik atau verbal sering digunakan untuk mendisiplin anak. Meskipun gaya pengasuhan ini nampaknya efektif dalam menciptakan anak berperilaku baik, namun dampaknya terhadap perkembangan emosional dan sosial anak perlu diperhatikan secara serius.

Dampak Pola Asuh Otoriter

  • Anak-anak lebih rentan mengalami masalah emosional, seperti kecemasan, depresi, dan harga diri rendah. Kurangnya dukungan emosional dan kontrol yang berlebihan dapat membuat anak-anak merasa tidak dicintai dan tidak berharga.
  •  Anak-anak mungkin kesulitan menjalin hubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. 
  • Kurangnya ruang untuk mengekspresikan diri dan interaksi sosial yang terbatas dapat membuat anak-anak sulit untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.
  •  Anak-anak mungkin menjadi tidak mandiri dan sulit mengambil keputusan sendiri. Orang tua yang selalu membuat semua keputusan untuk anak-anaknya dapat membuat anak-anak menjadi tidak mandiri dan tidak mampu berpikir kritis.

Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah bentuk pengasuhan di mana orang tua mendorong anak-anak mereka untuk  mandiri, sambil memberikan mereka bimbingan dan dukungan yang diperlukan. Pada pola asuh ini, komunikasi antara orang tua dan anak bersifat dua arah, dimana anak diperbolehkan mengutarakan pendapat dan perasaannya. 

Selain itu, pola asuh demokratis dapat membantu anak-anak mengendalikan keputusan mereka, membantu mereka mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan yang baik dan merasa memiliki kendali atas hidup mereka.  Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan demokratis cenderung menyukai keseimbangan antara kebebasan dan kontrol serta memberikan aturan yang jelas dan konsisten.

Dampak Pola Asuh Demmokratis

  • Kurangnya Waktu Orang Tua dengan Anak: Dalam pola asuh demokratis, orang tua seringkali terlalu sibuk dengan pekerjaan dan tanggung jawab lainnya, sehingga mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan anak dan memberikan perhatian yang diperlukan. Hal ini dapat menyebabkan anak merasa tidak dihargai dan tidak didengar.
  • Bergantung pada Orang Lain: Dalam pola asuh demokratis, anak-anak seringkali terlalu bergantung pada orang lain untuk menyelesaikan masalah mereka. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk menemukan solusi sendiri dan pada akhirnya selalu mengandalkan orang tua untuk membantu mereka.
  • Membentuk Sikap Menghargai Perbedaan: Dalam lingkungan yang demokratis, anak-anak belajar untuk menghargai perbedaan pendapat dan nilai-nilai orang lain. Contohnya, ketika orang tua memberikan contoh toleransi dan menghormati pandangan anak meskipun berbeda dengan pandangan mereka sendiri.
  • Mendorong Kreativitas dan Inovasi: Anak-anak yang diberi ruang untuk berpikir secara mandiri dan mencoba hal-hal baru cenderung lebih kreatif dan inovatif. Contohnya, ketika orang tua memberikan anak-anak kebebasan untuk mengeksplorasi hobi mereka sendiri dan memberikan dukungan yang penuh.

Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif adalah pendekatan di mana orang tua cenderung bersikap sangat toleran, lembut, dan kurang memberikan batasan kepada anak-anak mereka. Meskipun cenderung bersifat penuh kasih sayang, pola asuh ini dapat mengakibatkan anak-anak kurang mandiri, bertanggung jawab, dan sulit menghadapi tantangan. 

Penting bagi orang tua untuk mencari keseimbangan dalam memberikan kebebasan dan batasan agar anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang seimbang dan berdikari. Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif biasanya sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, namun terlalu melampaui batas ketika memberikan kebebasan dan kelonggaran. 

Orang tua kurang tegas dalam memberikan aturan, batasan, dan konsekuensi kepada anak-anak mereka. Mereka sering membiarkan anak-anak membuat keputusan sendiri tanpa banyak intervensi.

Meningkatkan pola asuh positif merupakan suatu upaya yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak. Berikut adalah beberapa tips dan strategi bagi orang tua beserta contohnya:

  • Komunikasi yang Terbuka dan Terbuka:Luangkan waktu untuk berbicara dengan anak-anak secara teratur. Jadwalkan waktu untuk mendengarkan mereka tanpa gangguan.
  • Contoh: Sebagai orang tua, ajak anak berbicara setiap hari setelah pulang sekolah untuk mendengar cerita tentang hari mereka.
  • Berikan Cinta, Kasih Sayang, dan Penerimaan:Tunjukkan kasih sayang dan terima anak Anda apa adanya, tanpa syarat.
  • Contoh: Beri pelukan dan pujian saat anak berhasil menyelesaikan tugas rumah dengan baik.
  • Tetap Konsisten dalam Aturan dan Batasan:Tetapkan aturan yang jelas dan konsisten, dan jelaskan konsekuensinya dengan jelas.
  • Contoh: Jika anak  melanggar aturan tentang waktu tidur, pastikan bahwa konsekuensinya konsisten, seperti kehilangan hak bermain video game pada malam berikutnya.
  • Memberikan Contoh yang Baik: Jadilah model yang baik bagi anak-anak dengan menunjukkan perilaku positif.
  • Contoh: Jika Anda ingin mengajarkan anak pentingnya membaca, luangkan waktu untuk membaca buku secara teratur di depan mereka.
  • Terlibat dalam Kegiatan Bersama:Sediakan waktu untuk berinteraksi dan terlibat dalam kegiatan bersama sebagai keluarga.
  • Contoh: Setiap minggu, rencanakan kegiatan keluarga seperti piknik di taman atau hari permainan di rumah.

Daftar Pustaka

Susanto, A., & Nurjanah, S. (2018). Pola Asuh Demokratis Orang Tua dan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Pra Sekolah. Jurnal Psikologi, 16(1), 40-53.

Riyanti, E., & Wijayanti, E. (2020). Hubungan Pola Asuh Demokratis Orang Tua dengan Perilaku Sosial Anak. Jurnal Psikologi Integratif, 8(1), 49-61.

Hasan, E. (2015). Psikologi Keluarga: Teori dan Praktik Pola Asuh Demokratis. PT Remaja Rosdakarya.

KELOMPOK 2

ANGGOTA KELOMPOK:

  • ANANTA RINALDI (23005113)
  • FADILA DELISA ANANDA (23005115)
  • FITRI ELFITA YANI (23006117)
  • NADYA FARISKA ROZZAQ (23005124)
  • NASYWA RIDELIA SYAFITRI (23005126)
  • URWATIL WUSQA (23005108)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun