Mohon tunggu...
Fitrianingsih
Fitrianingsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar mahasiswa

saya memiliki kepribadian yang ramah, dan suka menolong orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori psikososial Erik Erikson

18 Januari 2025   12:21 Diperbarui: 18 Januari 2025   12:21 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori psikososial Erik Erikson adalah salah satu teori perkembangan yang menekankan pentingnya interaksi sosial dan pengalaman sepanjang kehidupan seseorang. Erikson mengembangkan teori ini sebagai perluasan dari teori psikoanalitik Sigmund Freud, tetapi dengan fokus pada pengaruh lingkungan sosial daripada dorongan biologis semata. Teori ini mencakup delapan tahap perkembangan psikososial, yang masing-masing dihubungkan dengan konflik atau tantangan tertentu yang harus diselesaikan individu untuk mencapai perkembangan yang sehat. Berikut adalah penjelasan tiap tahap:

1. Tahap Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0--1 tahun)

Fokus: Membangun rasa kepercayaan kepada orang lain, terutama kepada pengasuh.

Hasil Positif: Jika kebutuhan terpenuhi secara konsisten, anak akan merasa aman.

Hasil Negatif: Ketidakpercayaan terhadap dunia jika pengasuh tidak responsif atau tidak konsisten.

2. Tahap Kemandirian vs. Rasa Malu dan Ragu (1--3 tahun)

Fokus: Mengembangkan rasa kemandirian melalui eksplorasi dan pengambilan keputusan sendiri.

Hasil Positif: Anak belajar memiliki kontrol atas tubuh dan lingkungannya.

Hasil Negatif: Jika terlalu banyak dikontrol, anak akan merasa ragu terhadap kemampuannya.

3. Tahap Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3--6 tahun)

Fokus: Memulai aktivitas sendiri, mengambil inisiatif, dan mengembangkan rasa tanggung jawab.

Hasil Positif: Anak merasa percaya diri untuk mencoba hal baru.

Hasil Negatif: Jika sering dimarahi, anak dapat merasa bersalah atas tindakan atau keinginannya.

4. Tahap Ketekunan vs. Rasa Rendah Diri (6--12 tahun)

Fokus: Mengembangkan keterampilan dan kompetensi melalui kerja keras.

Hasil Positif: Anak merasa bangga atas prestasi.

Hasil Negatif: Jika gagal, anak mungkin merasa tidak mampu dibandingkan dengan orang lain.

5. Tahap Identitas vs. Kebingungan Identitas (12--18 tahun)

Fokus: Menemukan identitas diri melalui eksplorasi nilai, minat, dan peran sosial.

Hasil Positif: Remaja yang berhasil menemukan identitasnya merasa yakin dengan dirinya.

Hasil Negatif: Kebingungan atau krisis identitas jika tidak menemukan jati diri.

6. Tahap Keintiman vs. Isolasi (18--40 tahun)

Fokus: Membangun hubungan dekat dan komitmen emosional dengan orang lain.

Hasil Positif: Hubungan yang sehat dan penuh kasih.

Hasil Negatif: Perasaan kesepian atau terisolasi akibat ketakutan akan penolakan.

7. Tahap Generativitas vs. Stagnasi (40--65 tahun)

Fokus: Memberikan kontribusi kepada generasi berikutnya melalui pekerjaan, keluarga, atau komunitas.

Hasil Positif: Rasa puas atas kontribusi terhadap masyarakat.

Hasil Negatif: Perasaan tidak berguna atau stagnasi.

8. Tahap Integritas vs. Keputusasaan (65 tahun ke atas)

Fokus: Merefleksikan kehidupan dengan rasa kebanggaan atau penyesalan.

Hasil Positif: Menerima kehidupan apa adanya dengan damai.

Hasil Negatif: Penyesalan dan ketakutan akan kematian.

Teori Erikson ini memberikan kerangka untuk memahami bagaimana individu berkembang melalui berbagai tantangan sosial dan emosional di setiap tahap kehidupan. Resolusi yang sehat dari tiap konflik menjadi kunci untuk perkembangan psikososial yang optimal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun