Kakanda Amelz ( Abdul manaf El zamzam) saudara Amran zamzami sendiri adalah seorang aktivis gerakan fajar yang berjuang demi kemerdekaan, yang didirakn oleh A. Hasjmy dan Ahmad Abdullah . "Yang paling kafir Belanda harus enyah" begitulah tekad yang tumbuh dan bersemi di dalam setiap dada para pejuang tanah air.
Propaganda Jepang dalam perang Asia timur Raya dan menamakan dirinya saudara tua, dan Indonesia yang haus akan kemerdekaan termakan oleh tujuannya yaitu mengusir Belanda dengan cara apapun, dan jepang yang berjanji untuk bersama-sama menggasak Belanda dan membangun kemerdekaan Indonesia, itulah sebabnya para pemimpin Aceh menerima tawaran jepang untuk bekerja sama.
Kaum muda Aceh banyak yang bertekad mati syahid menghadapi Belanda dan bergabung dengan Dai nippon. Termasuk amran zamzami sendiri walaupun usianya saat itu masih sangat muda 14tahun, tetapi niat untuk mengabdi pada bumi Pertiwi dan semangat yang di landasi dengan orang sabie, untuk mengenyahkajn Belanda dari bumi Pertiwi telah menggelegak di dadaku. Itulah sebabnya Amran zamzami mendaftar diri dalam kei gun, anggakatan laut jepang.
Setiap sore kami waktu kecil selalu mengaji Al-quran di teras mushola atau masjid, saat itu Amran zamzami masih bocah tetapi ia ingat betul membantu ibundanya untuk membuat patron huruf F di atas kain putih untuk di jahit, itu adalah barang pesanan Amelz, tetapi Ibunda Amran zamzami tidak bisa membaca dan menulis huruf latin ia hanya bisa membaca dan menulis huruf arab saja, maka Amran zamzamilah yang membacakannya.dan di jahit oleh ibunda, meskin keadaannya saat itu terguncang oleh penjajah tetapi Amran zamzami dan warga Aceh masih semangat dalam belajar dan pengetahuan, mereka tidak mengenal kata lelah dan bosan dalam mencari ilmu. Â
     MERDEKA ATAU MATI
Setelah kerja sama dengan para Nippon itu berlangsung, kami semua berlatih dan selalu mematuhi setiap perkataan para Dai nippon itu, tetapi lama kelamaan sifat asli mereka terkuak, kami selalu di paksa ikut perkataan mereka dan menebang pohon besar, lalu pohon tersebut mereka kirim kepada sesama nipponya, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kami selalu mengiyakan setiap perkataan mereka sampai pada rasa muak untuk terus selalu mematuhi perkataannya. Kami selalu makan seadanya bahkan terbilang makan yang tidak enak, sedangkan mereka para Nippon itu makan makanan enak, minum sake dan makan buah dan daging, sementara kami hanya makan sayur yng di masak dengan minyak tengik.
Kami semua marah, dan kecewa karna sudah terlalu lama kamu di perlakukan dengan cara seperti ini, tetapi kami belom bisa berbuat apa-apa, di luar para pejuang sedang bergerak melakukan perlawanan. Sedangkan kamu menunggu datangnya situasi, tetapi rasa benci dan dendam kepada jepang kain menggantang, segara ingin mengenyahkan mereka dari bumi rencong ini.
Tetapi, meski bara membungkah di dada kami, lantaran jepang ingkar janji, kepala harus tak boleh kehilangan akal sehat, kami harus pandai menghitung waktu, berani menunggu keadaan yang menguntungkan perjuangan.
   KOMANDO MILITER AKADEMIKÂ
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 mahal harganya, Banyak sudah nyawa yang di renggut, jiwa syahid berkalang tanah dan tumbuh bersimbah darah. Para Mujahidin yang jihad gugur sebagai kusuma bangsa, menyirami bumi Pertiwi laksana hujan yang makin menyuburkan persada Nusantara, menyamaikan tunas-tunas muda pembela tanah air. Mereka gigit sebagai patriot pergolakan yang panjang.
Harga kemerdekaan tidak murah, memang. Akan tetapi jauh lebih mahal lagi adalah bagaimana mempertahankan kemerdekaan itu. Memandu dan mengisinya. Mengayun langkah untuk meniti jembatan emas, seperti kata bung karno, perlu jiwa besar untuk berkorban agar kita sampai ke seberang. Nun disana daerah idaman, bumi harapan, wilayah keadilan dan kemakmuran.Â