Mohon tunggu...
fitri chayati
fitri chayati Mohon Tunggu... -

mahasiswi psikologi jayabaya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kontribusi Analisis Eksistensial Terhadap Praktik Psikologi

29 September 2014   17:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:05 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kontribusi Analisis Eksistensial Terhadap Praktek Psikologi

Analisis Eksistensial memberikan banyak kontribusi terhadap praktek psikologi. Saya akan mencoba menguraikanya, dengan terlebih dahulu mendefinisikan apa sih analisis eksistensial itu? dan bagaimana sejarah serta tokoh yang mempengaruhi munculnya analisis eksistensial. Saya mengutip dari buku “ Analisis Eksistensial” yang ditulis oleh Dr. Zainal Abididn M, Si. Penerbit Rajawali Pers.

Analisis eksistensial adalah suatu metoda atau pendekatan yang digunakan untuk mengungkap eksistensi individu secara utuh dan menyeluruh. Definisi tersebut dikemukakan oleh psikiater kelahiran swiss, bernama Ludwing Binswanger (1881-1966). Menurut Binswanger (dalam may, 1961), analisis eksistensial merupakan kajian psikologis untuk mengungkap eksistensi manusia pada taraf empiris. Hasil dari kajaian ini sangat bermanfaat bukan hanya untuk memahami gejala eksistensi manusia secara mendalam(fungsi teoretis), tetapi juga untuk praktik terapiutis yang dilakuakan oleh psikiater dan psikolog klinis terhadap pasien-pasien yang mengalami gangguan patologis (fungsi aplikatif).

Sebelum binswanger, ada seorang filsuf jermana bernama Martin Heidegger (1889-1976) telah menggunakan analaisis eksistensial sebagai metoda atau pendekatan filosofis. Ia menulis buku Time and Being (1927-1960).Namun dalam perkembanganya, analisis eksistensial berkembang menjadi kajian empiris, seperti yang dipraktikan dalam berbagai penelitian dan praktik psikiatris dan psikologis yang dilakukan oleh Ludwig Binswanger, Victor Frankl, Rollo May, Minskowski dll (may, dkk, 1961; valle & king, 1978). Ditinjau lebih jauh lagi, munculnya analisis eksistensial bias ditelusuru dari awal abad ke-19, yakni mulai dari filsafat Kierkegaard (1813-1855) dan Nietzsche (1844-1900).

Awal munculnya analisis eksistensial adalah dari reaksi ketidakpuasan beberapa psikiater dan psikolog terhadap teori dan praktik psikoanalisis di Eropa Barat ( terutama Jerman, Prancis dan Belanda) dan Behaviorisme di Amerika Serikat. Mereka tidak puas dengan landasan filsafat kedua teori besar tersebut.

Asumsi tentang manusia

Hakikat Manusia

Pusat Kendali

Tabiat Manusia

Posisis Manusia dalam Dunia

BEHAVIORIS

Organisme/Materi

Eksternal (respon terhadap stimulus)

Netral (tabula rasa)

Tidak bebas

(deretministik)

PSIKOANALISIS

Organisme

Eksternal (Id)

Jahat (naluri jahat)

Tidak bebas

(deretministik)

ANALISIS EKSISTENSIAL

Kesadaran

(merleau.ponty: tubuh yang berkesadaran)

Internal

(Intensionalitas)

Baik (suara hati)

Bebas

(indeterministik)

Gambar diatas menjelaskan bahwa hakikat manusia baik menurut behaviorisme maupun psikoanalisis dalah materi atau organism. Hakikat manusia, dengan perkataan lain, adalah tubuh biologisnya. Ini sesuai dengan landasan filsafat dari kedua aliran tersebut, yakni vitalisme dan materialism. Sedangkan menurut analisis eksistensial, hakikat manusia dalah kesadaran dengan segala aktifitasnya yang selalu terarah keluar dirinya (intensionalitas).

Tabiat manusia, menurut behaviorisme yang mendasarkan pada filsafat John Locke (1632-1704) berasumsi “jiwa” manusia adalah seperti “kertas kosong” (tabula rasa) oleh sebab itu baik buruknya perilaku manusia terutama disebabkan oleh factor lingkungan (eksternal). Psikoanalisis berasumsi bahwa tabiat manusia adalah buruk atau jahat karena didorong oleh naluri-naluri hewani, kisalnya naluri seksual, agresif dsb. Kalaulah perilaku manusia itu baik, karena ada faktor lain seperti superego atau norma atau hokum yang bersifat memaksa. Berbeda sekali dengan analisis eksistensial yang menegaskan bahwa tabiat manusia pada dasarnya adalah baik, sebagaimana tampak misalnya darei perasaan bersalah. Manusia memiliki rasa bersalah (misalnya menyesal telah berbuat buruk) adalah tanda bahwa ia pada dasarnya baik, memiliki kepekaan baik pada orang laindan lingkungan sekitarnya maupun hati nuraninya sendiri.

Kontribusi psikoterapi eksistensial Rollo May, ini merupakan catatan (ZA) dalam buku analisis eksistensial yang ia tulis. Karangan ini menjelaskan beberapa fakta eksistensial yang sangat penting untuk psikoterapi eksistensial. Antara lain :Ada dan ketiadaan, kecemasan dan rasa bersalah, adadalam dunia, tiga model dunia, waktu dan sejarah, dan transendensi waktu saat ini.

Sumbangan-sumbangan yang telah diberikan psikologi eksistensialis terutama adalah teori kepribadian, psikoterapi dan konseling.

1.Terapi psikoanalitik oleh S.Freud, kemudian Boss yang menggunakan dipan(bangku) dan teknik asosiasi bebas oleh Freudian

2.Terapi gesalt oleh Frederick S. Pearl

3.Logo terapi oleh Victor E. Frankl

4.Terapi Terpusat Pada Klien (Clien Centered Therapy)oleh Carl Rogers.

5.Terapi Behaviorisme (stimulus-respon)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun