Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, menyisakan semburat oranye di langit yang redup. Di tepi jalan yang sepi, seorang kakek tua duduk bersandar di dinding kusam sebuah toko tutup. Tubuhnya yang kurus terbalut jaket lusuh, dan sehelai selimut tipis melindunginya dari dingin malam. Ia tertidur, namun napasnya terdengar berat.
Di sisi lain jalan, seorang pemuda bernama Dadan sedang berjalan pulang setelah menyelesaikan pekerjaan di sebuah masjid. Ranselnya penuh dengan buku dan sebotol air yang ia sisakan dari buka puasa tadi. Ketika pandangannya tertuju pada kakek tua yang tidur di jalan, hatinya tersentuh.
Dadan mendekat perlahan, kemudian berkata lembut, "Kek, jangan tidur di jalan. Bahaya di sini."
Kakek tua itu terbangun perlahan. Matanya yang cekung menatap Dadan dengan bingung. "Iya, Nak," jawabnya lemah.
Dadan tersenyum dan mengulurkan tangan. "Ayo, Kek, ikut saya. Di rumah saya, Bapak bisa beristirahat dengan nyaman."
Kakek itu ragu sejenak, tetapi kebaikan di wajah Dadan membuatnya mengangguk. "Terima kasih, Nak," katanya pelan.
Malam itu, Dadan membawa kakek tua tersebut ke rumah kecilnya. Ia memberikan makan malam sederhana dan menyiapkan sebuah kamar untuk sang kakek. Setelah merasa nyaman, kakek itu berbaring di atas kasur hangat, jauh dari dinginnya jalanan.
Di meja kecil di kamar tersebut, terdapat sebuah Al-Qur'an yang terbuka. Ketika kakek itu memandangnya, air matanya mulai mengalir. Ia merasa ada sesuatu yang memanggil dari dalam dirinya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Dengan tangan gemetar, ia membuka halaman Al-Qur'an tersebut dan membaca terjemahan ayat-ayatnya. Hati kakek itu bergetar. Ia teringat hidupnya yang penuh kesedihan dan kekosongan, seolah ayat-ayat itu berbicara langsung padanya.
Keesokan paginya, kakek itu menemui Dadan dengan wajah penuh haru. "Nak, aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya. Tapi tadi malam, saat aku membaca kitab itu, hatiku merasa tenang. Aku ingin memeluk agama ini... Islam."
Dadan tersenyum penuh rasa syukur. "Alhamdulillah, Kek. Jika Bapak benar-benar yakin, saya akan membantu Bapak mengenal Islam lebih dalam."
Hari itu menjadi awal perjalanan baru bagi kakek tua tersebut. Bersama Dadan, ia mulai belajar membaca Al-Qur'an, memahami ajaran Islam, dan menjalani hidup dengan penuh keimanan. Kebaikan seorang pemuda telah menjadi jalan hidayah bagi seorang kakek yang dulu tersesat di dinginnya jalanan.
Di suatu malam yang tenang, kakek itu berbisik kepada Dadan, "Nak, jika aku tidak bertemu denganmu hari itu, mungkin aku akan tetap terpuruk. Terima kasih telah menunjukkan jalan."
Dadan hanya tersenyum. "Semua ini adalah kehendak Allah, Kek. Saya hanya perantara."
Dan sejak saat itu, mereka saling mendukung, menjadi keluarga yang tak terikat oleh darah, tetapi oleh keimanan dan cinta kepada Allah.
Karya Ashraf kelas 2 SD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H