Mohon tunggu...
Fitri Barokah
Fitri Barokah Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Saya seorang guru yang alhamdulillah sekarang diberi kesempatan untuk bergabung dengan salah satu rumah Qur'an di Bandung. Saya pendapatkan posisi sebagai asisten menejer trining, dan tugas utamanya ada dibidang training juga pembuatan kurikulum tahfidz. Saya senang belajar hal-hal baru yang belum pernah saya coba dan relevan dengan bidang keilmuan saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak yang Menemukan Kembali (Bagian 3)

2 November 2024   07:36 Diperbarui: 2 November 2024   09:08 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku terperangkap dalam labirin perasaan yang sulit kujelaskan. Rasa rindu, khawatir, dan kebingungan bercampur, meluap-luap tanpa arah. Tidak ada jalan keluar, sementara kata-kata orang-orang di sekitarku hanya menambah beban di hatiku. Mereka berkata dia bukan yang terbaik, bahwa apa yang kulihat hanyalah ilusi. Tapi hatiku tidak bisa begitu saja memercayai semua itu.

Di tengah malam yang sunyi, aku merasakan tarikan kuat untuk mengadu kepada satu-satunya tempat berlindung yang pasti. Dalam sujud yang panjang, kubisikkan pada-Nya segala perasaan yang melingkupi. Dengan air mata yang jatuh deras, kuungkapkan seluruh rasa, ketakutan, dan harapan, seolah Dia adalah satu-satunya yang memahami dan mendengar. Malam demi malam, air mata menjadi sahabat setiaku, jatuh seiring doa-doa lirih yang memohon pertolongan dan petunjuk.

Dan seperti janjinya, Allah tak pernah mengecewakanku. Setelah sekian lama menunggu dalam ketidakpastian, akhirnya Dia hadirkan sebuah keajaiban sederhana: pertemuan singkat dengannya. Hanya beberapa jam, namun waktu terasa berhenti. Dia di sana, duduk di depanku, tersenyum, meski wajahnya tampak lelah. Dan aku, aku hanya bisa terdiam, bersyukur dalam hati bahwa dia masih mau menemui aku di tengah kesibukannya dan saat dia berusaha menjauh dari dunia.

Meski obrolan kami tak pernah menyentuh kata "kita" atau tentang masa depan, tapi itu cukup bagiku. Keberadaannya saja, berada di sisiku walau hanya sebentar, sudah lebih dari cukup untuk mengisi kekosongan yang kurasakan selama ini. Hanya Allah yang tahu betapa berartinya setiap detik pertemuan kami. Saat dia pamit, hatiku berbisik lirih, memohon agar Allah selalu menjaganya, agar dia selalu dalam lindungan-Nya, dan agar suatu hari nanti, mungkin, kami bisa duduk bersama lagi, tak sekadar bertukar cerita, tapi mungkin lebih dari itu.

Di hati kecilku, aku tahu bahwa aku hanya bisa menyerahkan semuanya pada-Nya. Aku menggenggam harapan, meski samar, bahwa pertemuan singkat ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan yang lebih baik untuknya dan untukku.

Bersambung....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun