Mohon tunggu...
Fitri Barokah
Fitri Barokah Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Saya seorang guru yang alhamdulillah sekarang diberi kesempatan untuk bergabung dengan salah satu rumah Qur'an di Bandung. Saya pendapatkan posisi sebagai asisten menejer trining, dan tugas utamanya ada dibidang training juga pembuatan kurikulum tahfidz. Saya senang belajar hal-hal baru yang belum pernah saya coba dan relevan dengan bidang keilmuan saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jejak yang Menemukan Kembali

16 Oktober 2024   14:37 Diperbarui: 16 Oktober 2024   15:18 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sejak saat itu, kami mulai kembali dekat. Namun keraguanku tak sepenuhnya hilang. Awalnya, aku berpikir mungkin dia hanya mendekatiku karena butuh bantuanku dalam beberapa hal. Dia menghadapi kesulitan dengan bisnis restorannya, dan aku sering merasa bahwa mungkin itu alasannya. Tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai memahami bahwa perasaannya lebih dari sekadar itu.

Suatu malam, setelah berbincang panjang, dia tiba-tiba bertanya, "Kamu mau menikah sama aku?"

Aku terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Di tengah kebingunganku, aku balas bertanya, "Dalam waktu dekat atau...?"

Dia tertawa kecil, lalu memotong ucapanku. "Dijawab dengan pertanyaan lagi."

Kami tertawa bersama, tapi hatiku tahu dia serius. Meski saat itu aku tidak langsung memberikan jawaban pasti, aku merasakan bahwa hubungan kami telah sampai pada titik di mana aku benar-benar yakin.

Namun, semua kebahagiaan itu tiba-tiba terhenti. Beberapa hari setelah pertemuan itu, dia hilang tanpa kabar. Seminggu penuh aku diliputi kecemasan, hingga akhirnya aku memberanikan diri menghubungi ayahnya. Dari sana, aku mengetahui bahwa dia telah terkena hipnotis dan tersesat jauh, dalam kondisi bingung dan trauma. Sejak itu, dia tidak membalas pesanku. Dia hanya membuat status bahwa dia butuh waktu untuk pulih.

Aku menunggu. Setiap hari. Merindukannya. Ingin tahu keadaannya. Aku ingin menemaninya, mendukungnya melewati masa pemulihannya, tapi tidak tahu harus berbuat apa. Rasa khawatir dan rindu ini hampir tak tertahankan, tapi aku juga tak ingin mendesaknya di saat dia sedang berjuang untuk dirinya sendiri.

Dan di sinilah aku, menunggu di tengah ketidakpastian. Meski pesan-pesanku tak berbalas, aku tidak akan meninggalkannya. Aku akan tetap ada di sini, menunggu kabar darinya, apapun itu. Aku tahu, dia membutuhkan waktu, dan aku akan memberinya ruang. Tapi satu hal yang pasti---aku tidak akan pergi, karena cintaku padanya telah melewati banyak rintangan. Dan sekarang, aku hanya bisa berharap bahwa dia tahu, aku di sini menunggunya, dan akan selalu mendukungnya, sampai dia siap kembali.

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun