American Academy of Pediatrics (AAP) pernah membuat kebijakan untuk melakukan langkah preventif defisiensi besi pada bayi dan mengeluarkan rekomendasi asupan zat besi minimal. Namun hal ini belum diterapkan pada balita sehingga baru-baru ini penelitian menunjukkan sekitar 2% dari balita mengalami anemia defisiensi besi terutama disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi.
Ternyata, balita juga sangat berisiko karena penyimpanan besi fetus (dari ibu) biasanya akan terkonsumsi di masa awal pertumbuhan (saat bayi) sehingga balita harus berpegangan pada asupan mandiri zat besi. Akibatnya, pencegahan primer maupun sekunder perlu dilakukan untuk mengatasi masalah anemia defisiensi besi pada anak, dimulai dari saat bayi hingga balita.
Asesmen yang baik pada anak harus mencakup keseluruhan penilaian faktor risiko kekurangan zat besi, termasuk volume susu sapi yang yang dikonsumsi setiap hari dan usia saat mulai minum susu sapi. Kepatuhan terhadap rekomendasi untuk bayi akan membantu memaksimalkan cadangan zat besi anak-anak yang memasuki tahun kedua kehidupannya.
Hal tersebut termasuk mendukung pemberian ASI, menggunakan susu formula yang diperkaya zat besi, memperkenalkan makanan kaya zat besi dan makanan yang diperkaya zat besi pada usia sekitar 6 bulan, menunda pemberian susu sapi hingga setidaknya 12 bulan, dan melakukan pengawasan khusus pada bayi berisiko tinggi, seperti bayi yang lahir prematur. Orang tua harus terus menekankan rekomendasi diet ini karena biasanya kerap tidak diikuti.
Walaupun memiliki banyak nutrisi dan manfaat, susu sapi rendah zat besi sehingga konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan kekurangan zat besi, terutama yang diikuti pola makan yang tidak seimbang. Beberapa negara telah menganjurkan suplementasi zat besi setelah usia pertama kehidupan. Fortifikasi susu sapi telah menunjukkan hasil yang menjanjikan pada satu populasi berisiko tinggi anemia defiesiensi besi.
Kemudian, idealnya, pencegahan sekunder mencakup mendeteksi anak yang mengalami kekurangan zat besi dan anemia defisiensi besi. American Academy of Pediatrics maupun World Health Organization juga merekomendasikan skrining defisiensi besi pada bayi berusia 9 – 12 bulan dan pemberian besi profilaksis pada bayi. Terakhir, pemeriksaan terhadap efek produk susu lainnya terhadap status zat besi juga diperlukan.
Daftar Pustaka
Oktaviani, Izzania et al. (2021). Prevalensi dan Faktor Risiko Anemia pada Anak di Negara Maju. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia 16(4), 218-226.
Ningrum, Nathalia et al. (2023). DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA ANAK USIA 0 – 18 TAHUN. Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275 8(1), 99-111.
Williams J, Wolff A, Daly A, MacDonald A, Aukett A, Booth IW. (1999). Iron supplemented formula milk related to reduction in psychomotor decline in infants from inner city areas: randomised study. BMJ. Mar 13;318(7185):693-7. doi: 10.1136/bmj.318.7185.693. Erratum in: BMJ 2000 Jul 1;321(7252):23. PMID: 10074011; PMCID: PMC27777.
Steven A. Bondi, JD, MD, and Kenneth Lieuw, MD, PhD. Excessive Cow’s Milk Consumption and Iron Deficiency in Toddlers Two Unusual Presentations and Review. (2009). ICAN: Infant, Child, & Adolescent Nutrition. Department of Primary Care and Community Medicine, Irwin Army Community Hospital, Fort Riley, Kansas (SAB) and the Uniformed Services University of the Health Sciences, Bethesda, Maryland (KL). DOI: 10.1177/1941406409335481.