Mohon tunggu...
Fitria Zahra
Fitria Zahra Mohon Tunggu... Penulis - âš•

helloツ I love reading books, watching movies and listening to musics, nice to meet you ʚ♡ɞ ✩°。 ⋆⸜ 🎧✮

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Bulan

1 Desember 2020   19:22 Diperbarui: 1 Desember 2020   21:08 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
via pinterest.com/pin

"Mama kok tau aja, aku punya teman baru", jawab Karina berusaha untuk mencairkan suasana karena suara Ibu sangat lemah, hampir tidak terdengar. 

Karina mencoba untuk terlihat tegar di depan Ibunya. 

"Iya, Mama tau dong. Kan kamu anak tersayang Mama, hehe", jawab Ibu kembali. 

Air mata Karina tak kuasa lagi menahan kepedihan yang sedari tadi ia pendam di depan ibunya. Tak ada pilihan lagi, air mata Karina menetes pelan. Dengan penuh keputusasaan Karina berkata, "Mama harus kuat ya. Karina akan berjuang terus demi Mama. Maka dari itu, Mama juga berjuang ya untuk Karina. Karina akan-",

"Karina sayang, waktu mama tinggal sebentar lagi", cela Ibu Karina.

"Mama awalnya khawatir karena jika Mama pergi, kamu tidak punya siapa-siapa selain Bapakmu itu. Tapi Karina sudah besar ya ternyata. Kamu sudah punya 'teman'. Mana teman kamu itu? Mama mau berterima kasih karena telah merawat permata Mama satu-satunya..." kata Ibu Karina, suaranya semakin pelan.

Karina tidak kuasa menahan air matanya dan akhirnya menangis deras.

"Mama, jangan pergi. Mama.. Ma... Tetap bersama Karina ya sampai tua. Mama, Karina mohon jangan-", tepat saat Karina hendak melanjutkan perkataannya, mesin detak jantung mengeluarkan suara beep panjang. 

Ibu Karina telah tiada. Hari itu, Karina kehilangan satu-satunya matahari dalam hidupnya. Semenjak kepergian ibunya, hidup Karina hampa. Karina ditawarkan Bapak untuk menetap tinggal dengan keluarga barunya, yang berarti Karina akan bertemu lagi dengan James. Selama beberapa hari, kondisi Karina makin lama makin buruk. Bagaikan lampu yang kehabisan baterai, tidak ada lagi energi yang tersisa. 

Hingga saat akhirnya Karina kembali bersekolah pun, Karina tidak fokus dan ekspresinya selalu suram. Dia bahkan tidak mendengarkan penjelasan Bapak/Ibu guru sama sekali, tidak seperti Karina biasanya. 

Saat pulang sekolah, terlihat sosok yang familiar di depan gerbang sekolah. Ternyata itu James. Dia menunggu Karina sedari tadi. Karina tidak peduli, dia lewat saja dan mengabaikan James yang seperti ingin mengatakan sesuatu. Setelah Karina melewati gerbang, pergelangan tangan kanan Karina digenggam seseorang, itu tangan James. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun