Mohon tunggu...
Fitria Yuni Astuti
Fitria Yuni Astuti Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah SD Negeri Tegalsari 02

Belajar lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Diseminasi dan Penerapan Budaya Positif di SDN Tegalsari 02

28 Agustus 2024   14:13 Diperbarui: 28 Agustus 2024   14:32 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada akhir pembelajaran Modul 1.4 ini, saya melakukan aksi nyata yaitu dengan diseminasi tentang budaya positif kepada rekan-rekan sejawat di sekolah pada hari Jumat, 24 Agustus 2024. Kegiatan diseminasi ini sebagai ruang untuk berbagi informasi dan berkolaborasi antar tenaga pendidik di sekolah saya. Kami ingin bersinergi untuk belajar bersama tentang Disiplin Positif dan bagaimana strategi yang harus dilakukan untuk mewujudkannya menjadi budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah.

Rincian Materi yang saya sampaikan dalam diseminasi adalah sebagai berikut :

  • Perubahan paradigma pembelajaran merupakan pembelajaran yang dirancang berdasarkan prinsip pembelajaran berpihak kepada murid dan berdiferensiasi, sehingga setiap murid akan belajar sesuai dengan kebutuhan dari tahap perkembangannya.
  • Displin positif adalah pendekatan untuk mendidik murid yang bertujuan untuk membentuk control diri, sehingga mereka bisa berperilaku dengan berpedoman kepada nilai-nilai kebajikan universal.

  • Setiap perilaku yang dilakukan oleh murid kita pasti punya motivasi tertentu yang terbagi menjadi tiga, yaitu untuk menghindari ketidaknyamanan / hukuman, mendapatkan imbalan atau penghargaan, kemudian motivasi yang paling baik adalah untuk menjadi orang yang mereka inginkan dengan nilai-nilai yang mereka percayai.

  • Ada 5 macam kebutuhan dasar manusia, yaitu : bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, penguasaan, kebebasan, dan kesenangan.


  • Diperlukan suatu nilai yang membantu murid untuk berbudaya positif, yaitu keyakinan kelas. Keyakinan kelas adalah  nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati oleh guru dan murid dalam kelas sebagai acuan dalam berperilaku terhadap diri sendiri dan orang lain dalam lingkungan tersebut.


  • Budaya positif juga bisa diwujudkan dengan memiliki posisi kontrol terbaik sebagai seorang guru dalam merespon tindakan indisipliner murid. Posisi Kontrol tersebut adalah penghukum, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau dan manager. Dalam hal ini posisi manager di anggap sebagai posisi control yang terbaik dan ideal untuk diterapkan.


  • Pada posisi manager guru tidak berperan sebagai pengatur perilaku muridnya, melaikan guru sebagai pembimbing murid agar bisa mengatur dirinya menjadi pribadi dengan karakter yang lebih kuat lagi. Disinilah konsep disiplin identitas sukses diterapkan melalui segitiga restitusi yang memiliki 3 tahapan, yaitu : menstatabilkan identitas, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan

  • Diseminasi Budaya Positif (Dok. Pribadi)
    Diseminasi Budaya Positif (Dok. Pribadi)

    Selain kegiatan diseminasi, saya juga menerapkan praktik Penyusunan Keyakinan Kelas dan penggunaan Segitiga Restitusi terhadap permasalahan siswa.Untuk  kegiatan penyusunan keyakinan kelas, saya terapkan di kelas 5.incian kegiatan ini adalah :

    • Mendiskusikan pentingnya kesepakatan kelas. Guru bisa bertanya kepada siswa mengapa penting untuk memiliki kesepakatan bersama di kelas.

      Gambarkan kelas yang ideal. Siswa bisa menuliskan pada kertas sticky note yang dibagi oleh guru.

      Diskusi merumuskan poin kesepakatan.

      Buat kalimat kesepakatan. Rumuskan kalimat kesepakatan kelas melalui masukan yang diterima pada proses diskusi.

    • Keyakinan kelas ini akan sangat efektif dalam usaha menciptakan lingkungan belajara yang aman, nyaman, menyenangkan, dan berpusat pada peserta didik.

      Penyusunan Keyakinan Kelas (Dok. Pribadi)
      Penyusunan Keyakinan Kelas (Dok. Pribadi)
      • Sedangkan untuk kegiatan segitiga restitusi saya terapkan kepada siswa kelas 5, yang bernama Revano, dimana siswa tersebut marah dan menggebrak meja slaha satu temannya yang menconteknya saat mengerjakan tugas. Setelah saya menerapkan segitiga restitusi, respon siswa sangat baik. Anak tersebut merasa tidak disalahkan meskipun melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinan kelas. Selanjutnya kedepan, anak tersebut berjanji untuk memperbaiki sikapnya.
    • Penerapan Segitiga Restitusi (Dok. pribadi)
      Penerapan Segitiga Restitusi (Dok. pribadi)
    • Harapan saya semoga penerapan Budaya positif dapat terwujud, baik dilingkungan sekolah, dirumah maupun dilingkungan masyarakat.

  • Salam Guru Penggerak

  • Tergerak, Bergerak, Menggerakkan ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun