Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang kurang baik untuk seluruh dunia, melumpuhkan banyak kegiatan. Indonesia juga masih bergelut untuk memerangi pandemi ini agar aktivitas warga bisa seperti sediakala. Banyak sekali permasalahan bermunculan akibat pandemi terutama di bidang kesehatan. Dengan situasi yang ada saat ini tidak memungkinkan seluruh layanan kesehatan berjalan seperti sebelumnya.Â
Posyandu yang berada di desa-desa tidak lagi aktif seperti sebelum Pandemi COVID-19. Hal ini berpengaruh pada pengawasan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak maupun balita. Banyak orangtua menjadi menurunkan pengawasannya terhadap pertumbuhan anak , sehingga pemenuhan gizi seimbang anak juga tidak terkontrol.Â
Pemenuhan Gizi Seimbang sangat penting karena hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Salah satu permasalahan kesehatan yang dapat terjadi karena kurangnya gizi seimbang yaitu stunting. Indonesia memiliki presentasi stunting yang cukup tinggi dibandingkan dengan angka standar WHO. Maka dari itu stunting perlu dicegah sejak dini.
Pemilihan lokasi KKN di Kabupaten Jember tepatnya di kelurahan Tegalgede didasarkan pada data pada tahun 2019 yang menyatakan bahwa Kabupaten Jember menjadi salah satu kabupaten yang menjadi sorotan dikarenakan angka stunting yang mengalami mengalami kenaikan. Jumlah penderita stunting di Kabupaten Jember pada tahun 2018 tercatat sebanyak 17.344 dan mengalami peningkatan pada tahun 2019 menjadi 19.870.Â
Melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang saya jalankan kali ini, saya ingin memberi edukasi kepada masyarakat sekitar mengenai beberapa cara pencegahan stunting dan pemenuhan gizi seimbang guna mecegah stunting. Tidak hanya edukasi tetapi juga membiasakan dan menerapkan mengenai hal yang mudah dilakukan setiap harinya.
Stunting merupakan Keadaan gagal tumbuh pada anak yang ditandai dengan tubuh pendek, perkembangan otak tidak maksimal, serta tumbuh kembang yang tidak optimal karena kekurangan gizi kronis. Stunting menjadi masalah gagal tumbuh yang dialami oleh bayi di bawah lima tahun yang mengalami kurang gizi semenjak di dalam kandungan hingga awal bayi lahir, stunting sendiri akan mulai nampak ketika bayi berusia dua tahun.Â
Kegiatan  yang  dilakukan  untuk menanggulangi  masalah  gizi  antara  lain  dengan penimbangan  secara  berkala  anak-anak  dibawah lima  tahun  (Balita) yang  pada  hakekatnya merupakan  perpaduan  dari  kegiatan pendidikan gizi,  monitoring gizi,  dan  intervensi  gizi  melalui Posyandu. Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita.
Beberapa  penyebab stunting pada anak antara lain Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah melahirkan, Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan postnatal (setelah melahirkan), Kurangnya akses air bersih dan sanitasi Masih kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal, dan Kurang gizi kronis dalam waktu lama .
                       Â
Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih sehat, dan pemantauan berat badan teratur.Â
Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan sangat dianjurkan untuk pemenuhan gizi anak. Setelah anak berusia 6 bulan keatas, orang tua dapat memberikan Makan Pendamping ASI (MP-ASI). Dalam pemberian MP-ASI orangtua diminta untuk memperhatikan kandungan gizi yang akan diberikan kepada anak, dan pemberian ASI dapat dilanjutkan higga anak berusia 2 tahun. Tingkat kehalusan MP-ASI sebaiknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan usia anak.Â
Jangan biarkan anak terlalu banyak mengonsumsi makanan yang terlalu manis maupun asin. Dalam tahap ini, orangtua dituntut untuk kreatif dalam menyajikan berbagai menu makanan agar anak tidak melakukan Gerakan Tutup Mulut (GTM). di harapkan orangtua lebih perhatian terhadap pemenuhan gizi  seimbang, tidak hanya kepada anak-anak tetapi juga untuk diri sendiri.Â
Memperbanyak pemahaman mengenai kesehatan diri, keluarga, dan sekitarnya. Pemenuhan gizi seimbang sesuai dengan anjuran Kemenkes RI yaitu tumpeng gizi seimbang sebagai pengganti 4 sehat 5 sempurna, serta porsi makan seperti dalam isi piringku.Â
Hal kedua yang dapat dilakukan dalam mencegah stunting yaitu Perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. misal mencuci tangan dengan air mengalir sebelum makan, setelah beraktivitas, setelah BAB, sebelum mengambil makanan, dan sebelum menyusui. Hal tersebut dapat mencegah anak dari berbagai jenis penyakit terutama cacingan, dan juga menggunakan akses air bersih dan jamban sehat.
Dengan adanya edukasi ini diharapkan keluarga yang menjadi sasaran dapat menerapkan dan membiasakan gizi seimbang dan juga perilaku hidup bersih dan sehat agar pertumbuhan anaknya optimal dan dapat menurunkan prevalensi terjadinya stunting. Apabila terdapat hal yang mengkhawatirkan, seperti kurangnya berat atau tinggi badan dan tanda-tanda stunting dapat segera dikonsultasikan kepada ahlinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H