Berita palsu dapat digunakan sebagai alat politik untuk memanipulasi pemilih, menciptakan kebingungan, dan mengubah dinamika kampanye. Oleh karena itu, penting bagi pemilih untuk mengembangkan keterampilan kritis dalam mengonsumsi informasi dan mengkonfirmasi kebenaran dari sumber yang terpercaya sebelum mempercayai dan membagikan informasi tersebut. Hal itu tentu dapat menekan penyebaran berita palsu yang membahayakan dan sulit untuk dipertanggung jawabkan, sehingga dapat mengantisipasi risiko adanya perpecahan.
Maka demikian, penggunaan media sosial dalam kampanye politik telah mengubah cara politik dilakukan dan berdampak pada opini publik, partisipasi politik, dan penyebaran berita palsu. Sementara media sosial memberikan akses yang lebih besar bagi pemilih dan memperluas partisipasi politik, juga diperlukan kehati-hatian dalam menghadapi tantangan seperti bias informasi dan penyebaran berita palsu. Dalam era digital ini, penting bagi kita untuk mengembangkan keterampilan kritis dalam mengonsumsi informasi politik dan membangun budaya diskusi yang inklusif dan berdasarkan fakta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H