Mohon tunggu...
dafit
dafit Mohon Tunggu... Freelancer - manusia

Hutan, gunung, sawah, lautan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hey, Kawan! Mengapa Kau Berkhianat?

21 Mei 2023   06:00 Diperbarui: 21 Mei 2023   06:15 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hatiku berat dengan rasa kecewa yang mendalam karena dikhianati oleh temanku. Aku merasa perlu ungkapkan perasaanku yang rumit nan kompleks ini. Ini akan menjadi saat dan tempat yang aman bagi perasaanku yang terluka untuk sembunyi dan menyembuhkan luka itu.

Aku memiliki seorang teman yang sangat dekat denganku. Kami berbagi banyak kenangan indah bersama, menghadapi berbagai perjuangan dan bahagia bersama. Aku mempercayainya sepenuhnya dan menganggapnya sebagai sahabat sejatiku. Namun, baru-baru ini, kepercayaan dan keyakinanku hancur ketika aku mengetahui bahwa ia telah mengkhianatiku.

Rasanya seperti baru saja ditikam dari belakang atas pengkhianatan ini. Bagaimana mungkin seseorang yang aku anggap sahabat sejati berkhianat dengan cara seperti ini? Aku merasa seperti semua kepercayaan dan komitmen yang telah aku bangun dengan susah payah selama bertahun-tahun telah rusak dalam sekejap.

Rasa kecewa yang kurasakan saat ini teramat dalam. Aku merasa seperti selama ini aku hidup dalam sebuah ilusi, dan semua momen indah yang telah kami lewati bersama tidak bernilai apa-apa. Aku bertanya-tanya apa yang telah aku lakukan salah sehingga ia memilih untuk berlaku seperti ini.

Tidak hanya itu, tetapi aku juga semakin terluka karena pengkhianatan itu dibalut dengan selimut kebohongan. Ia tidak hanya mengkhianatiku tetapi juga menebar benih kepalsuan kepada setiap orang. Sesuatu yang tak sebenarnya terjadi, dibuatnya semakin menjadi-jadi. Sesuatu yang sejatinya tak demikian adanya, menjadi sedemikian di ada-ada. Aku merasa seperti semua hubungan yang kami bangun didasari oleh kebohongan dan ketidakjujuran.

Rasa kecewa ini juga membuatku mempertanyakan nilai-nilai persahabatan yang pernah aku yakini. Aku merasa seperti aku telah memberikan segalanya dalam persahabatan ini, tetapi ia dengan seenaknya berkhianat. Aku merasa seperti persahabatan yang pernah berarti begitu banyak bagiku sekarang hanya menjadi puing-puing yang tidak berarti.

Aku merasa terpuruk dan bingung. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dengan rasa kecewa yang kurasakan saat ini. Aku ingin menghadapinya dan mencoba memperbaiki hubungan kami, tetapi di saat yang sama, aku merasa takut bahwa aku hanya akan mengalami lebih banyak kekecewaan dan pengkhianatan di masa depan.

Menghadapi rasa kecewa ini sangat sulit. Aku merasa kesepian dan terasing, karena aku tidak bisa membagikan rasa kecewa ini dengan temanku yang telah mengkhianatiku, begitu juga dengan yang telah terhasut olehnya. Aku merasa seperti aku telah kehilangan seseorang yang begitu penting dalam hidupku, dan hal itu meninggalkan luka yang dalam.

Namun, dalam keadaan ini, aku harus mencoba menemukan cara untuk menghadapi rasa kecewa dan melangkah maju. Aku perlu memberikan waktu pada diriku sendiri untuk mengendalikan perasaan ini. Rasa kecewa ini tidak akan hilang dalam semalam, dan aku harus memberikan diriku kesempatan untuk mengatasi perasaan-perasaan negatif ini.

Setelah itu, aku perlu melakukan refleksi dalam diri. Aku perlu mempertanyakan apakah ada tanda-tanda yang mungkin telah aku abaikan sebelumnya. Apakah ada peringatan atau perilaku yang menunjukkan bahwa temanku tidak dapat dipercaya? Ini akan membantu aku untuk belajar dari pengalaman ini dan menghindari situasi serupa di masa depan.

Aku juga harus mencari dukungan dari orang-orang terdekatku yang dapat kuandalkan. Aku perlu berbicara dengan seseorang yang dapat mendengarkan perasaanku tanpa menghakimi atau memihak. Mereka mungkin dapat memberikan perspektif baru dan membantu aku menemukan jalan untuk memulihkan diri dari rasa kecewa ini.

Aku juga perlu belajar untuk memaafkan, bukan hanya untuk temanku yang telah mengkhianatiku, tetapi juga untuk diriku sendiri. Aku tidak bisa terus menerus meratapi kejadian ini dan membawa beban perasaan negatif yang berkepanjangan. Memaafkan tidak berarti bahwa aku harus melupakan atau menerima kembali temanku, tetapi ini adalah langkah pertama menuju pemulihan diri.

Selain itu, aku perlu mengingat bahwa tidak semua orang akan mengkhianatiku, seperti halnya yang baru saja aku alami. Ada banyak orang baik di dunia ini yang pantas mendapatkan kepercayaan dan persahabatanku. Aku tidak boleh membiarkan pengkhianatan ini menghalangi itikad untuk membentuk hubungan yang positif dan sehat di masa depan.

Rasa kecewa ini adalah pengalaman yang sulit dan menyakitkan, tetapi aku yakin bahwa aku akan tumbuh dan menjadi lebih kuat dari situasi ini. Aku akan belajar untuk lebih berhati-hati dalam memilih teman dan membangun kepercayaan, sambil tetap membuka hati untuk orang-orang yang pantas mendapatkan tempat di dalam hidupku.

Aku berharap bahwa dengan mengutarakan pengalaman ini, aku dapat menemukan sebuah kedamaian hati. Meskipun aku belum tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, aku berkomitmen untuk membangun kehidupan yang lebih baik dan mencari kebahagiaan yang sesungguhnya. Semoga kita selalu dipertemukan dengan orang-orang baik, yang selalu menjaga itikad dan sikap baiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun