Fitriatul hasanah pendidikan biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Jember
Pencemaran minyak merupakan salah satu masalah lingkungan paling serius yang dihadapi dunia saat ini, terutama karena aktivitas industri, seperti pengeboran lepas pantai dan transportasi minyak (Sarah Nur Qowiyah et al., 2021). Ketika tumpahan minyak terjadi, minyak mentah menyebar di permukaan air, merusak ekosistem laut, mengganggu kehidupan biota air, dan mencemari pantai (Widodo & Wahyuni, 2020). Penanggulangan   pencemaran   minyak dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologi, Penanggulangan secara fisik umumnya digunakan sebagai langkah awal ketika menangani tumpahan minyak, terutama jika minyak belum menyebar luas. Namun, metode ini memerlukan biaya yang sangat tinggi karena harus mengangkut dan menyediakan energi untuk membakar material yang telah tercemar. Selain itu, metode penanganan secara kimia dapat diterapkan dengan memanfaatkan bahan kimia yang mampu mendispersi minyak agar dapat terpecah menjadi partikel-partikel kecil, terutama bila polutan tersebut berada dalam konsentrasi tinggi. Meskipun demikian, metode kimia memiliki kelemahan, yaitu tingginya biaya operasional, serta kebutuhan teknologi dan peralatan canggih untuk menghilangkan residu bahan kimia dari lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif tambahan. Mengingat bahwa pencemaran minyak, baik dalam konsentrasi rendah maupun tinggi, memiliki dampak serius, manusia terus mencari teknologi yang lebih mudah, terjangkau, dan tidak menimbulkan dampak lingkungan lanjutan ( Aliyanta, B., & Mujab, A. S. 2012).
Salah satu alternatif untuk menangani lingkungan yang tercemar oleh minyak adalah dengan menggunakan teknik bioremediasi. Bioremediasi adalah teknologi pemulihan lingkungan yang memanfaatkan mikroorganisme untuk menguraikan polutan organik menjadi zat yang tidak berbahaya. Dalam kasus limbah minyak, mikroba bekerja dengan mendegradasi hidrokarbon kompleks dalam minyak menjadi molekul sederhana seperti air dan karbon dioksida. Dengan demikian, bioremediasi dapat mengurangi konsentrasi polutan secara alami, ekonomis, dan tanpa menimbulkan residu beracun tambahan (Melati, 2020). "Penggunaan mikroba dalam bioremediasi limbah minyak adalah solusi yang efektif dan ramah lingkungan. Mikroba bekerja secara alami, dengan efisiensi yang sangat tinggi dalam kondisi yang sesuai," ujar Dr. Hendra Sukma dari Universitas Indonesia, yang telah meneliti tentang bioremediasi limbah minyak di wilayah pesisir Kalimantan.
Mengaitkan penelitian Kukuh Munandar di Google Scholar dengan topik "Teknologi Bioremediasi: Mikroba sebagai Pahlawan Pengurai Minyak," ada potensi besar untuk membangun pembelajaran berbasis proyek (PBL) yang relevan dengan ekologi. Dalam salah satu penelitiannya, Kukuh Munandar berfokus pada integrasi ekosistem dan teknologi dalam pendidikan, yang dapat diaplikasikan pada studi pencemaran minyak. Dengan menggunakan pendekatan bioremediasi, siswa dapat diajarkan bagaimana mikroba seperti Alcanivorax borkumensis menjadi solusi alami untuk mengurai minyak, memberikan pemahaman praktis tentang bioteknologi ramah lingkungan. Hal ini dapat meningkatkan keterampilan analitis dan keberlanjutan siswa.
Mikroba yang Digunakan dalam Bioremediasi Minyk yaitu Bakteri seperti Alcanivorax borkumensis dan Pseudomonas putida sangat efektif dalam proses bioremediasi limbah minyak. Alcanivorax borkumensis, misalnya, dikenal sebagai "bakteri pemakan minyak" yang tumbuh subur di lingkungan laut yang tercemar minyak. Ketika terdapat tumpahan minyak, bakteri ini berkembang biak dengan cepat dan mulai mendegradasi senyawa hidrokarbon di dalam minyak, mengubahnya menjadi komponen yang lebih aman bagi lingkungan.
Proses Bioremediasi Tumpahan Minyak di Laut Ketika terjadi tumpahan minyak di laut, proses bioremediasi sering kali dimulai dengan bioaugmentasi, yaitu metode pemberian nutrisi tambahan, seperti nitrogen dan fosfor, untuk mendukung pertumbuhan mikroba pengurai minyak. Nutrisi ini membantu mempercepat proses degradasi dengan menyediakan energi tambahan bagi mikroba untuk berkembang biak dan bekerja lebih efisien. Pemberian oksigen juga dilakukan untuk menjaga agar kondisi lingkungan tetap aerobik, yang dibutuhkan oleh banyak mikroba untuk memecah hidrokarbon.Setelah nutrisi ditambahkan, mikroba akan bekerja secara aktif menguraikan minyak mentah di perairan. Dalam jangka waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan, konsentrasi minyak dapat menurun drastis, dan residu yang tersisa menjadi lebih aman bagi lingkungan (Waluyo, L. 2018).
Keuntungan Bioremediasi dibandingkan Metode Konvensional Berbeda dari metode fisik dan kimia, seperti penyedotan dan pembakaran minyak yang membutuhkan biaya tinggi dan berisiko meninggalkan residu berbahaya, bioremediasi adalah proses yang murah dan tidak meninggalkan sisa kimia beracun. Karena menggunakan mikroorganisme alami, proses ini lebih aman dan tidak merusak lingkungan.
Meskipun bioremediasi adalah metode yang menjanjikan, penerapannya memiliki tantangan tersendiri. Kondisi lingkungan, seperti suhu, salinitas, dan kadar oksigen, perlu diatur secara cermat agar mikroba pengurai dapat bekerja dengan optimal. Perairan laut yang dingin atau air dengan salinitas tinggi dapat menghambat aktivitas mikroba. Oleh karena itu, para peneliti terus mengembangkan mikroba yang tahan terhadap kondisi ekstrem (Nuryana, D. 2017).
Di Indonesia, teknologi bioremediasi mulai diterapkan di beberapa wilayah yang tercemar oleh tumpahan minyak, terutama di daerah pesisir yang terdampak aktivitas pengeboran lepas pantai. Pemerintah dan industri bekerja sama untuk mengembangkan bioremediasi sebagai solusi penanganan limbah minyak yang lebih ramah lingkungan dan efektif. Beberapa proyek di perairan sekitar Kalimantan telah menunjukkan hasil yang positif, dengan mikroba berhasil mengurangi kadar polutan secara signifikan dalam beberapa minggu.
Dengan berkembangnya teknologi bioremediasi, diharapkan metode ini bisa diadopsi secara luas sebagai solusi utama penanganan limbah minyak di perairan. Para ilmuwan terus mengembangkan mikroorganisme yang lebih efektif dan tangguh, yang mampu menguraikan minyak lebih cepat dan dalam kondisi lingkungan yang bervariasi. Dukungan dari pihak industri dan pemerintah sangat penting untuk mengembangkan teknologi ini agar dapat diterapkan secara optimal di lapangan.
Daftar Pustaka
Aliyanta, B., & Mujab, A. S. (2012). Penggunaan biokompos dalam bioremediasi lahan tercemar limbah minyak bumi. Jurnal Kimia VALENSI, 2(3), 105900.
Melati, I. (2020). Teknik Bioremediasi: Keuntungan, Keterbatasan Dan Prospek Riset. Prosiding Seminar Biotik, Rahayu 2005, 272--286.
Nuryana, D. (2017). Bioremediasi Pencemaran Minyak Bumi. Journal of Earth Energy Engineering, 6(2), 9-13.
Sarah Nur Qowiyah, Mahmiah, & Rudi Siap Bintoro. (2021). Pencemaran Minyak Di Perairan Utara Pulau Bawean. Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal Of Tropical Marine Research) (J-Tropimar), 3(2), 54--64. https://doi.org/10.30649/jrkt.v3i2.40
Widodo, B. . H., & Wahyuni, E. T. (2020). Manajemen Penanggulangan Tumpahan Minyak Di Laut Akibat Dari Pengoperasian Kapal. Majalah Ilmiah Gema Maritim, 20(1), 60--66.
Waluyo, L. (2018). Bioremediasi Limbah: Limbah (Vol. 1). UMMPress.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H