Mohon tunggu...
Fitria Shinta Harsini
Fitria Shinta Harsini Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru SD yang memiliki hobi menulis. Tulisan sesuai dengan dunia kerja saya sehari-hari sebagai pendidik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penerapan Budaya Positif di Sekolah

9 Juni 2024   06:22 Diperbarui: 9 Juni 2024   06:28 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4. Kebutuhan Dasar Manusia

Ada lima Kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia, yakni kebutuhan untuk bertahan hidup (Survival), Cinta dan Kasih Sayang (Love and Belonging), Kesenangan (Fun), Kebebasan (Freedom), Kekuasaan (Power). Kebutuhan akan bertahan hidup misalnya jika seseorang merasakan lapar, membutuhkan tempat tinggal, membutuhkan pekerjaan demi mendapatkan penghasilan. 

Kebutuhan cinta dan kasih sayang ditunjukkan ketika ingin merasa diperhatikan orang lain, ingin mendapatkan sesuatu yang bernilai dari seseorang baik berupa sanjungan maupun pujian. Intinya mereka ingin disukai oleh orang lain. Kebutuhan Kesenangan ketika ia ingin bersenang-senang, bermain, tertawa bahagia.

 Kebutuhan Kebebasan ketika sesorang tidak ingin di kekang, ingin merasakan kebebasan untuk melakukan sesuatu yang dia inginkan. Kebutuhan Penguasaan terlihat ketika seseorang ingin terlihat hebat di mata orang lain, terlihat paling berkualitas, terlihat keren di depan banyak orang. 

5. Keyakinan Kelas

Keyakinan kelas diharapkan dapat menggiatkan nilai-nilai kebajikan universal yang dipercaya oleh peserta didik. Keyakinan kelas untuk merubah kalimat negatif menjadi kalimat positif yang diyakini oleh peserta didik sebagai kalimat yang baik sesuai dengan apa yang mereka percaya dan inginkan. 

Keyakinan kelas dapat dilakukan melalui kegiatan menyanyakan anak-anak tentang kondisi kelas mereka sebelumnya, menanyakan apa makna dari peraturan atau tata tertib yang mereka kenal, menanyakan kelas impian mereka seperti apa, menjelasakan tentang perbedaan keyakinan kelas dan peraturan kelas atau sekolah, meminta peserta didik menuliskan kalimat positif sebagai yang akan dijadikan sebagai keyakinan kelas, seluruh peserta didik dan guru bersama-sama merumuskan kalimat yang mereka buat melalui kesepakatan kelas dan akan dijadikan sebagai keyakinan kelas.   

Setelah selesai poin keyakinan kelas selesai, maka langkah terakhir adalah membuatnya dalam sebuah poster keyakinan kelas  yang akan di pajang di kelas.

6. Posisi Kontrol Guru

Posisi kontrol guru ada lima, yakni sebagai penghukum, sebagai pembuat merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Pertama adalah posisi penghukum, di mana guru  akan melakukan tindakan yang membuat peserta didik merasa tidak nyaman dan berdampak pada psikologis anak. 

Jelas disini identitas anak adalah gagal, berdampak anak merasa tidak berguna dan menganggap dirinya buruk.  Posisi pembuat merasa bersalah terlihat suara guru yang cenderung seolah-olah ingin dikasihani oleh peserta didik dan tersirat memendam rasa kecewa yang mendalam. 

Posisi teman terlihat dari guru yang sering membuat alasan-alasan untuk muridnya. Murid merasa bahwa guru adalah temannya,sehingga anak merasa bergantung. Anak menjadi tidak mandiri. Posisi pemantau meletakkan peraturan sebagi hal uatama, ia melihat dengan detil apa yang dilakukan peserta didik sesuai dengan peratutan yang telah ditetapkan. Murid akan menyesuaikan kondisi jika ia merasa dalam pengawasan guru.

Terakhir adalah posisi kontrol manajer, di mana guru akan berusaha menyelesaikan masalah dengan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik untuk peserta didik dapat menyadari kesalahan serta menentukan solusi dari permasalahan yang dialamai. Mereka memahami keyakinan dari nilai kebajikan yang mereka percaya. 

7. Segitiga Restitusi

Restitusi itu membuat siswa untuk dapat melihat dirinya seperti apa. Bersifat menguatkan, berfokus pada karakter bukan tindakan. Restitusi mengajarkan anak dapat mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi. Peserta didik juga belajar menyadari kesalahan yang telah dilakukan. 

Langkah disiplin positif disini meliputi tiga langkah, yaitu menstabilkan identitas, memvalidasi tindakan yang salah, serta menanyakan keyakinan. Menstabilkan identitas merupakan langkah untuk menstabilkan kondisi siswa dari identitas gagal. Memvalidasi tindakan yang salah dimaksudkan untuk menggali tindakan yang salah yang dilakukan oleh murid. 

Selanjutnya tahap teakhir adalah menanyakan keyakinan. Langkah ini dimaksudkan agar peserta didik mengingat kembali nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati oleh murid saat membuat keyakinan kelas. Peserta didik dapat menemukan solusi dari permasalahan yang telah dialami.

Adapun contoh penerapan Segitiga Restitusi dapat di simak pada tayangan Diseminasi Budaya Positif yang saya lakukan di sekolah SD Negeri Sukapura 04 Pagi di Link Youtube


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun