Mohon tunggu...
fitri yani arzhella
fitri yani arzhella Mohon Tunggu... -

Biarkan orang lain meremehkan kemampuan kita, tapi jangan sampai kita meremehkan kemampuan diri sendiri. Ingat Allah menciptakan kekurangan bersama kelebihan ^_^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

analogi cangkir, kopi dan air putih.

25 April 2016   20:29 Diperbarui: 29 April 2016   05:45 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agar sesuatu berada pada tempatnya, biarkan dia masuk terlebih dahulu. Namun, sebuah cangkir tidak bisa menampung lebih dari satu jenis minuman, jika masih ada yang menetap didalamnya keluarkanlah. Karena jika masih ada yang menetap didalamnya, yang berusaha masuk akan teras percuma, akan tumpah lagi keluar. Dan semua akan sia-sia. Maka, jika menginginkan sesuatu masuk, keluarkan terlebih dahulu yang telah menetap didalam sebelumnya. Kemudian baru bisa memasukkan minuman baru kedalam cangkir tersebut.”

Sebuah cangkir berisikan kopi didalamnya, pekat, pahit, dan sudah tidak layak minum. Namun masih berada didalamnya. Entah kopi yang masih betah diam didalamnya, entah cangkir yang sengaja menyimpan kopi itu lebih lama disana. Apapun itu, hal ini tidak boleh dibiarkan terus menerus. Lama kelamaan, kopi akan semakin pekat dan mengeluarkan bau tidak enak, bukan lagi bau kopi baru seduh yang sangat menanangkan seperti pertama kali kopi itu menghuni cangkir. Kopi yang pada awalnya wangi dan begitu memikat siapapun yang akan meneguknya, kini berubah menjadi kopi, pekat, pahit, dan sudah tidak layak minum. Bahkan pencinta kopi sekalipun akan berpikir berpuluh-puluh kali untuk meneguknya, namun cangkir itu masih tetap menyimpan kopi didalamnya. Sudah saatnya, cangkir putih itu memiliki penghuni baru, bukan lagi kopi pekat  yang sudah lama. Cangkir itu seharusnya mendapatkan penghuni yang lebih pantas. Memang, cangkir ini pada awalnya putih bersih namun perlahan ternodai oleh kopi. Meninggalkan bercak dan membuat cangkir putih itu menjadi sedikit kusam karena pekatnya kopi perlahan masuk kedalamnya.

Sebaiknya kopi pekat itu dikeluarkan dan cangkir putih itu dibersihkan, dipersiapkan sebaik-baiknya untuk calon penghuni baru nantinya. Penghuninya yang jauh lebih baik dan tidak merubahnya menjadi kusam kembali karenanya. Penghuni yang akan tetap menjaganya tetap putih seperti warna asalnya. Cangkir tau benar, penghuni seperti apa yang memang seharusnya menghuninya. Bukan teh, bukan kopi, bukan jus, bukan juga wine, tapi air putih. Ya, air putih tidak akan merubahnya menjadi kusam, dia akan menjaga warnanya tetap seperti pertama, putih. Karena memang air putih tidak berwarna dan tidak akan membuat cangkir berubah warna. Air putih pun tidak berbau, sehingga tidak akan menimbulkan bau tidak sedap bila lama berdiam diri di cangkir. Penghuni yang memang pantas untuknya.

Kini cangkir sudah tidak menyimpan kopi didalamnya, semua yang disisakan kopi, bau, pekatnya dan warna kusamnya tengah dibersihkan. Cangkir itu tengah dipersiapkan sebaik-baiknya untuk penghuni barunya, air putih. Sehingga pada saat air putih akan menghuninya, cangkir itu sudah menjadi sebaik-baiknya tempat pulang untuk air putih. Sekarang, yang bisa dilakukan cangkir adalah menanti. Menanti kedatangan air putih untuk tinggal didalamnya.

 

Ingat Tuhan menyuruh kita untuk bahagia, bukan untuk merawat luka ^_^ 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun