Ketiga, kebijakan tersebut menyebabkan ketersediaan gas elpiji bersubsidi 3kg semakin langka. Hal itu disebabkan karena meningkatnya permintaan masyarakat terhadap gas bersubsidi 3kg yang tidak diikuti dengan meningkatnya pasokan gas tersebut ke masyarakat. Pernyataan tersebut telah disampaikan oleh pihak pertamina sendiri bahwa mereka tidak akan menambah pasokan gas bersubsidi walaupun ada lonjakan permintaan. Sehingga seolah-olah pasar akan membentuk suatu mekanisme “siapa cepat siapa dapat” bukan “siapa tepat dia berhak” untuk memperoleh gas bersubsidi dan diperburuk oleh oknum nakal yang mengoplos gas bersubsidi ke dalam tabung 12kg sehingga jumlahnya semakin langka dipasaran.
Evaluasi Efektifitas Kebijakan
Pada akhirnya, pemerintah haruslah tegas dalam menanggapi kebijakan ini, apabila subsidi gas 12kg tetap dihapuskan maka berfokuslah pada bagaimana caranya supaya penggunaan gas bersubsidi 3kg jatuh pada sasaran yang tepat sehingga tidak membebankan masyarakat miskin akibat terjadinya kenaikan harga elpiji 12kg. perlu adanya evaluasi lebih lanjut apakah kebijakan tersebut memang secara efektif dapat mengurangi kerugian yang diperoleh Pertamina atau sebaliknya malah menambah beban kerugian Pertamina itu sendiri.
Berdasarkan fakta diatas, hanya sekitar dua persen pengguna gas elpiji 12kg yang tetap bertahan atau tidak beralih ke gas bersubsidi. Tidak menutup kemungkinan jika jumlah tersebut akan semakin menurun seiring dengan semakin meningkatnya harga gas elpiji 12kg. Sehingga pada akhirnya, kebijakan ini hanyalah mengurangi kerugian pertamina dengan jumlah yang relatif lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya sebesar lima trilliun pertahun. Pada keadaan tertentu bisa saja kebijakan ini tidak mencegah kerugian sama sekali bahkan malah menambah kerugian akibat adanya kenaikan harga gas elpiji bersubsidi dan produk atau jasa yang menggunakan gas elpiji 12kg.
Referensi :
http://economy.okezone.com/read/2014/09/17/19/1040252/migrasi-ke-elpiji-3-kg-cuma-2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H