Rania tetap tenang meski pikirannya bekerja cepat. Jika Adrian tidak yakin, maka ia masih memiliki peluang untuk mengendalikan situasi.
"Jika tidak ada yang lain, saya rasa Anda sudah mendapat jawaban Anda," kata Rania, bangkit dari tempat duduknya.
Adrian memandangnya sejenak sebelum berdiri. "Baiklah. Tapi saya akan tetap mengawasi. Anda terlalu menarik untuk diabaikan, baik sebagai pramugari... atau mungkin lebih dari itu."
Setelah Adrian pergi, Rania menutup pintu dan menghela napas panjang. Ia tahu permainan ini baru saja dimulai. Adrian adalah ancaman nyata, tetapi ia juga melihat celah dalam keraguannya.
Malam itu, Rania mengambil tindakan pencegahan. Ia mengakses sistem cadangannya, memindahkan sebagian besar data sensitif dan jejak digitalnya ke server baru yang lebih aman. Semua akun dan protokol ShadowFlare diperbarui, memastikan bahwa jejak yang telah diendus Adrian tidak lagi relevan.
Rahasia di Balik Dinding
Keesokan harinya, setelah penerbangannya ke Jakarta selesai, Rania kembali ke rumahnya. Rumah itu sederhana, hampir tidak mencolok di lingkungan pinggiran kota. Dinding putih dengan pagar kayu yang sudah sedikit pudar, taman kecil di depan yang dipenuhi tanaman hijau, semuanya terlihat biasa saja.
Namun, di balik penampilan sederhana itu, terdapat rahasia besar. Di ruang tamu yang terlihat minimalis, ada sebuah pintu tersembunyi di bawah karpet. Di balik pintu itu, sebuah tangga spiral membawa Rania ke ruang bawah tanah yang menjadi markasnya selama bertahun-tahun.
Ruangan itu berisi sederetan komputer dengan layar besar, perangkat keras canggih, serta brankas besar yang menyimpan uang tunai, emas batangan, dan dokumen-dokumen penting. Di salah satu sudut, ada papan tulis elektronik yang penuh dengan diagram dan catatan tentang target berikutnya.
Rania duduk di kursinya, menatap layar yang menampilkan profil Adrian. Pria itu lebih cerdas daripada kebanyakan orang yang pernah mencoba melacaknya, tapi ia yakin bahwa ia bisa mengatasi situasi ini.
"Jika kau ingin bermain, Adrian," gumamnya sambil tersenyum. "Aku akan pastikan kau menyesal memulainya."