"Kalian tidak seharusnya datang," katanya, mendekati mereka.
Dika, dengan suara gemetar, menjawab, "Kami hanya ingin membuktikan kalau cerita itu tidak benar."
Wanita itu tertawa kecil, tapi tawanya dingin. "Kalian datang dengan hati yang kotor. Hutan ini bukan untuk mereka yang dipenuhi iri dan dengki. Setiap niat buruk akan membawamu pada kehancuran."
Tiba-tiba, tanah di bawah mereka berguncang. Pohon-pohon yang menyerupai manusia mulai bergerak, akar-akar mereka merambat menuju ketiganya. Reza berteriak dan mencoba menarik Wulan untuk berlari, tapi kakinya seperti terjebak dalam lumpur.
Dika, yang paling dekat dengan pohon tua, mulai ditarik oleh akar-akar besar. Dia berteriak, tapi tidak ada yang bisa menolong. Dalam sekejap, tubuhnya menghilang ke dalam pohon itu.
Reza dan Wulan berlari sekuat tenaga, tetapi suara bisikan dan tawa terus mengikuti mereka. Ketika mereka hampir mencapai pintu keluar hutan, Wulan tersandung dan jatuh. Reza mencoba membantunya, tapi sosok wanita itu kembali muncul, kali ini di hadapan mereka.
"Kalian ingin tahu kenapa hutan ini ada?" katanya. "Ini adalah tempat untuk mereka yang hatinya busuk, tempat di mana iri dan dengki dimakan hingga tersisa hanya kehampaan."
Seketika, semua menjadi gelap.
Ketika Reza sadar, dia sudah berada di luar hutan. Tubuhnya gemetar, tapi Wulan tidak ada di sisinya. Dengan napas tersengal, dia mencoba mencari bantuan. Penduduk desa menemukan Reza pagi harinya, berbaring di tanah dengan wajah ketakutan.
"Di mana teman-temanmu?" tanya salah satu warga. Tapi Reza tidak mampu menjawab. Dia hanya menatap hutan dengan tatapan kosong.
Sejak saat itu, Reza menjadi pendiam. Beberapa minggu kemudian, dia menghilang tanpa jejak. Warga desa percaya, hutan itu memanggilnya kembali.