Renita tak pernah menduga, tugas keluar kota yang diberikan oleh CEO perusahaan tempatnya bekerja akan menjadi titik balik dalam hidupnya. Waktu itu, ia ditugaskan untuk mengikuti pelatihan di luar kota bersama sebelas rekan kerjanya. Renita adalah satu-satunya perempuan dalam tim tersebut, dan agar tidak merasa sendirian, ia memutuskan untuk mengajak Dewi, teman sekantornya, agar ikut serta. Dewi, yang sudah lama dikenal Renita, setuju untuk menemani.
Namun, ada hal yang Renita tidak tahu. Sebelum ia memutuskan mengajak Dewi, rekan-rekannya sebenarnya sudah menanyakan kepada Dewi apakah Renita bisa ikut pelatihan itu. Dewi dengan sengaja mengatakan bahwa Renita sedang sibuk dan tidak bisa ikut. Salah satu rekan Renita, yang merasa ragu dengan penjelasan Dewi, langsung menghubungi Renita. Betapa terkejutnya Renita ketika mengetahui bahwa ada kesempatan baginya untuk ikut pelatihan itu, bahkan ia langsung mengajak Dewi agar mereka bisa pergi bersama. Tanpa mengetahui niat buruk Dewi, mereka semua berangkat ke luar kota bersama-sama.
Perjalanan itu mengubah hubungan Renita dan rekan-rekannya. Dalam beberapa hari yang mereka habiskan bersama di pelatihan, hubungan mereka yang awalnya hanya sebatas rekan kerja berkembang menjadi persahabatan yang erat. Mereka saling berbagi pengalaman, belajar bersama, dan membawa pulang ilmu berharga yang akan mereka bagikan kepada seluruh tim di perusahaan. Ketika pulang, suasana di dalam mobil penuh dengan canda tawa. Mereka melaju dengan kecepatan tinggi, semangat mereka begitu tinggi hingga tak menyadari bahwa mereka menabrak seekor kucing.
Renita, yang duduk di bagian depan, langsung meminta sopir menghentikan mobil. Ia keluar dengan cepat, mendekap kucing yang tergeletak tak berdaya di jalanan. Dengan penuh harap, ia membacakan selawat Nabi sambil mengusapkan air ke tubuh kucing tersebut. Ajaibnya, beberapa saat kemudian, kucing itu tersadar, bergerak perlahan, dan akhirnya bisa berdiri kembali. Renita tersenyum lega, sementara yang lain kagum pada ketulusannya.
Namun, kenangan indah itu perlahan terkikis seiring berjalannya waktu. Persahabatan mereka tak lagi sama sejak Dewi mulai menabur racun di antara teman-teman mereka. Dewi, yang selama ini menyimpan kecemburuan terhadap Renita, memutuskan untuk merusak reputasi Renita di hadapan rekan-rekannya. Ia menyebarkan kabar buruk bahwa Renita adalah sosok yang kasar, egois, dan suka merendahkannya. Banyak rekan mereka yang percaya pada cerita Dewi. Sedikit demi sedikit, Renita dijauhi, hingga akhirnya CEO pun mulai kehilangan kepercayaannya terhadap Renita.
Renita tahu bahwa Dewi sedang berusaha menyingkirkannya, tetapi ia tidak pernah membalas dendam. Ia hanya bisa pasrah, menyerahkan segala urusan pada Tuhan. Renita tetap bekerja seperti biasa, meskipun suasana di kantor semakin dingin terhadapnya. Ketika semua orang menjauhinya, Renita memilih untuk tetap profesional, berusaha sebaik mungkin dalam tugas-tugasnya. Ia percaya bahwa kebenaran akan terungkap pada waktunya.
Dan benar saja, waktu membuktikan segalanya. CEO, yang selama ini memercayai kata-kata Dewi, akhirnya mulai melihat kejanggalan dalam sikapnya. Semakin lama, semakin jelas bahwa Dewi hanya ingin menyingkirkan Renita demi ambisi pribadinya. Perlahan tapi pasti, kepercayaan CEO kepada Renita kembali. Renita diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuannya lagi. Ia bekerja lebih keras, lebih giat, dan semakin cermat dalam menjalankan tugasnya.
Hubungan Renita dan Dewi kini menjadi biasa saja, tanpa rasa sakit hati atau kebencian. Renita memutuskan untuk memaafkan, meskipun ia tidak melupakan apa yang telah terjadi. Ia lebih berhati-hati dalam bersikap terhadap rekan-rekannya, belajar dari pengalaman pahit yang mengajarinya untuk tidak selalu mempercayai semua orang. Meski begitu, Renita tetap percaya bahwa kebaikan akan menemukan jalannya sendiri.Â
Beberapa tahun kemudian, Renita berdiri dengan kepala tegak di depan timnya, kembali menjadi bagian penting dalam perusahaan. Ia tersenyum pada Dewi yang duduk di barisan belakang ruangan, mengingat masa lalu mereka yang penuh lika-liku. Tanpa perlu mengungkapkan apapun, Renita tahu bahwa dirinya telah menang, bukan dengan balas dendam, tetapi dengan ketulusan dan kerja keras yang tak pernah goyah.Â
Renita menyadari, kadang perjalanan hidup membawa kita pada tikungan-tikungan yang tak terduga, tapi setiap langkah yang kita ambil, dengan niat baik dan tulus, akan membawa kita kembali pada jalur yang benar. Dan ia telah membuktikan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H