Kabupaten Sumenep merupakan salah satu kabupaten yang ada di Pulau Madura. Kabupaten  Sumenep didominasi oleh wilayah pesisir yang dihuni oleh masyarakat sekitar. Kabupaten Sumenep merupakan daerah rawan bencana karena dilihat dari sisi geografis mempunyai beberapa wilayah kepulauan.Â
Kabupaten Sumenep mempunyai 126 pulau dan 48 pulau diantaranya merupakan pulau yang berpenghuni masyarakat asli sumenep. Bupati Sumenep, A. Busyro Karim mengatakan  "Dengan banyaknya pulau yang kita miliki, maka Sumenep menjadi daerah rawan bencana terutama di daerah pesisir."
Kepala BPBD Jawa Timur mengatakan bahwa dalam pemetaan BPBD Jawa Timur, bencana hidrometeorologi (bencana alam) yang perlu dan harus diwaspadai warga Sumenep ada enam jenis, yaitu banjir, angin puting beliung, tanah longsor, abrasi laut, kekeringan dan gempa bumi.
"sepanjang tahun 2016 telah terjadi bencana puting beliung sebanyak 333 kejadian. Namun beruntung, dari ratusan kejadian tersebut, tidak ada satupun korban jiwa di Sumenep" data dai BPBD Sumenep. Wilayah-wilayah yang terancam bencana puting beliung adalah Desa Kertasada dan Marengan Laok, Kecamatan Kalianget, dan desa-desa yang terletak di sekitarnya yaitu kawasan pesisir pantai utara seperti di Kecamatan Pasongsongan, Ambuten, Dasuk, Batuputih dan daerah pesisir utara lainnya. Â
Selain bencana puting beliung, menurut BPBD Kabupaten Sumenep mengatakan bahwa semua kawasan pesisir yang ada di Sumenep memiliki potensi terjadi banjir rob. Tidak hanya banjir rob, menurut mantan Sekretaris Bappeda Sumenep, beberapa kecamatan pesisir juga rawan terjadi abrasi. Salah satu kawasan yang sering terjadi abrasi adalah sepanjang pesisir Kecamatan Kalianget mulai dari Kalianget Timur ke arah barat sampai di pesisir Kertasada.
Selain itu pesisir Sumenep juga terjadi abrasi laut pada awal bulan Januari 2016, tepatnya berada di pesisir panta Desa Aeng Kokap, Kecamatan Kangayan, Kabupaten Sumenep. Rumah warga yang berada tidak jauh dari pesisir terancam ambruk akibat adanya abrasi. Menurut warga yang tinggal di pesisir pantai, abrasi terjadi karena pasir yang ada di bibir pantai terus menerus di keruk oleh warga yang tinggal di sekitar pantai itu sendiri.
Tidak hanya puting beliung, banjir rob, dan abrasi laut saja yang melanda kawasan pesisir Sumenep tetapi bencana tanah longsor pun melanda Kecamatan Saronggi pada tanggal 21 September 2017. Dari 12 jenis bencana alam, terdapat 6 bencana alam yang terjadi di pesisir Sumenep. dari pemaparan fakta-fakta diatas, bencana alam merupakan salah satu isu strategis perencanaan ruang laut di Indonesia.Â
Lalu apa saja usaha yang sudah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat Sumenep? Pada tanggal 1 Nopember 2017, bupati Sumenep melakukan program "tanam 1000 pohon mangrove". Program tersebut dilakukan untuk mendukung pengelolaan pesisir dan laut agar dapat meminimalisir terjadinya bencana.
Dengan adanya program tersebut untuk menanggulangi bencana di pesisir sumenep belum efektif jika tidak didukung sepenuhnya oleh masyarakat sekitar. Masyarakat harus terlibat sepenuhnya untuk menjaga keberlangsungan hidup di kawasan pesisir. Selain itu, penanaman mangrove hanya dapat menanggulangi beberapa bencana saja yang terjadi di sumenep. Contohnya saja dengan cara menerapkan sistem peringatan dini agar masyarakat dapat mengantisipasi adanya banjir rob, dll.
Hal yang paling utama yang harus dijaga oleh masyarakat adalah kondisi lingkungan karena kondisi lingkungan yang rusak akan menjadi sumber bencana bagi kawasan pesisir. Bencana yang terjadi di kawasan pesisir Sumenep tentunya mengakibatkan ekosistem pesisir menjadi rusak. Ekosistem pesisir yang sudah mengalami kerusakan, perlu adanya upaya untuk melindungi dan merehabilitasinya. Bagaimana caranya???
Untuk mengatasi kerusakan ekosistem pesisir di Sumenep tidak perlu mengambil cara dari luar negeri. Banyak cara yang dilakukan di kawasan pesisir lainnya di Indonesia yang bisa diterapkan di pesisir Sumenep, contohnya saja menerapkan cara yang ada di kawasan pesisir Kota Balikpapan.Â
Masyarakat dan didukung oleh pemerintah dapat melakukan upaya mitigasi bencana melalui pemulihan ekosistem pesisir tidak hanya melalui rehabilitasi sepadan pantai dengan cara penanaman kembali mangrove yang saat ini sudah dilakukan di kawasan pesisir sumenep saja namun masih ada beberapa cara yaitu cara pengembangan daerah perlindungan laut (DPL), pembuatan terumbu buatan, pengembangan wanamina (silvofishery).Â
Selain itu, ide inovatif mitigasi bencana lainnya bisa dilakukan dengan cara penyiaran melalui program televisi. Penyiaran yang dilakukan berupa "edukasi mitigasi bencana". Televisi pemerintah maupun swasta diharap sering menayangkan program yang berisi mengenai kebencanaan, mulai dari jenis bencana hingga bagaimana cara mitigasi. Dari adanya siaran tersebut, diharapkan masyarakat sudah memiliki pengetahun terkait cara mengantisipasi bencana alam.
Referensi:
http://newsmadura.com/headline/7-desa-di-sumenep-rawan-longsor/
http://sumenepkab.go.id/berita/baca/bupati-kelestarian-lingkungan-daerah-pesisir-harus-dijaga
http://www.koranmadura.com/2017/11/hampir-seluruh-kecamatan-pesisir-berpotensi-terjadi-banjir-rob/
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/10245/10245_3.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H