Menurut Sigmund, masa remaja sendiri dipandang sebagai masa yang penuh akan konflik, karena individu yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi sering kali akan mengalami masalah atau konflik (Thesalonika, dkk, 2022). Maka dari itu tak jarang kita menemui remaja yang mengalami tekanan atau stress karena masalah yang mereka alami. Ketidakmampuan remaja dalam mengatasi masalahnya dapat memuat mereka cenderung akan melakukan sesuatu yang merugikan diri sendiri contohnya adalah self-harm.
Self-harm merupakan tindakan untuk menyakiti diri yang tentunya akan merugikan dirinya sendiri. Perilaku self-harm dilakukan secara sadar dan sengaja oleh seseorang, bukan dengan niatan ingin bunuh diri melainkan hanya untuk mendapatkan kepuasan pribadi. Banyak remaja yang melakukan self-harm dengan cara menggoreskan benda tajam seperti pisau, jarum, pecahan kaca dan benda tajam lainnya pada pergelangan tangan mereka.
Self-harm dapat terjadi akibat kurang matangnya emosi seorang remaja dalam mengambil keputusan. Seorang remaja cenderung mengambil keputusan dengan tergesa-gesa tanpa mempertimbangkan bagaimana ke depannya. Terkadang saat seseorang ingin meluapkan emosinya, mereka berpikir lebih baik meluapkannya dengan menyakiti diri sendiri dibanding dengan menyakiti orang lain. Kurangnya penanaman self-love juga dapat menjadi faktor dilakukannya self-harm. Lalu apa itu self-love?
Self-love ialah suatu perilaku untuk lebih menghargai dan mencintai diri, hal tersebut dapat berupa menghormati, mengapresiasi diri, ataupun memperlakukan diri sendiri dengan baik. Penanaman self-love sejak dini setidaknya akan dapat mencegah remaja melakukan self-harm di kemudian hari. Hal itu karena sebelum mereka melakukannya, mereka akan lebih berpikir  mengenai konsekuensinya nanti.
Self-love dapat dimulai dari mengapresiasi diri dengan menghargai usaha yang telah kita lakukan. Misalnya saat usai mengerjakan ujian, kita harus berterima kasih pada diri sendiri atas usaha yang telah dilakukan, bagaimanapun hasilnya. Melakukan hal-hal menyenangkan juga termasuk cara untuk menanamkan self-love dalam diri. Mengajak diri untuk melakukan hal positif atau memanjakan diri dengan membeli barang yang akan membuat bahagia dapat dilakukan untuk melepaskan beban yang mengganggu pikiran.
Daftar Pustaka:
Bidayah, A., dkk. (2023). Konseling Kelompok Dengan Menggunakan Pendekatan Rational Emotive Behaviour Therapy Dalam Mengatasi Perilaku Self Injury Remaja: Literature Review. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial (JIPSI). 1(4), 396-401. http://dx.doi.org/10.58540/jipsi.v1i4.77
Insani, S., dkk. (2023). Faktor Penyebab Perilaku Self Harm pada Remaja Perempuan. Jurnal Penelitian Psikologi, 10(2), 439-454.
Thesalonika, dkk. (2021). Perilaku Self-harm atau Melukai Diri Sendiri yang Dilakukan Oleh Remaja (Self-harm or Self-Injuring Behavior By Adolescents). Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial, 4(2), 213-224. https://doi.org/10.24198/focus.v4i2.31405
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H