Tinggal di Jakarta membuat saya kerap merasa penat menghabiskan sebagian besar waktu hidup berjejalan dengan kemacetan lalu lintas berbalut polusi udara.
Jika memiliki waktu libur, saya lebih memilih berwisata ke luar kota alih-alih menyempatkan waktu "berkenalan" dengan kota metropolitan ini.
Padahal dengan lahir dan besar di Jakarta tidak lantas menjadikan saya sepenuhnya mengenal Daerah Khusus Ibukota ini.
Beberapa kali mengikuti walking tour menelusuri sebagian kecil area di Jakarta, justru membuat sadar betapa saya belum mengetahui apa-apa tentang kota yang sudah menjadi playground saya sejak kecil.
Pada Sabtu, 22 Desember 2023 lalu, saya sangat excited mengikuti Koteka Trip ke-15 dengan tujuan ke Rumah Si Pitung di Marunda, Jakarta Utara. Stasiun Cawang menjadi lokasi titik temu para peserta tour untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan mikrolet berwarna merah menuju Rumah Si Pitung.
Mengingat Kembali Si Pitung di Mapel PLKJ
Mendengar nama Si Pitung, saya langsung teringat dengan salah satu bab yang ada di mata pelajaran (mapel) Pendidikan Lingkungan Kebudayaan Jakarta atau PLKJ saat di bangku sekolah SD yang membahas tentang tokoh asal betawi ini.
Saya tentu tidak ingat secara detail isi materinya, namun diceritakan bahwa Pitung merupakan pahlawan betawi yang gagah berani melawan kolonialisme Belanda di Jakarta sebelum Indonesia merdeka.
Pitung sering membuat kewalahan para kumpeni Belanda karena keahlian bela dirinya merampok kekayaan para petinggi Belanda untuk kemudian dibagikan ke warga asli Jakarta pada saat itu. Menurut Pitung, toh harta yang dirampok juga berasal dari menjajah pribumi. Oleh sebab itu, Pitung menjadi sosok yang paling diburu oleh Belanda.
Selain jago bela diri, Pitung juga disebut memiliki ilmu kebal yang membuatnya tidak mempan tertembus peluru, sehingga sempat membuat Belanda kewalahan mengatasi ulah si Pitung.
Namun, sejumlah orang masih mempertanyakan apakah sosok Pitung ini benar-benar ada, atau sekadar cerita rakyat?
Tour Rumah Si Pitung, Menelisik Jejak Sejarah Sang Jawara Betawi
Pertanyaan tentang keasilan sosok si Pitung tak luput dibahas dalam serangkaian tour Rumah Si Pitung bersama teman-teman Koteka dan dipandu oleh Ira Latief selaku tour guide dan founder Wisata Kreatif Jakarta.
Tepat pukul 13.00, para peserta tur sudah berkumpul di pelataran Rumah Si Pitung, Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
Sebelum menjelajah Rumah Si Pitung, para peserta tur diberikan dulu sejumlah informasi mengenai sejarah tempat ini oleh Bang Tama, tour guide asli dari Rumah Si Pitung.
Pada kesempatan tersebut, Bang Tama menjelaskan legenda Pitung memiliki beberapa versi. Salah satunya yang mengatakan bahwa Pitung merupakan singkatan dari frasa Jawa: "pituan pitulung" yang berarti "tujuh sekawan tolong-menolong". Bedasarkan versi ini, bisa disimpulkan bahwa Pitung ini bukanlah nama orang melainkan sebutan untuk sebuah kelompok. Salah satu anggota Pitung yang bernama Raden Mas Ahmad Nitikusumah, lahir di Rawa Belong pada tahun 1866.
Versi lain menyebutkan Pitung sebagai seorang individu dan disebut-sebut memiliki ayah bernama Piung berdarah Banten dan ibu bernama Supinah berdarah Betawi. Pitung versi ini mengalami pendidikan agama dan bela diri di Madrasah milik Haji Naipih sejak masih kecil. Di sana, ia belajar berbagai ilmu bela diri.
Awalnya, Pitung hanya menggunakan ilmunya untuk melindungi diri, tetapi ketika hewan ternak milik ayahnya dicuri, ia menggunakan kemampuannya untuk merebut kembali hak keluarganya. Ambisi Pitung kemudian berkembang, tidak hanya untuk membela keluarganya, melainkan juga merampok tuan tanah yang merampas kekayaan masyarakat pribumi di Hindia Belanda. Oleh sebab itu, ia dianggap sebagai perampok oleh pihak kolonial Belanda dan pejuang oleh masyarakat setempat.
Akhir Kisah Si Pitung
Tutur Bang Tama semakin menarik saat menceritakan bagaimana berbagai upaya dilakukan untuk menangkap Pitung. Termasuk mencari tahu kelemahan atau rahasia dirinya. Ada versi yang mengatakan bahwa gurunya, Haji Naipih, mungkin membongkar kelemahan Pitung setelah ditekan oleh pihak kolonial. Ada juga versi yang menyebutkan bahwa sahabat-sahabat Pitung sendiri yang mengungkap rahasia tersebut.
Namun, pada akhirnya Pitung dilaporkan tewas akibat tembakan peluru emas milik Adolf Wilhelm Verbond Hinne, seorang polisi hutan dengan darah Prancis dan pribumi. Sejak saat itu, makam Pitung dijaga ketat oleh tentara kolonial, terkait dengan keyakinan akan ajian Rawa Rontek yang dimilikinya, yang dapat membuatnya bangkit kembali.
Meskipun banyak yang meyakini bahwa makam Pitung terletak di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, yang kemudian diberi nama Jalan Bang Pitung, keberadaan sebenarnya masih belum dapat dipastikan oleh pemerintah. Lokasinya terletak di Jalan Bang Pitung Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Melihat Lebih Dekat Rumah Si Pitung
Selanjutnya, para peserta tur yang sebagian besarnya merupakan pemenang giveaway tur gratis oleh Wisata Kreatif Jakarta, dipersilakan untuk masuk ke bangunan Rumah Si Pitung yang menyerupai rumah panggung.
Kesan pertama melihat rumah ini memang agak mengherankan, sebab tidak seperti rumah betawi pada umumnya, malah nampak menyerupai rumah adat di daerah Sumatera atau Sulawesi.
Untungnya Bang Tama sebelumnya sempat menjelaskan bahwa lahan dan bangunan rumah ini (menurut salah satu versi) merupakan milik dari Haji Safiuddin, seorang saudagar yang berasal dari Sulawesi Selatan. Haji Safiuddin yang merupakan seorang teman dekat Si Pitung, memperbolehkan rumahnya dijadikan tempat persembunyian bagi jawara tersebut, demi menghindar dari pengejaran penjajah.
Layaknya rumah pada umumnya, Rumah Si Pitung ini terdiri dari teras, kamar tidur, ruang tengah, dan belakang. Pada setiap ruang dilengkapi oleh perabotan jaman dulu agar pengunjung bisa merasakan nuansa rumah masa lampau.Â
Namun, perlu dicatat bahwa tidak ada benda-benda peninggalan Pitung di sini. Sebagian besar perabotan dan koleksi di rumah ini hasil hibah seorang budayawan Betawi Alm Ridwan Saidi. Menurutnya jika Rumah Si Pitung ingin dijadikan cagar budaya, maka sebaiknya ada koleksi yang disimpan di dalamnya.
Informasi Tambahan Seputar Rumah Si Pitung
Lokasi wisata Rumah Si Pitung terdiri dari 3 bangunan yakni Rumah Si Pitung, Musholla, dan ruang serba guna.
Pada tahun 1993, pemerintah membeli lahan dan struktur bangunan ini selama masa pemerintahan Gubernur Ali Sadikin, karena mengandung sejarah persembunyian Si Pitung. Sebelumnya, tempat ini masih dihuni oleh menantu dari pemilik sebelumnya, yaitu Haji Safiuddin.
Meski wisata ini tidak memenuhi ekspektasi saya yang kadung membayangkan nuansa budaya betawi yang kental serta potret atau peninggalan asli si Pitung, namun tetap saja Rumah Si Pitung dapat menjadi tujuan wisata edukasi di Jakarta yang sayang untuk dilewatkan.Â
Setelah berkunjung dari tempat ini, saya semakin penasaran dengan sejarah Jakarta yang lain.Â
Bagi teman-teman yang tertarik ingin berkunjung, aksesnya mudah kok.
Kamu bisa naik kendaraan umum commuterline tujuan stasiun Tanjung Priok atau TransJakarta tujuan Terminal Tanjung Priok. Kemudian kamu bisa melanjutkan naik Jaklingko.Â
Waktu kunjungan di hari Selasa -- Minggu pukul  08.00 s/d 17.00 (Senin libur). Sedangkan HTM-nya Rp5.000 untuk dewasa, Rp3.000 untuk mahasiswa dan hanya Rp2.000 untuk pelajar. Murah banget kan?
Yuk, wisata ke museum!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H