Namun, sejumlah orang masih mempertanyakan apakah sosok Pitung ini benar-benar ada, atau sekadar cerita rakyat?
Tour Rumah Si Pitung, Menelisik Jejak Sejarah Sang Jawara Betawi
Pertanyaan tentang keasilan sosok si Pitung tak luput dibahas dalam serangkaian tour Rumah Si Pitung bersama teman-teman Koteka dan dipandu oleh Ira Latief selaku tour guide dan founder Wisata Kreatif Jakarta.
Tepat pukul 13.00, para peserta tur sudah berkumpul di pelataran Rumah Si Pitung, Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
Sebelum menjelajah Rumah Si Pitung, para peserta tur diberikan dulu sejumlah informasi mengenai sejarah tempat ini oleh Bang Tama, tour guide asli dari Rumah Si Pitung.
Pada kesempatan tersebut, Bang Tama menjelaskan legenda Pitung memiliki beberapa versi. Salah satunya yang mengatakan bahwa Pitung merupakan singkatan dari frasa Jawa: "pituan pitulung" yang berarti "tujuh sekawan tolong-menolong". Bedasarkan versi ini, bisa disimpulkan bahwa Pitung ini bukanlah nama orang melainkan sebutan untuk sebuah kelompok. Salah satu anggota Pitung yang bernama Raden Mas Ahmad Nitikusumah, lahir di Rawa Belong pada tahun 1866.
Versi lain menyebutkan Pitung sebagai seorang individu dan disebut-sebut memiliki ayah bernama Piung berdarah Banten dan ibu bernama Supinah berdarah Betawi. Pitung versi ini mengalami pendidikan agama dan bela diri di Madrasah milik Haji Naipih sejak masih kecil. Di sana, ia belajar berbagai ilmu bela diri.
Awalnya, Pitung hanya menggunakan ilmunya untuk melindungi diri, tetapi ketika hewan ternak milik ayahnya dicuri, ia menggunakan kemampuannya untuk merebut kembali hak keluarganya. Ambisi Pitung kemudian berkembang, tidak hanya untuk membela keluarganya, melainkan juga merampok tuan tanah yang merampas kekayaan masyarakat pribumi di Hindia Belanda. Oleh sebab itu, ia dianggap sebagai perampok oleh pihak kolonial Belanda dan pejuang oleh masyarakat setempat.
Akhir Kisah Si Pitung
Tutur Bang Tama semakin menarik saat menceritakan bagaimana berbagai upaya dilakukan untuk menangkap Pitung. Termasuk mencari tahu kelemahan atau rahasia dirinya. Ada versi yang mengatakan bahwa gurunya, Haji Naipih, mungkin membongkar kelemahan Pitung setelah ditekan oleh pihak kolonial. Ada juga versi yang menyebutkan bahwa sahabat-sahabat Pitung sendiri yang mengungkap rahasia tersebut.
Namun, pada akhirnya Pitung dilaporkan tewas akibat tembakan peluru emas milik Adolf Wilhelm Verbond Hinne, seorang polisi hutan dengan darah Prancis dan pribumi. Sejak saat itu, makam Pitung dijaga ketat oleh tentara kolonial, terkait dengan keyakinan akan ajian Rawa Rontek yang dimilikinya, yang dapat membuatnya bangkit kembali.
Meskipun banyak yang meyakini bahwa makam Pitung terletak di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, yang kemudian diberi nama Jalan Bang Pitung, keberadaan sebenarnya masih belum dapat dipastikan oleh pemerintah. Lokasinya terletak di Jalan Bang Pitung Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.