Mohon tunggu...
Fitri Apriyani
Fitri Apriyani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger dan content writer

Blogger di Matchadreamy.com, yang suka membaca dan menulis | IG : @fiapriyani

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Agar Tidak Terjebak Pasangan yang Manipulatif

19 November 2023   10:05 Diperbarui: 19 November 2023   10:08 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan yang sedang bertengkar | Canva premium

Beberapa hari belakangan jagad sosial media dihebohkan oleh kasus KDRT yang dialami oleh seorang istri yang berprofesi sebagai dokter oleh suaminya yang diduga seorang pengangguran. 

Sebagai perempuan saya sungguh ikut merasa sedih dan menyayangkan kejadian tersebut. Namun, sebagai orang awam, saya juga bertanya-tanya, kok bisa bu dokter mau menikah dengan pria yang pengangguran? Kok bisa bertahan dengan orang yang kerap menyakitinya?

Dari pembicaraan netijen di Twitter memunculkan sebuah teori yang masuk akal: bucin. Bucin pada orang yang salah, tepatnya. 

Jadi, menurut penyelaman netijen ke tweet lawas suami, hubungan mereka sempat tidak direstui orang tua istri dan akhirnya kawin lari. 

Namun, alih-alih 'membalas' pengorbanan istri dengan kasih sayang dan perlindungan, suami malah melakukan kekerasan.

Dalam kondisi tersebut, yang membuat sang istri bertahan mungkin karena rasa cintanya yang berlebihan kepada sang suami. 

Cinta yang berlebihan ini bisa merupakan perasaan murni si istri, atau bisa juga hasil dari sikap manipulatif suami. 

Misalnya sikap yang seolah-olah di dunia ini hanya pria saja yang bisa mencintai perempuan dengan tulus, membuat bergantung hanya pada pasangan, dan lain sebagainya.

Sudah Ada dari Jaman Sherlock Holmes

Kisah bucin pada pasangan manipulatif ini rupanya sudah ada dari jaman dulu. Dan pernah sempat menjadi salah satu cerita yang diangkat di cerita pendek novel Sherlock Holmes karangan Sir Arthut Conan Doyle, yang berjudul Klien yang Terkenal. 

Jadi, Sherlock Holmes (SH) diminta oleh kliennya yang seorang bangsawan terkenal untuk membantu anaknya yang terjebak hubungan dengan seorang pria gak bener. 

"De Merville yang termasyhur itu? Tentu saja!"
"Beliau punya putri bernama Violet de Merville. Gadis itu mash muda, kaya, cantik, pandai-pokonya luar biasa. Sang putri yang cantik dan lugu inilah yang akan kita selamatkan dari tangan penjahat ulung."
"Baron Gruner menculiknya?"

"Tidak secara fisik... tapi akibatnya malah lebih parah. Dia menjerat gadis itu dalam cinta. Baron Gruner, sebagaimana Anda mungkin telah mendengar, memang sangat tampan wajahnya, menarik hati sikapnya, lemah lembut nada bicaranya, serta romantis dan misterius gayanya.Pria yang begini kan yang sangat didambakan wanita? Kata orang, semua wanita mengaguminya dan dia memanfaatkan hal itu."

Singkat cerita Violet de Merville, si anak bangsawan, tidak mempan dinasihati orang-orang (orangtua, kerabat, keluarga), bahwa pria itu orang yang tidak baik, playboy, jahat, dan lain sebagainya. Bahkan sampai ayahnya jatuh sakit pun ia tidak peduli.

Saat SH datang berusaha untuk menyadarkan pun ia tetap bergeming. Ia malah bertambah simpati dengan calon suaminya karena menurutnya telah difitnah orang sana-sini padahal baginya dia pria yang baik dan romantis. Cintanya malah tambah subur.

Endingnya, orang sejenius SH tetap tidak bisa 'meluruskan' otak Violet. Sampai ia berhasil memberikan Violet buku catatan Baron Gruner, sang playboy, yang gemar menuliskan perempuan-perempuan yang berhasil dia buat tergila-gila, tapi ujung-ujungnya dia tipu. Pokoknya dia menganggap menipu perempuan sebagai prestasi.

Violet pun sadar, karena sebagai perempuan bangsawan terhormat pasti tidak mau dirinya direndahkan seperti itu. Akhirnya mereka pun gagal menikah.

Saya sendiri saat membaca kisah itu sangat gemes sama si Violet karena begitu bebalnya.

Kenali Ciri Pasangan Manipulatif

Ilustrasi pasangan manipulatif | Canva premium
Ilustrasi pasangan manipulatif | Canva premium

Tapi selalu ada pelajaran yang bisa dipetik. Supaya menghindari terjebak pasangan yang manipuliatif dan berujung bucin berlebihan yang tidak baik untuk kesehatan fisik dan mental, berikut ini beberapa ciri tindakan manipulatif dari pasangan.

Mementingkan diri sendiri

Seseorang yang manipulatif cenderung mementingkan dirinya sendiri dan memperoleh keuntungan dari hubungan tersebut. 

Mereka kerap memanipulasi pasangannya dengan menciptakan dunia di mana dirinya sebagai prioritas utama dalam segala situasi. 

Membatasi akses ke dunia luar

Seseorang yang manipulatif biasanya cenderung memiliki kontrol berlebihan atas pasangannya.

Mereka merasa berhak membatasi pasangannya dari berhubungan dengan keluarga atau teman. Tidak jarang juga mengekang kebebasan pasangan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Tidak peduli dengan perasaan pasangan

Apa itu peduli dengan perasaan pasangan? Bagi manipulator perasaan pasangan itu tidak penting, dan mereka seringkali dengan mudah mengabaikannya. 

Mereka juga tidak jarang menolak bernegosiasi mempertimbangkan pendapat pasangan saat membuat keputusan. 

Terlebih, mereka juga tidak sungkan menggunakan kekuasaannya untuk memaksa pasangan melakukan hal yang tidak diinginkan.

Merendahkan pasangan

Seseorang yang manipulatif cenderung membuat kesan bahwa pendapat dan sikap pasangannya sebagai sesuatu hal yang bodoh, sehingga menimbulkan rasa rendah diri.

Pasangan yang merasa bodoh akhirnya akan tidak percaya diri di dunia luar dan merasa dirinya tidak memiliki kapabilitas untuk menyampaikan pendapat. 

Sikap tersebut juga yang membuat pasangan merasa kerdil, dan menganggap tidak ada orang lain yang bisa menerima kebodohannya jika berpaling ke orang lain ketika putus.

Memanfaatkan rasa bersalah

Manipulator sering menggunakan rasa bersalah sebagai alat untuk membuat pasangan bertahan dalam hubungan yang tidak sehat.

Mereka juga tidak sungkan memanfaatkan perasaan bersalah untuk memenuhi kebutuhan mereka sebagai tanda cinta atau kasih sayang.

Apa yang Harus Dilakukan?

Ilustrasi pasangan harmonis | Canva premium
Ilustrasi pasangan harmonis | Canva premium

Lalu, bagaimana kalau kita merasa pasangan telah melakukan tindakan manipulatif? Dilansir dari situs SiapNikah.org Berikut ini beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menghindari tindakan tersebut.

1. Jangan menyalahkan diri sendiri

Yang pertama, jangan merasa bersedih dan bertanggung jawab atas perilaku manipulatif pasangan. Pahami bahwa segala tindakannya adalah atas kehendaknya pribadi sebagai orang yang berakal dan dewasa.

Dia tahu tindakannya merugikanmu, dan dia sengaja mencoba membuatmu tidak berharga. Sebisa mungkin kendalikan perasaanmu.  

2. Bersikap kritis

Saat pasangan memintamu melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, tunjukkan sikap kritis. Ajukan pertanyaan kepadanya mengapa dia ingin kamu mengikuti keinginannya.

3. Buat batasan

Hubungan yang sehat itu ada batasan atau privasi, ini bukan berarti kita tidak terbuka atau menyembunyikan sesuatu dari pasangan. 

Di awal hubungan, sebaiknya komunikasikan tentang hal yang bersifat privasi ini. 

"Di dalam hubungan itu kita perlu ada privasi, nggak bisa semuanya dibagikan ke orang lain karena dapat kehilangan jati diri sendiri," ujar Inez, Psikolog klinis dewasa, Inez Kristanti, M.Psi., dilansir dari Kompas.com.

4. Berani mengatakan tidak

Beranikan diri untuk mengatakan tidak atas kehendak pasangan yang tidak kamu inginkan. Sampaikan maksudmu dengan tegas agar ia paham bahwa kamu tidak senang dengan apa yang dia minta. Tunjukkan bahwa kamu punya power atas dirimu sendiri.

5. Kenali penyakit mental

Manipulator biasanya memiliki masalah emosional yang jauh lebih dalam, dan kamu mungkin tidak menyadari masalah psikologis yang tersembunyi. Jika yakin pasanganmu memiliki masalah mental, sarankan agar dia mendapatkan berkonsultasi dengan psikolog. Jangan biarkan kamu yang terjerumus dalam jurang penyakit mental.

Kesimpulan

Ketika seseorang mencurigai bahwa pasangannya manipulatif, sangat penting untuk membicarakannya dan meminta bantuan dari teman atau keluarga untuk mendukung kamu dalam mengatasi situasi tersebut.

Sebaliknya, jika kita mendapati teman atau kerabat yang berada di posisi tersebut, ada baiknya melakukan tindakan persuasif agar mereka mau membuka diri saat butuh pertolongan, dan sebisa mungkin hindari sikap judgemental berlebihan yang malah membuat mereka menutup diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun