Mohon tunggu...
Fitri Apriyani
Fitri Apriyani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger dan content writer

Blogger di Matchadreamy.com, yang suka membaca dan menulis | IG : @fiapriyani

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Peluncuran dan Bedah Novel "Kelir" dan "Prasa", Ketika Jurnalis Melahirkan Karya

13 November 2023   17:15 Diperbarui: 13 November 2023   17:23 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua perempuan muda mengenakan kebaya putih, bawahan jarik batik kuning dengan motif bunga-bunga kecil, menghampiri Paksi dan Dyah. Salah satunya membawa nampan berisi dua bungkus nasi dan air minum dalam gelas. Lainnya membawa air dalam kobokan dan satu sisir pisang ambon.

"Silakan," ujarnya setelah selesai menata makanan di meja.

Paksi terpaku menatap hidangan di depannya. Nasinya dibungkus daun jati, dikat dengan tali bambu. Tidak punya piring, atau bagian dari tradisi padepokan? 

"Apakah kamu bisa menjelaskan mengapa kita disuguhi nasi bungkus seperti ini?" tanya Paksi dengan suara rendah setelah tidak mampu menjawab pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran.

Begitu tutur Retno Budiningsih membacakan nukilan cerita dari novel berjudul "Kelir" dengan penuh penghayatan. Untuk membedakan dua karakter yang berbeda, dialog tokoh Diah diucapkan dengan suara lembut, sedangkan Paksi dengan nada lantang maskulin. Disertai dengan gerak, mimik, dan gesture tubuh yang luwes, saya jadi begitu terhanyut oleh alur cerita yang dibacakan. Seolah-olah sedang menyaksikan langsung setiap adegan dari penggalan kisah novel tersebut.

Pembacaan nukilan novel Kelir | Dok. pribadi
Pembacaan nukilan novel Kelir | Dok. pribadi

Bertempat di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat pada Sabtu, 29 Oktober 2023 saya turut hadir di acara peluncuran dan bedah novel karya Yon Bayu Wahyono, seorang Kompasianer senior yang juga seorang jurnalis. Menariknya pada kesempatan tersebut, Om Yon, begitu sapaan akrab sang novelis, tidak hanya meluncurkan novel "Kelir", melainkan juga novel lain bertitel "Prasa". Saya tidak bisa membayangkan bagaimana cara Om Yon bisa melahirkan dua karya sekaligus seperti itu.

Dihadiri lebih dari 70 orang, yang terdiri dari para Kompasianer, komunitas sastra, budayawan, dan tentu penerbit Teras budaya selaku penerbit dua novel Om Yon, acara peluncuran tersebut dimulai tepat pada pukul 14.00.

Kelir, Sebuah Novel Sarat Budaya

Sebagai orang awam, saya sangat mengapresiasi cara panitia menyuguhkan pembacaan nukilan novel sebelum masuk ke bincang utama bedah buku. Meskipun belum membacanya, secara sekilas saya memiliki gambaran tentang sinopsis novel tersebut. Saya jadi tidak merasa ketinggalan, dan siap mengikuti diskusi selanjutnya.

Pada sesi bedah novel Kelir, MC yang merupakan tokoh penyair TIM, Nanang R Supriyatin mempersilakan moderator Nuyang Jaimee, Om Yon sebagai novelis, serta Sunu Wasono, mantan dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, untuk naik ke atas panggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun