Jemput bola sampah anorganik
Satu-satunya kegiatan di KBA Rawajati yang bisa disaksikan pada Sabtu siang itu adalah saat terdengar suara knalpot dari kendaraan bermotor yang mendekat. Motor bak pengangkut sampah roda tiga berwarna oranye itu masuk perlahan ke area halaman Bank Sampah KBA Rawajati. Mbak Dinar dan Pak Indra segera menghampiri ketika gerobak motor yang mengangkut sampah tersebut berhenti di dekat kami.
"Tumben dateng cepet?", ujar Mbak Dinar kepada sang pengemudi berseragam serba oranye sambil menurunkan sampah-sampah dari bak kendaraan, disusul oleh Pak Indra membantu. Pertanyaan singkat itu berlanjut menjadi percakapan akrab hingga saling melempar lelucon antara ketiganya.
Sampah-sampah jenis anorganik tersebut berasal dari Apartemen Kalibata City yang lokasinya tidak jauh dari KBA Rawajati. Pengambilan sampah oleh petugas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta rutin dilakukan sesuai jadwal dan lokasi yang sudah ditentukan. Sama seperti sampah yang disetor oleh warga, sampah yang dijemput tersebut yang sebagian besar berupa botol-botol plastik itu nantinya akan dipilah, dikarungkan lalu dijual ke pihak pengepul. Sedangkan hasil penjualannya akan digunakan untuk kegiatan operasional di KBA Rawajati.
Menghidupkan kesadaran lingkungan di kota metropolitan
Permasalahan sampah di DKI Jakarta menjadi isu yang belum terpecahkan hingga saat ini. Jumlah sampah yang diangkut setiap hari di ibu kota bisa mencapai ribuan ton. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan mayoritas sampah di Jakarta adalah sampah organik, dengan volume sekitar 3.888,19 ton per dan sampar anorganis mencapai 3.305,20 ton per hari per tahun 2021.Penanganan sampah di ibu kota tentu menjadi masalah yang memerlukan perhatian serius, karena tumpukan sampah yang berlebihan dapat mengundang berbagai penyakit dan mencemari lingkungan.
Berangkat dari kesadaran tersebut, Ibu Sylvia Ermita sebagai ketua PKK menginisiasi adanya pengolahan sampah di Rawajati. Hingga akhirnya pada tahun 2015 Kampung Agrowisata Rawajati ditetapkan menjadi binaan Astra sebagai Kampung Berseri Astra dengan Ibu Sylvia sebagai tokoh penggerak.
Meski telah ada program tukar sampah anorganik dengan saldo tabungan, menurut Mbak Dinar, belum semua warga memiliki inisiatif dan kesadaran untuk memilah sampah dan membawanya ke Bank Sampah. Terbukti dari 3000 KK baru ada sekitar 819 KK yang menjadi nasabah Bank Sampah. Untuk itu, hingga kini Ibu Sylvi bersama rekan-rekan masih terus berusaha memberikan edukasi kepada semua lapisan masyarakat untuk menjaga lingkungan demi kelangsungan hidup yg sehat, bersih dan berbudaya di kota metropolitan Jakarta.
Dari postingan akun Instagram KBA Rawajati @kba.rawajati, tampak Ibu Sylvi kerap menerima kunjungan dari beragam lapisan masyarakat---anak-anak hingga dewasa---yang ingin belajar cara memilah dan mengolah sampah. Tak hanya itu, Ibu Silvi dan rekan juga beberapa kali mengunjungi perkumpulan warga di beberapa RT dan RW seperti arisan ibu-ibu di RT dan RW kemudian PKK, pemuda karang taruna dalam rangka edukasi dan sosialisasi.