Di era digital ini, kita seringkali terlalu disibukkan dengan gadget, terutama smartphone. Entah itu berupa scrolling media sosial, menonton video di kanal Youtube atau Tik Tok, hingga mengakses informasi di berbagai media online yang ada, yang membuat kebanyakan kita keranjingan menghabiskan banyak waktu menatap layar smartphone.
Sayangnya, keranjingan smartphone atau smartphone addiction memberikan dampak yang kurang baik bagi otak berupa kurangnya konsentrasi atau kehilangan fokus dalam melakukan suatu pekerjaan, karena adanya distraksi dari keranjingan scrolling smartphone tersebut.Â
Otak kita akan bertambah lemot karena terlalu sering diberi kesenangan instan melalui sosial media. Padahal idealnya, otak kita harus dilatih untuk memproses sesuatu dengan ketekunan dan fokus agar bisa menghargai proses panjang. Bukan dengan "memanjakannya" dengan acapkali memberikan kesenangan instan dari scroll dan klik sana sini.
Nah, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk kembali mengasah kemampuan otak kita adalah dengan membaca buku, karena dengan membaca buku ada sebuah proses untuk memahami setiap kata, kalimat, bahkan isi buku keseluruhan, untuk kemudian menyimpulkan informasi dari buku tersebut.
Saya sendiri sedang mencoba untuk mengurangi keranjingan terhadap smartphone dengan mulai membaca beberapa buku, mulai dari buku fiksi hingga non-fiksi bertema self developement. Tidak hanya membelinya di toko buku, kadang saya juga meminjamnya di perpustakaan.
Beruntung, di dekat tempat tinggal saya ada perpustakaan yang dikelola oleh pemerintah yaitu Perpustakaan Nasional RI atau Perpusnas RI, yang terletak di Jakarta Pusat.Â
Perpustakaan yang disebut sebagai perpustakaan tertinggi ini memiliki 24 lantai yang memiliki fungsinya masing-masing.Â
Di antaranya lantai untuk menyimpan koleksi buku tempat di mana pengunjung bisa mencari buku favoritnya, layanan multimedia dengan fasilitas komputer yang bisa digunakan oleh semua pengunjung, hingga reading area tempat pengunjung bisa membaca buku sambil bersantai ria di bean bag dengan vibe bak di kantor start up masa kini.
Perpusnas RI dan Kembalinya Semangat Membaca Buku
Yang saya suka membaca buku di Perpusnas ini---selain fasilitasnya yang super nyaman dan membuat pengunjung betah berlama-lama di sana---adalah vibe atau atmosfir yang muncul saat berada di sana.
Jika di luar sana, orang yang gemar membaca buku acapkali mungkin diejek dengan sebutan 'kutu buku', tapi di sini berbeda. Semua orang tidak perlu merasa kikuk karena sibuk dengan bukunya masing-masing.
Ada yang sibuk mencari-cari buku incaran di rak buku yang tertata rapi, ada yang dengan serius sampai santainya membaca di sofa yang telah disediakan.
Saya sendiri seringkali beberapa kali melirik ke arah seorang gadis muda yang nampaknya seorang mahasiswa yang kelihatan sangat serius membaca buku di tangannya, karena penasaran tentang apa buku yang sedang ia baca.
"Ohh, bukunya Agatha Christie. Wah, penyuka misteri nih," ujar saya dalam hati. Atau, "Wah, bacaannya berat banget, salut deh."
Tanpa sadar, saya pun menjadi seperti orang yang haus akan buku. Rasanya saya ingin membaca buku ini dan itu. Saya seperti tidak mau ketinggalan untuk memuaskan rasa dahaga akan ilmu dari buku yang selama ini tidak saya penuhi karena terlalu sibuk dengan gadget.
Senangnya lagi, buku di Perpusnas lumayan lengkap. Beberapa kali saya mencari buku incaran terbitan baru, tersedia di sini. Namun, jika bukunya memang sangat terkenal (seperti buku Laut Bercerita oleh Leila Chudori), biasanya jarang tersedia karena sering dipinjam orang lain.
Sayangnya, aturan Perpusnas hanya memperbolehkan satu orang meminjam maksimal dua buku untuk dua minggu. Untuk tata cara meminjam buku di Perpusnas RI, bisa dibaca selengkapnya di Cerita Kunjungan ke Perpusnas RI.
Perpusnas, Tempat Baca Buku yang Nyaman
Membaca buku di Perpusnas benar-benar terasa nyaman bagi saya.
Udara di dalam ruangan pun terasa sejuk sangat mendukung memunculkan vibe membaca buku semakin terasa homey, membuat betah berlama-lama berada di sana.
Meski tidak bisa dibilang sepi pengunjung, tapi suasana di Perpusnas secara keseluruhan sangat tentram. Sepertinya tiap pengunjung sudah tahu aturan di sini untuk tidak berisik.
Buku-buku tersusun rapi di tiap rak yang berjejer di banyak area.
Pengunjung yang selesai membaca pun, diinstruksikan untuk menaruh bukunya di atas meja yang telah disediakan alih-alih mengembalikannya sendiri ke raknya. Mungkin supaya tidak ada salah peletakan.
Tidak hanya kursi dengan meja layaknya di ruangan kantor, di sana juga tersedia sofa-sofa berwarna cerah untuk pengunjung yang ingin membaca dengan santai.
Yuk, ke Baca Buku ke Perpustakaan!
Membaca buku memang bisa di mana saja, tapi dengan membaca buku di perpustakaan kita bisa bertemu dengan banyak orang dengan kegemaran yang sama, sehingga kita semakin termotivasi untuk membaca lebih banyak buku dan mendapatkan manfaatnya.
Kalau kamu suka baca buku di mana nih?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H