Jika di luar sana, orang yang gemar membaca buku acapkali mungkin diejek dengan sebutan 'kutu buku', tapi di sini berbeda. Semua orang tidak perlu merasa kikuk karena sibuk dengan bukunya masing-masing.
Ada yang sibuk mencari-cari buku incaran di rak buku yang tertata rapi, ada yang dengan serius sampai santainya membaca di sofa yang telah disediakan.
Saya sendiri seringkali beberapa kali melirik ke arah seorang gadis muda yang nampaknya seorang mahasiswa yang kelihatan sangat serius membaca buku di tangannya, karena penasaran tentang apa buku yang sedang ia baca.
"Ohh, bukunya Agatha Christie. Wah, penyuka misteri nih," ujar saya dalam hati. Atau, "Wah, bacaannya berat banget, salut deh."
Tanpa sadar, saya pun menjadi seperti orang yang haus akan buku. Rasanya saya ingin membaca buku ini dan itu. Saya seperti tidak mau ketinggalan untuk memuaskan rasa dahaga akan ilmu dari buku yang selama ini tidak saya penuhi karena terlalu sibuk dengan gadget.
Senangnya lagi, buku di Perpusnas lumayan lengkap. Beberapa kali saya mencari buku incaran terbitan baru, tersedia di sini. Namun, jika bukunya memang sangat terkenal (seperti buku Laut Bercerita oleh Leila Chudori), biasanya jarang tersedia karena sering dipinjam orang lain.
Sayangnya, aturan Perpusnas hanya memperbolehkan satu orang meminjam maksimal dua buku untuk dua minggu. Untuk tata cara meminjam buku di Perpusnas RI, bisa dibaca selengkapnya di Cerita Kunjungan ke Perpusnas RI.
Perpusnas, Tempat Baca Buku yang Nyaman
Membaca buku di Perpusnas benar-benar terasa nyaman bagi saya.
Udara di dalam ruangan pun terasa sejuk sangat mendukung memunculkan vibe membaca buku semakin terasa homey, membuat betah berlama-lama berada di sana.
Meski tidak bisa dibilang sepi pengunjung, tapi suasana di Perpusnas secara keseluruhan sangat tentram. Sepertinya tiap pengunjung sudah tahu aturan di sini untuk tidak berisik.
Buku-buku tersusun rapi di tiap rak yang berjejer di banyak area.