Mohon tunggu...
Fitria Aprilliani
Fitria Aprilliani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga; Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora; Prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melestarikan Budaya Diskusi di Warung Kopi

26 September 2012   16:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:38 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diskusi merupakan suatu kegiatan dimana beberapa orang dapat saling bertukar pendapat dan pemikiran mengenai suatu hal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan balai Pustaka (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: 1990) memiliki arti “pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah”. Biasanya dalam diskusi para peserta mencari penyelesaian suatu masalah, minimal mereka mengajukan usul atau ide yang mungkin bisa menyelesaikan masalah yang mereka diskusikan. Hingga kini kegiatan berdiskusi menjadi suatu pembelajaran yang efektif. Masih sering digunakan juga dalam pembelajaran untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu.

Banyak kalangan pelajar maupun mahasiswa mulai menggandrungi diskusi. Ketika saya bertanya kepada salah seorang mahasiswi bernama Laila Rahmawati yang sedang melakukan diskusi, dia menjelaskan bahwa “banyak sekali tujuan dari diskusi, yang pasti ya membahas mengenai suatu kajian ilmu tertentu dan memecahkan permasalahannya”. Ketika saya bertanya kepada seorang Dosen ahli Komunikasi Bapak Fajar Iqbal M, Si mengenai tujuan berdiskusi, beliau pun dengan senang hati menjawab, “diskusi bagi saya bukan hanya sekedar memecahkan masalah, namun juga sebagai tempat berbagi atau sharing dengan temen-temen. Kemampuan berfikir kita kan terbatas, apa yang kita fikirkan, terkadang belum terfikirkan oleh orang lain dan begitu juga sebaliknya, apa yang orang lain fikirkan dan tahu ternyata belum kita ketahui atau terfikirkan. Makanya dengan diskusi kita dapat alternative baru untuk menyelesaikan masalah, selain itu kita juga bisa mendapat inspirasi dari teman diskusi kita.”

13486759231149499869
13486759231149499869

Berbagai hal mengenai diskusi ternyata beragam kebiasaan atau cara berdiskusi mereka. Ada yang berdiskusi dengan cara menjadikan salah satu teman sebagai sumber dan satu teman lagi sebagai moderator yang menjadi centre dalam kelompok diskusi. Diskusi seperti ini saya jumpai pada teman-teman diskusi yang tergabung dalam Keperempuanan. Selain kebiasaan diskusi semacam ini, terdapat pula diskusi dengan kebiasaan dan cara yang lain yakni dengan menjadikan semua anggota diskusi sebgai sumber dan center jadi tidak ada batas atau jurang pemisah antara teman diskusi yang satu dengan yang lain. Diskusi semacam ini dapat ditemui dikalangan mahasiswa seperti yang saya jumpai di warung kopi Blandongan, diantara mereka memberi peluang kepada setiap anggota untuk menjadi sumber yang berhak berpendapat dan berhak bertanya dan dilakuakn dengan relax disertai lelucon agar suasana diskusi tidak tegang. Berbeda dengan diskusi yang dengan salah seorang saja sebagai sumber. Sumber hanya bisa menjawab setiap pertanyaan anggota dan kalau sumber mau menanyakan kepada anggota hanya sebatas bahasa komunikatif saja.

Beberapa tempat yang paling nyaman untuk diskusi adalah tempat yang jauh dari kebisingan. Alasan memilih tempat yang jauh dari kebisingan, agar diskusi dapat menghasilkan solusi yang tepat, tidak terganggu dengan suara luar, tidak orang yang mengganggu dan lebih nyaman. Namun tidak menutup kemungkinan ada yang senang berdiskusi di tempat yang ramai atau mereka menganggap tempat yang banyak inspirasi seperti di kedai kopi, warung maupun café. Disini mereka dapat berdiskusi sekaligus menyantap makanan ringan atau sekedar meminum kopi seperti yang dilakukan kebanyakan mahasiswa Jogja di Blandongan. Seperti apapun tempat untuk berdiskusi, asal orang atau anggota diskusi nyaman dan mampu berkonsentrasi maka akan mudah untuk mencari jalan keluar atau memecahkan masalah. “Banyak pengalaman selain dapat ilmu juga, terdapat suatu hal yang beda seperti suasana dan juga pembangkit selera, tapi ada juga seperti yang warung kopi atau tempat ramai itu tidak membosankan untuk diskusi, karena suasana yang seperti itu mudah di ingat tentang apa yang di diskusikan. Karena yang membantu kita adalah moment” ucap Musyfik salah seorang Mahasiswa Syariah dan Hukum.

13486759961627099468
13486759961627099468

Moment yang paling enak dan nyaman untuk diskusi adalah ketika sore hari, saat telah selesai beraktivitas dan waktunya istirahat serta merefleksikan segala yang telah kita lakukan seharian. Bukan berarti waktu-waktu yang lain tidak tepat untuk diskusi. Kendala apabila diskusi di pagi hari adalah kita berbenturan dengan aktivitas yang urgen lainnya. Waktu malam juga waktu yang enak untuk berdiskusi, namun kalau malam fikiran sudah tidak begitu konsen karena kendala ngantuk. Bagi sebagian orang yang suka nongkrong sambil diskusi, waktu malam adalah pilihan mereka untuk berdiskusi sekaligus mengurangi kepenatan. Diskusi malam selain untuk beristirahat, juga untuk membuka pikiran dalam menerima wawasan lain ditemani dengan seduhan kopi maupun camilan.

Bertukar fikiran dan memperoleh informasi merupakan salah satu manfaat diskusi. Selain itu masih banyak lagi manfaat diskusi. Seperti yang diucapkan oleh Bapak Fajar Iqbal M, Si bahwa “manfaat diskusi selain memperoleh informasi dan mempunyai banyak alternative, dapat juga diperoleh manfaatnya yaitu semakin mengeratkan tali silaturahim, teman dapat memahami dengan cara seperti ini dan kita juga dapat memahami mereka, dapat inspirasi juga kemuadian juga dapat berbagi tentunya”. Yang kita ketahui selama ini berdiskusi hanya berkumpul beberapa orang disuatu tempat kemudian membahas mengenai suatu hal. Namun disini ada beberapa yang melakukan diskusi melalui dunia maya atau media jejaring lainnya seperti akun Facebook, Twitter dan media jejaring lainnya. Masing-masing cara diskusi memiliki kelebihan sendiri-sendiri. Seperti misalnya diskusi melalui media jejaring social, kita dapat berdiskusi dengan teman yang letaknya jauh dengan kita yang tidak memungkinkan untuk dijangkau. Kalau diskusi dengan orang face to face tentunya mereka harus ada ditempat dan dapat berinteraksi dengan kita secara langsung. Media jejaring ini mempermudah kita untuk berdiskusi tanpa harus beranjak dari lokasi kita berada. Namun kelemahan dari media jejaring social yang sudah canggih ini adalah ketika suatu geografis tertentu belum bisa terjangkau teknologi modern maka tidak bisa juga untuk melakukan diskusi melalui jejaring social. Tidak semua daerah di Indonesia bisa dengan mudah mengakses akun jejaring social atau internet. Karena banyak sekali manfaat yang kita peroleh dari diskusi, wajar hingga sekarang budaya diskusi menjadi kebiasaan dan tradisi atau budaya kaum intelektual. Budaya diskusi tidak saja ditemui di kalangan intelektual, namun masyarakat lainnya juga melakukan diskusi akan tetapi jarang sekali mereka melakukan itu.

Berdiskusi dengan orang-orang seperti yang dilakukan di tempat ramai seperti di Blandongan, mereka tidak hanya berasal dari daerah yang sama dan memiliki field of experience yang sama dengan kita. Tentu untuk meciptakan over lapping of interest antar anggota atau teman diskusi harus dengan mengakrabkan diri terlebih dahulu dan menciptaka ikatan emosional sehingga tidak aka nada yang merasa diguri dan menggurui namun sama-sama mencari solusi dan bertukar informasi. Tidak ada yang merasa pintar dan juga merasa rendah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun