Mohon tunggu...
fitria nurri afivah
fitria nurri afivah Mohon Tunggu... -

asli indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Demonologi

10 September 2014   04:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:09 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jumpa lagi dengan saya “calon” penulis entah kapan bisa benar-benar menjadi seorang penulis..?

Kali ini saya kembali akan sedikit bercerita tentang masa lalu karena yang saya tulis kali ini akan membahas tentang kehidupan Prasejarah.

Sesuai dengan judul diatas Kata Demonologi, sebuah kata yang tidak asing bagi para calon Psikolog dan Psikolog handal pasnya.Nah mari kita memulai bercerita.

Para arkheolog telah menemukan kerangka manusia dari zaman batu dengan lubang sebesar telur pada tengkoraknya. Satu interpretasi yang muncul terhadap lubang tersebut adalah bahwa nenek moyang kita di zaman prasejarah percaya bahwa perilaku abnormal merefleksikanserbuan atau invasi dari roh-roh jahat. Mungkin mereka menggunakan cara kasar yang disebut trephinatium (menciptakan sebual jalur melalui tengkorak sebagai jalan keluar bagi roh marah tersebut. Pertumbuhan tulang yang baru mengindikasikan bahwa sejumlah orang yang mampu bertahan hidup dari siksaan tersebut.

Ancaman trephinatium ini kemungkinan memaksa orang-orang untuk sedapat mungkin untuk patuh pada norma kelompok atau norma kesukuan. Oleh karena tidak ada catatan tertulis yang tersimpan tentang tujuan dari trephinatium, maka mungkin saja ada penjelasan-penjelasan lain. Kemungkinan lain trephinatium adalah suatu bentuk pembedahan primitif untuk memindahkan kepingan tulang yang hancur ataupun gumpalan darah yang diakibatkan oleh cedera di kepala (Maher & Maher, 1985).

Mengaitkan perilaku abnormal dengan penyebeb supranatural atau hal-hal ghaib disebit dengan model demonologi . Orang zaman dulu mengaitkan bencana alam dengan keinginan tuhan dan arwah. Orang Babylonia purba percaya bahwa pergerakan bintang dan planet ditentukan oleh perjalanan dan konflik dari para dewa. Orang yunani kuno percaya bahwa dewa-dewa mereka memperlakukan manusia sebagai mainan. Ketika para dewa marah, mereka dapat menciptakan bencana alam untuk mendatangkan malapetaka pada orang-orang yang kurang ajar atau yang angkuh, bahkan menyelimuti pikiran mereka dengan ketidakwarasan.

Pada zaman yunani kuno, orang yang berperilaku secara abnormal sering dikirim ke kuil untuk dipersembahkan pada Aesculapius, yaitu dewa Penyembuhan. Para pendeta percaya bahwa Aesculapius akan mengunjungi orang-orang yang menderita ketika mereka tertidur di dlam kuil dan memberikan saran penyembuhan melalui mimpi, istirahat, diet, nutrisi, dan olahraga juga dapat membantu penanganan. Ketidaksembuhan juga ditentukan oleh kuil dengan membuat orang tersebut tidak sensitif.

Nah diatas merupakan sedikit cerita dari hasil saya membaca buku, nah entah pada zaman sekarang masih ada apa tidak hal semacam itu di indonesia, dan normal atau tidak kah hal seperti itu..?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun