Sebut saja Pak Daryono atau lebih akrabnya Pak Dar. Beliau memiliki perawakan layaknya sebagai anggota abdi yang setia dengan negara, uniknya Pak Dar juga setia dengan usahanya yang dibangun dari tahun 2003 sampai sekarang.
Pak Dar adalah seorang yang pekerja keras dari beliau masih masa remaja karena rajin membantu orang-tuanya, menurut pendapat orang di kampungnya. Pak Dar bertempat tinggal di daerah Kembanglimus Borobudur, dekat dengan candi.
Semasa sekolah SD sampai dengan SMK yang mengambil jurusan teknik mesin, Pak Dar ini selalu mendapatkan ranking di kelasnya. Sebelum meniti karirnya sebagai seorang abdi negara, Pak Dar berkelana di Jakarta sebagai buruh pabrik.
Setelah itu Pak Dar berpikir bahwa jika hanya bekerja sebagai buruh pabrik, tidak akan menjamin masa depannya. Akhirnya Pak Dar memutuskan untuk mendaftar sebagai abdi negara dan resmi menjadi anggota pada tahun 1997.
Perempuan mana yang tidak tergiur dengan statusnya sebagai abdi negara, akhirnya Pak Dar dengan keberaniannya melamar teman masa kecilnya dan berujung menikah pada tahun 2002.
Tidak cukup dengan profesinya sebagai abdi negara, Pak Dar berpikiran untuk membuat bisnis batu bata merah merah, selain alasan menambah penghasilan, sumber daya alam seperti tanah dan pengetahuannya tentang bisnis ini sudah dikantongi Pak Dar. Pak Dar memulai side job tersebut pada tahun 2003.
Tanah seluas 400 m2 oleh-oleh dari warisan orang tuanya Pak Dar dirikan “Brak Batu bata merah” atau disebut dengan tempat produksi sederhana yang bertiang bambu dan atap dari plastik tebal, kecuali tempat pembakaran yaitu dengan atap genteng. Uniknya, bisnis yang baru saja berdiri ini Pak Dar sudah mempunyai 1 karyawan tetap dan 2 karyawan tidak tetap.
Bisnis ini dikerjakan manual tanpa mesin dari tahun 2003-2006 dengan pembagian tugas dari karyawannya yaitu 1 karyawan tetap dengan sistem borongan, yaitu dari tahap tanah liat yang dicangkul, diberi air, diinjak-injak, dimasukkan ke cetakan kayu, dipindah posisikan agar cepat kering, diengkreng atau disusun dengan jarak.
Setelah itu untuk proses menata batu bata merah untuk dibakar dan proses pembakaran batu bata merah 1 karyawan tetap tersebut dibantu dengan 2 karyawan tidak tetap yang diambil dari warga setempat.
Pak Dar sebagai owner batu bata merah merah ini menilik dan mengerjakan bisnisnya tersebut setelah pulang dari profesi utamanya dan di waktu weekend yaitu hari Sabtu dan Minggu.
Selama 3 tahun dengan segala proses manual itu, Pak Dar mampu membakar bata tersebut 2x dalam 1 tahun dengan omset sebesar 28 juta per tahun. Selama 3 tahun pertama berbisnis, Pak Dar belum melakukan promosi, hanya dari mulut ke mulut saja, sehingga menunggu pembeli datang.
Pak Dar mengatakan pembeli yang paling jauh berkisar 15 km dari tempat batu bata merah tersebut. Selain itu sistemnya batu bata merah tersebut belum bisa melakukan jasa kirim karena belum terdapat fasilitas yang memadai, jadi pembeli yang mandiri mengambil batu bata merah tersebut.
Pak Dar meniti masa emas dari bisnisnya dimulai pada tahun 2006. Berangkat dari sifat dasar manusia yang tidak pernah puas, dengan kerja keras dan kegigihan Pak Dar untuk mengembangkan bisnisnya, akhirnya Pak Dar berguru di daerah Jakarta dan meninggalkan sejenak profesi utamanya sebagai abdi negara. Pulang dari berguru di Jakarta Pak Dar membawa oleh-oleh inovasi yang menggetarkan bisnisnya.
Pak Dar membeli mesin press atau mesin penggiling untuk batu-batanya. Mesin ini dapat mempersingkat 3 proses manual yang dilakukan sebelumnya. Mesin tersebut dapat memberikan efisiensi waktu dan hebatnya Pak Dar mampu mempekerjakan 6 karyawan tetapnya sampai sekarang.
Selain itu Pak Dar sebagai pelopor penggunaan mesin press di daerahnya pada kala itu, sehingga batu bata Pak Daryono diberi nama batu bata press. Tidak berhenti sampai situ, dengan bakatnya sebagai anak teknik sejak SMK, Pak Dar memanfaatkan bakatnya tersebut untuk membuat 2 mesin expose.
Uniknya mesin ini menghasilkan batu bata merah merah yang halus, cantik dan premium. Biasanya pelanggan menggunakan batu bata expose untuk membangun hotel dan sejenisnya.
Pak Dar mengatakan “usaha tanpa dukungan sang istri itu sia-sia”. Benar saja istri Pak Dar yang sebelumnya selain melaksanakan tugas yang mulia menjadi yaitu ibu rumah tangga dan mempunyai usaha sebagai penjahit, merelakan mengurus bisnis suaminya ini dari balik layar.
Support yang diberikan istri Pak Dar yaitu memasakkan konsumsi dari 6 karyawan.
Alasan yang diberikan istri Pak Dar “Lebih hemat jika dimasakkan daripada beli, uangnya nanti bisa dialokasikan untuk kebutuhan lainnya.” Benar saja selama bisnis batu bata ini berdiri, sang istri setia memasakkan untuk karyawan sampai dengan sekarang.
Benar saja, karena usaha dari sepasang sejoli itu dan kemurahan hati dari Sang Pencipta, bisnis Pak Dar berkembang pesat. Tercatat selama 2006-2024 ini Pak Dar sudah pindah 5x untuk memperbarui sumber daya alam alias tanah sebagai bahan baku batu bata. Tanah-tanah tersebut bukan lagi warisan dari orang tuanya, namun Pak Dar beli dengan jerih payahnya selama ini.
Rata-rata tanah yang dijadikan tempat memproduksi batu bata merahnya seluas 900 m2 dengan konsep yang masih sama dengan dulu yaitu untuk tempat pembakaran bertiang kokoh dan beratap genteng dan seng, untuk tempat produksi sebelum dipakar menggunakan tiang bambu beratap plastik tebal dengan alasan agar batu bata mudah kering.
Selain inovasi mengenai mesin, karyawan, tempat produksi, tercatat sejak tahun 2012 Pak Dar sudah mempunyai mobil pick up yang digunakan untuk mobilitas dalam berbisnis, salah satunya pengantaran batu bata. Jadi semenjak tahun 2012 batu bata sudah bisa diantarkan sesuai dengan tujuan.
Tak hanya itu, mobil pick up bertambah 1 lagi pada tahun 2022, jadi total saat ini Pak Dar sudah mempunyai mobil pick up sebanyak 2 buah untuk memudahkan mobilitas bisnisnya.
Sejak masa emasnya yaitu tahun 2006, pelanggan dari Pak Dar semakin meluas. Perluasan pertama kali didasarkan pada terjadinya musibah gempa di Jogja yang saat itu masyarakat membutuhkan bahan baku salah satunya batu bata untuk membuat rumahnya kembali.
Atas dasar musibah tersebut, justru menjadi ladang rezeki untuk Pak Dar. Berkat informasi dari saudaranya yang kerja dibangunan Jogja, maka batu bata milik Pak Dar dikirimkan ke daerah tersebut.
Selain itu Pak Dar mempunyai pelanggan tetap seperti pesanan dari proyek bangunan dan toko-toko bangunan. Perorangan juga tidak kalah menjadi pelanggan Pak Dar sampai saat ini. Pak Dar tidak menyangka, yang awalnya dulu pelanggan hanya berdatangan saja, kini sejak 2006 sudah mempunyai pelanggan tetap.
Omset yang didapatkan dari bisnis setia Pak Dar ini senilai 28 juta per 2 bulan. Pak Dar mengatakan “Alhamdulillah ini berkat kelimpahan hati seorang Pemilik Bumi ini”. Pak Dar mengatakan sangat bersyukur atas omset dari side job nya itu karena bisa menambah pendapatan selain dari profesi utama yaitu sebagai abdi negara.
Pak Dar mengatakan penghasilan ini sudah lebih dari cukup untuk pemenuhan kebutuhan hidup, biaya pendidikan ketiga anaknya dan ada hak orang lain yang terselip dari hasil pendapatannya tersebut. Usut demi usut, Pak Dar ini seorang yang sangat dermawan. Beliau mempunyai kebiasaan untuk selalu bersedekah rutin kepada orang yang membutuhkan.
Selain itu ibadah dari Pak Dar yang sangat rajin, tidak pernah terskip untuk datang ke rumah Allah dan selain itu Pak Dar setiap minggu mempunyai jadwal untuk pergi ke kajian bersama dengan keluarga tercintanya. Pak Dar mengatakan “Rezeki itu sudah ada yang mengatur”. Benar saja saat pandemi Covid-19 bisnis dari Pak Dar ini sepi pembeli selama 2 tahun.
Hebatnya Pak Dar terus berproduksi tiada henti. Menurutnya kalau bisnis ini berhenti produksi untuk sementara, kasian terhadap 6 karyawan yang sedang menghidupi keluarganya tersebut. Maka dengan husnudzon kepada Allah, Pak Dar tetap rajin memproduksi bisnisnya tersebut di masa pandemi.
Tak berhenti dari bisnis batu bata, Pak Dar juga menggandrungi bisnis peternakan kambing sejak 2023. Alasan dari membuat bisnis ini adalah tersedianya sumber daya alam yang melimpah, untuk tempat peternakan dan tempat menanam makanan dari kambing tersebut.
Tercatat saat ini Pak Dar memiliki 40 kambing dengan memiliki 2 karyawan. Uniknya, makanan dari kambing-kambing tersebut diolah dari mesin yang Pak Dar buat sendiri.
Memang minat dan bakat Pak Dar sebagai anak teknik ini tersalurkan dengan baik. Makanan dari kambing-kambing ini berasal dari tanaman odot yang Pak Dar panen sendiri dan rumput-rumput liar. Masih sama dengan bisnis batu batanya, Pak Dar menilik bisnis barunya ini setelah pulang kerja dan saat weekend yaitu di hari Sabtu dan Minggu.
Para kambing-kambing tersebut dalam setahun dapat melahirkan 2x dengan 1x melahirkan minimal 2 anak kambing. Pak Dar mengatakan pembelian yang ramai di waktu Idul Adha dan pelanggan dari Pak Dar adalah relasi yang sudah dibentuk sampai sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H