Kasus pekerja anak di Indonesia masih menjadi permasalahan pemerintah Indonesia yang belum terselesaikan. Faktor ekonomi keluarga yang rendah menjadi alasan anak-anak ikut bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.Â
Anak-anak yang bekerja biasanya karena keinginan sendiri untuk membantu keluarga atau ada juga karena mengikuti temannya, dan terkadang disuruh oleh orang tua. selain faktor ekonomi, faktor pendidikan orang tua dan kebiasaan atau lingkungan anak berperan dalam munculnya pekerja anak (Lubis&Saleh, 2020).Â
Rendahnya pendidikan orang tua sehingga lebih mementingkan menghasilkan uang dari pada memberikan anak pendidikan secara optimal, sedangkan faktor lingkungan anak ketika ada teman, kerabat, dan keluarga yang mengajak anak untuk bekerja sehingga anak menormalisasikan hal tersebut karena merupakan hal yang normal di lingkungannya.
Dalam penanganan pekerja anak di Indonesia pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan tentang pekerja anak. Hal ini diatur dalam Undang-Undang atau UU Nomor 13 Tahun 2003 pasal 68 tentang ketenagakerjaan.Â
Pada dasarnya, anak di bawah umur dilarang untuk dipekerjakan. Berdasarkan ketentuan undang-undang, batas usia minimal tenaga kerja di indonesia adalah 18 tahun.Â
Tetapi pemerintah Indonesia mengatur lagi undang-undang pekerja anak pada Pasal 69 ayat 3 memberikan pengecualian, bahwa anak yang bekerja pada usaha keluarganya untuk sekedar membantu tidak diberlakukan ketentuan perundang-undangan tersebut. Hal ini membuat anak-anak yang bekerja atas kebutuhan ekonomi keluarga tidak dipidana sehingga pekerja anak di Indonesia sangat sulit untuk dihilangkan.
Usia dibawah 18 tahun merupakan usia dimana anak-anak belajar dan bermain. Memahami norma serta nilai sosial, menemukan potensi, serta mempelajari pengetahuan umum demi masa depan yang lebih baik.Â
Sehingga bekerja pada usia anak memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan psikologi anak seperti dampak terhadap perkembangan fisik, perkembangan emosi, dan perkembangan sosial anak.Â
Keluarga merupakan agen media pertama anak belajar tentang nilai dan norma sehingga keluarga sangat berperan dalam perkembangan kepribadian anak. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti peran komunikasi informal orang tua terhadap pengembangan kepribadian pekerja anak.
Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama untuk anak dalam belajar hal-hal dasar seperti nilai dan norma kesopanan, adab makan, dan adab berkomunikasi dengan orang yang lebih tua oleh karena itu pendidikan pada keluarga sangat penting untuk anak. Tetapi masih banyak orang tua didalam keluarga yang tidak dapat memberikan pendidikan secara optimal kepada anak hal ini disebabkan oleh faktor kurangnya pendidikan orang tua.Â
Pendidikan yang kurang di keluarga dapat menyebabkan cara bicara anak yang tidak sopan, melakukan hal nakal dan merugikan orang lain. Selain dari pendidikan faktor kesibukan orang tua juga dapat berdampak pada perkembangan kepribadian anak, orang tua tidak mengawasi tumbuh kembang anak karena sibuk bekerja.
Komunikasi antara anak dan orang tua menjadi media penyambung untuk orang tua dalam memberikan batasan-batasan kepada anak, memberikan pengetahuan umum tentang nilai dan norma yang ada di masyarakat dimana komunikasinya bersifat interpersonal.Â
Sehingga orang tua dapat membatasi pergaulan dan pengetahuan anak agar perkembangan kepribadian sesuai dengan nilai dan norma masyarakat atau lingkungan sosial. Ketiadaan kemampuan komunikasi pada diri seseorang dapat menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan kepribadian dan terjadinya berbagai gangguan perilaku serta hambatan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan.Â
Dalam komunikasi orang tua dan anak tugas orang tua tidak hanya memberikan masukan tetapi juga mendengarkan keluhan dan masukan dari anak sehingga menimbulkan rasa percaya antara orang tua dan anak (Solekha, 2020).
Adapun beberapa yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam komunikasi interpersonal dengan anak yaitu :
1. Menyampaikan pesan/informasi
2. Memberi makna informasi dan pemahamannya
3. Memahami pesan secara denotatif dan konotatif
Kedekatan antara orang tua dan anak merupakan hal yang penting dalam pembentukan kepribadian anak terutama pada anak yang bekerja  atau pekerja anak. Pekerjaan pekerja anak yang biasanya dilakukan setelah pulang sekolah mengakibatkan waktu anak bersama orang tua sangat sedikit oleh karena itu membangun kedekatan interpersonal melalui komunikasi sangat penting.Â
Komunikasi antara orang tua dan anak tidak hanya bersifat verbal tetapi juga non verbal seperti memberikan ciuman atau pelukan kepada anak pekerja anak ketika dia berangkat sekolah ataupun berangkat kerja sehingga fungsi afeksi dari keluarga terjalin.
Kedekatan interpersonal antara anak dan orang tua juga dapat terjalin dengan cara orang tua mendengarkan cerita anaknya, hal ini dapat memicu hubungan emosional antara orang tua dan anak.Â
Selain dari itu dapat juga membuat orang tua mengetahui permasalahan anaknya dan memberikan solusi serta mengontrol arah perkembangan kepribadian anak, terutama pada pekerja anak dimana lingkungan bekerja merupakan lingkungan yang keras seperti mendapatkan pekerjaan yang berat atau teman yang kurang baik sehingga dapat mempengaruhi arah perkembangan anak ke arah yang tidak baik.
Selain dari yang diatas menanamkan moral agama juga dapat mempengaruhi perkembangan anak (Solekha, 2020). Moral agama merupakan hal penting dalam berkehidupan sosial yang mana didalamnya terdapat batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar oleh karena itu pendidikan agama merupakan hal yang penting untuk diberikan kepada anak-anak untuk dijadikan pedoman dalam kehidupannya.Â
Komunikasi yang terjalin mempengaruhi pola asuh. Dengan komunikasi yang baik, diharapkan akan tercipta pola asuh yang baik pula bagi anak. Anak-anak dibesarkan dengan baik dan dapat membentuk hubungan orangtua-anak, anak-anak, dan anak-anak yang baik ketika pola komunikasi yang diciptakan dibalut dengan cinta dan kasih sayang, memposisikan anak sebagai subjek yang harus disambut, dibimbing, dan bukan hanya sebagai objek.
Komunikasi antara orang tua sangat mempengaruhi perilaku anak. Cara pendekatan ataupun metode yang digunakan dalam komunikasi dengan anak sangat penting bagi orang tua untuk diketahui dan dikuasai, sehingga dapat terbentuknya hubungan intim dan emosional antara orang tua dan anak di dalam keluarga. Keluarga sebagai agen media sosialisasi pertama untuk anak memiliki peran yang sangat vital bagi perkembangan kepribadian anak.Â
Oleh karena itu orang tua harus memberikan sikap dan perilaku yang tepat dan baik sesuai lingkungan sosial atau nilai, norma sosial di masyarakat dalam pembentukan kepribadian anak.
Saran untuk orang tua
- Orang tua harus bisa menjalin hubungan baik dengan anak agar dapat mengawasi perilaku anak.
- Orang tua harus memahami cara pendekatan untuk menjalin hubungan dengan anak.
- Anak-anak akan meniru sifat dan prilaku orang tua oleh karena itu orang tua harus menjaga sikap ketika bersama anaknya.
- Selain dari fungsi ekonomi seharusnya orang tua memenuhi semua fungsi keluarga agar tidak berdampak pada kepribadian anak.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H