Mohon tunggu...
Fitri Annisa
Fitri Annisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - ...

Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh K-Pop terhadap Perilaku Remaja

6 Januari 2022   23:28 Diperbarui: 7 Januari 2022   18:00 25725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengaruh K-Pop terhadap Perilaku Remaja

                                                                                         

Sejalan dengan perkembangan zaman, teknologi juga berkembang pesat dan canggih mengikuti arus kemajuan globalisasi. Globalisasi sendiri merupakan proses kebudayaan yang sudah mendunia yang membuat hubungan antar negara menjadi semakin terbuka dan bebas. 

Hal inilah yang membuat beberapa budaya asing masuk ke Indonesia dengan cepat. Terlebih di era sekarang, masyarakat bisa mengakses internet kapan saja dan dimana saja. Canggihnya teknologi dan kemudahan akses internet membuat masyarakat mudah mencari informasi apapun yang diinginkan. 

Salah satu budaya yang saat ini sedang menjadi trend di Indonesia maupun di negara lain adalah budaya Korean Wave atau K-Pop. K-Pop banyak digemari oleh kalangan remaja karena unik dan memiliki ciri khas tersendiri dengan musik genre beat dan tarian yang enerjik serta penampilan atau fashion artis-artis korea yang menarik.

Musik K-Pop pertama kali muncul pada tahun 1930-an karena masuknya musik Pop Jepang ke Korea. Bermacam-macam produk seni korea, mulai dari drama, film, lagu, fashion, life style mewarnai kehidupan masyarakat penggemar K-Pop. 

Budaya Korea yang unik ini berkembang sangat pesat dan meluas hingga menimbulkan fenomena yang disebut dengan "Korean Wave atau Hallyu". Dengan adanya media sosial seperti facebook, instagram, twitter, youtube dan lainnya, maka remaja menjadi aktif dalam mencari dan mendapat informasi seputar idola mereka.

Dengan adanya budaya K-Pop di Indonesia, sikap berlebihan para penggemar juga meningkat. Remaja menjadi terdorong untuk mengikuti atau meniru kebudayaan korea atau idola K-Pop mereka yang biasa disebut bias. Konsep yang digunakan dalam K-Pop ini berbeda dan unik dibandingkan negara lainnya. Perkembangan musik K-Pop ini sangat memberikan dampak bagi remaja dalam perilaku sosial di kehidupan sehari-hari. 

Penggemar K-Pop sering kali menghabiskan waktu mereka untuk mencari informasi-informasi seputar idola mereka, bahkan terkadang menjadi berlebihan atau obsesif terhadap idolanya. Keberadaan K-Pop bisa memberikan efek konsumtif dan menguntungkan kaum komoditas. 

Penggemar K-Pop akan melakukan imitasi atau meniru idola mereka untuk memenuhi keinginan dan hasrat agar terlihat seperti idola mereka, membeli album, poster, merchandise, photocard, boneka dan lainnya yang berkaitan dengan idol K-Pop. 

Selain perilaku konsumtif, K-Pop juga mengakibatkan perubahan konsep diri yaitu maskulin menjadi feminim, introvert menjadi extrovert dan konsep diri dari berfikiran tertutup menjadi pikiran terbuka dengan menghargai pendapat orang lain (Sobur, dkk., 2018: 414-422).

Budaya K-Pop bisa mempengaruhi interaksi sosial remaja, yang pertama yaitu melalui gaya pertemanan. Remaja akan lebih memilih berteman atau bergaul dengan sesama penggemar K-Pop karena dianggap lebih nyaman dan nyambung saat membahas hobi dan kegemaran yang sama dan dengan mengidolakan K-Pop mereka merasa lebih mudah mendapat teman baik didunia nyata maupun dunia maya melalui media sosial.

Selain gaya pertemanan, yang kedua adalah budaya K-Pop juga mempengaruhi interaksi sosial remaja melalui interaksi dengan keluarga, remaja cenderung bersikap individual ketika tidak berada di lingkungan yang menyukai K-Pop termasuk lingkungan keluarga sehingga interaksi yang terjadi diantara keluarga hanya sedikit atau terbatas, sehingga hal ini membuat hubungan kekeluargaan khususnya hubungan antara orang tua dan anak menjadi renggang dan tidak harmonis. 

Yang ketiga, budaya K-Pop berpengaruh terhadap hasrat mahasiswa dalam proses belajar karena lebih memilih menunda waktu belajar hanya untuk menonton drama atau acara korea yang menampilkan idola mereka atau sekedar melihat sosial media untuk mengupdate informasi terbaru seputar idola mereka. 

Dengan begitu, maka dampak yang ditimbulkan karena budaya K-Pop ini membuat remaja memiliki kebiasaan buruk dengan menyepelekan waktu belajar dan tugas sekolah yang membuat prestasi belajar menjadi menurun. Namun ada juga yang justru termotivasi untuk lebih giat lagi dalam belajar karena menonton drama Korea yang menginspirasi.

Kemudian yang ke empat yaitu remaja menjadi lebih boros dalam mengeola dan menggunakan uang. Remaja rela menghemat uang jajan hanya untuk membeli barang-barang yang diinginkan. Remaja juga menjadi lebih boros untuk membeli kuota internet untuk menonton acara-acara idola K-Pop mereka yang diakses melalui internet.  

Fans idola K-Pop dengan sifat fanatisme yang tinggi dan berlebihan akan cenderung berperilaku agresif baik secara verbal maupun perilaku yang ditunjukkan. Fanatisme sendiri dibagi menjadi 2, yaitu fanatisme yang masih bisa ditolelir dalam bingkai budaya lokal dan fanatisme yang tidak sesuai dengan budaya lokal (Widarti, 2016: 12-18). 

Penggunaan media sosial menjadi suatu alat yang efektif untuk mencari informasi seputar kehidupan idola K-Pop. Penggunaan media sosial ini bisa menimbulkan efek yang berlebihan dan menjadi permasalahan yang serius jika tidak diatasi secepatnya. Beberapa perilaku pengguna media sosial yang harus diperhatikan adalah cyber bullying, selfie, belanja online dan budaya bersama.

Selain dampak negatif yang ditimbulkan oleh budaya K-Pop atau Korean Wave, ada juga dampak positif apabila K-Pop ini dimanfaatkan dengan baik. 

Yaitu K-Pop sebagai media hiburan bagi remaja yang sedang penat dengan tugas-tugas sekolah. Dengan mendengarkan musik atau drama Korea, dapat meningkatkan motivasi dan semangat belajar. Selain itu, dapat menambah wawasan terhadap budaya Korea bahkan belajar bahasa Korea. 

Remaja juga lebih aman dalam lingkup pergaulan, misalnya dengan mabuk-mabukan atau narkoba karena sudah asik dengan tontonan-tontonan K-Pop misalnya grup band BTS, EXO dan sebagainya.

Semua tidak akan menimbulkan kerugian apabila dimanfaatkan dengan baik. Boleh saja mempelajari budaya Korea karena hal tersebut dapat memberikan wawasan yang luas mengenai budaya asing. Tetapi kita tidak boleh melupakan budaya lokal di Indonesia, karena hal tersebut merupakan hal baik yang perlu dilestarikan dan merupakan identitas bangsa Indonesia yang patut kita jaga agar tidak hilang termakan budaya asing akibat dari globalisasi. Misalnya, kita memiliki banyak sekali tarian-tarian daerah, banyak juga baju daerah, kesenian-kesenian lain yang patut kita pelajari dan kita kembangkan agar juga bisa terkenal dikancah internasional.

Sumber :

Khairil, Muhammad, dkk. 2019. Efek Ketergantungan Remaja K-Popers Terhadap Media Sosial Di Kota Palu. Universitas Tadakulo

Khairunnisa, Dina. 2019. Budaya K-Pop Dan Kehidupan Sosial Remaja. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Sobur, A., Darmawan, F., Kusumalestari, R. R., Listiani, E., Ahmadi, D., & Albana, M. A. (2018). The Meaning of K-Pop and Self-Concept Transformation of K-Pop Fans in Bandung. MIMBAR: Jurnal Sosial Dan Pembangunan, 34(2), 414--422. https://doi.org/https://doi.org/10.29313/mimbar.vol34iss2pp%25p

Widarti. (2016). Konformitas dan Fanatisme Remaja Kepada Korean Wave (Studi Kasus pada Komunitas Penggemar Grup Musik CN Blue). Jurnal Komunikasi, 7(2), 12--18. https://doi.org/10.31294/jkom.v7i2.1486

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun