Mohon tunggu...
Fitri Annisa
Fitri Annisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - ...

Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stigma Buruk Mental Illness dalam Masyarakat, Dampak, serta Cara Mengatasinya

12 November 2021   04:11 Diperbarui: 14 November 2021   20:50 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kamu itu bukan sakit mental, tapi kurang iman! Makanya beribadah yang bener."


Mungkin kamu yang sedang berjuang menghadapi gangguan mental atau biasa juga disebut dengan "Mental Illnes" pernah mendengar kata-kata itu, bukan? Atau mungkin sekarang kamu sedang berjuang sendiri dan tidak mau membicarakannya dengan orang terdekatmu perihal takut dibilang kurang iman dan buruknya stigma masyarakat terhadap orang-orang yang memiliki gangguan mental.

Apa sih itu stigma? Stigma adalah sesuatu yang berhubungan dengan kondisi, tapi selalu dikaitkan dengan segala sesuatu yang bersifat negatif. Stigma secara rinci bisa dikategorikan lagi menjadi dua nih, yang pertama adalah sosial stigma, sosial stigma ini adalah stereotype negatif yang sering beredar di masyarakat yang membentuk persepsi publik terhadap orang-orang dengan masalah kesehatan jiwa atau kesehatan mental, sedangkan selfstigma adalah suatu bentuk internalisasi dari stigma-stigma yang beredar di masyarakat ke dalam diri kita sendiri atau singkatnya bisa dikatakan bahwa orang-orang yang di stigma itu akhirnya mengambil persepsi publik yang salah itu terhadap diri mereka.

 Guys, ada tiga komponen yang saling berkaitan erat baik dalam sosial stigma ataupun selfstigma. tiga komponen ini adalah stereotype, prejudice dan diskriminasi.

Apa, sih, stereotype itu? Stereotype itu adalah sesuatu yang dikaitkan dengan negative belief terhadap suatu kelompok. Contoh stereotype terhadap orang gangguan kesehatan mental itu adalah masyarakat cenderung melihat bahwa orang yang memiliki gangguan mental kurang iman, atau kurang berdoa dan memiliki kepribadian yang lemah. Nah dari stereotype inilah yang nantinya lama-lama dia akan berkembang menjadi prejudice.

Apa, sih, prejudice itu? Prejudice itu timbul sebagai bentuk terhadap stereotype sehingga menimbulkan reaksi emosi, kita sebagai manusia jadi bereaksi secara emosional di mana nanti seseorang mulai ngga mau dekat sama orang yang punya gangguan kesehatan mental, dan pada akhirnya menjadi diskriminasi. Diskriminasi ini terbentuk akibat dari prejudice yang sudah terjadi di masyarakat atau bahkan di diri kita sendiri.

Apa, dampak, dan bahaya dari stigma yang sudah terbentuk di masyarakat?

Membahas soal stigma sosial, jika misalnya di masyarakat terbentuk persepsi yang salah, otomatis kita akan bereaksi secara salah juga. Kita akan beranggapan bahwa orang-orang dengan gangguan mental itu berbahaya, tidak kompeten, tidak stabil, tidak kuat iman, hidupnya kacau, segala sesuatu yang jelek dengan kondisi sebenarnya tidak akurat, dan akhirnya kita bereaksi terhadap stereotype itu. 

Kita tidak suka, kita jadi tidak mau bergaul dengan mereka, kita jadi tidak mau memberi mereka pekerjaan, dan itu semua ujung-ujungnya membuat terjadi diskriminasi. Dampaknya apa? Udah pasti orang-orang yang di stigma ini akan mengalami perasaan kesepian, dan mereka jadi terkucilkan, dan pada akhirnya ini akan membahayakan diri mereka sendiri.

" Tidak seharusnya kita menaruh label-label negatif terhadap orang yang memiliki gangguan mental, mereka juga manusia yang pantas untuk berbahagia." Begitu yang disampaikan seorang pakar psikolog di akun Riliv.

Orang-orang yang udah di diskriminasi ini mereka jadi engga mau orang lain sampai tau kondisi mereka, dan jika mereka udah menyembunyikan ini mereka jadi cenderung tidak mau berobat. 

Padahal orang-orang dengan masalah kesehatan mental ini harus berobat, mereka harusnya tidak dikucilkan, karena merekalah orang-orang yang sangat butuh support system dari masyarakat, dan orang-orang terdekat, dan disaat seperti ini jika orang yang akhirnya juga menstigma dirinya sendiri atau mengiyakan persepsi publik itu, dia bisa melampiaskannya ke selfdestructive seperti minum minuman keras, mengonsumsi  obat-obatan terlarang, atau dia melakukan selfharm, selfcutting atau lebih parahnya lagi bisa sampai bunuh diri.  

Bagaimana, cara kita mengakhiri stigma tersebut?

Nah, sekarang sudah banyak nih upaya yang dilakukan untuk mengakhiri stigma buruk tentang gangguan mental di masyarakat, salah satunya yaitu dengan mengedukasi masyarakat. 

Menurut penelitian, ini merupakan strategi yang paling efektif, karena ketika seseorang atau suatu kelompok masyarakat belajar mengenai hal-hal yang mereka tidak ketahui sebelumnya, pemikiran mereka akan terbuka dan mereka akan jadi lebih paham dan bisa merasakan empati, simpati, dan akhirnya mereka pun secara sadar akan menghindari atau menahan diri mereka sendiri untuk berperilaku yang tidak baik, dan tidak mempromosikan stigma ke depannya. Jadi itulah kenapa para peneliti setuju itu adalah salah satu strategi yang sebenarnya paling bisa dan paling efektif dilakukan untuk menghapus stigma yang ada di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun