Mohon tunggu...
Fitri Ani Siregar
Fitri Ani Siregar Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobby seni dan digital

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan nilai spiritual dalam membentuk pribadi dan masyarakat yang berwawasan global melalui rekam jejak sejarah kemalikussalehan

7 Desember 2024   18:24 Diperbarui: 7 Desember 2024   19:13 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemalikussalehan merupakan konsep yang menggabungkan kesalehan pribadi dan sosial, menekankan harmoni antara hubungan manusia dengan Tuhan (hablum minallah) dan hubungan manusia dengan sesama (hablum minannas). Nilai-nilai ini tidak hanya menjadi panduan dalam kehidupan individu, tetapi juga menjadi landasan moral dalam membangun masyarakat yang berakhlak mulia. Artikel ini membahas secara rinci rekam jejak sejarah kemalikussalehan, fondasi nilai spiritual yang menopangnya, serta implementasi lima pilar kemalikussalehan dalam kehidupan sehari-hari.

Tokoh -tokoh sebelum kesultanan Sumatra -pasai 
Tokoh -tokoh sebelum kesultanan Sumatra -pasai 

Penerapan nilai-nilai spiritual memiliki peran fundamental dalam membentuk kepribadian individu dan tatanan masyarakat yang harmonis, terutama dalam menghadapi tantangan era globalisasi. Dalam konteks sejarah kemalikussalehan---suatu terminologi yang mencerminkan perjalanan hidup manusia menuju kesalehan yang hakiki---terdapat pelajaran berharga yang relevan untuk masa kini.

Nilai spiritual memberikan landasan moral dan etika yang kuat bagi setiap individu untuk menjalani kehidupan yang bermakna. Dengan mengacu pada rekam jejak sejarah kemalikussalehan, masyarakat dapat menemukan inspirasi dari tokoh-tokoh dan peristiwa masa lalu yang menunjukkan bagaimana kesalehan dapat menjadi pendorong utama kemajuan pribadi maupun kolektif. Misalnya, sifat-sifat seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kasih sayang, yang merupakan inti dari spiritualitas, dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari hubungan interpersonal hingga pengambilan keputusan dalam organisasi global.

Lebih dari itu, penguatan nilai spiritual juga dapat menjadi jembatan menuju keberagaman budaya dan kepercayaan di tingkat global. Dunia yang semakin terhubung membutuhkan pribadi dan masyarakat yang tidak hanya memahami budaya mereka sendiri, tetapi juga mampu menghargai pandangan dan keyakinan orang lain. Dengan berpegang pada nilai spiritual universal, masyarakat dapat menghindari konflik dan memupuk kerja sama internasional.

Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana menerjemahkan nilai-nilai spiritual tersebut ke dalam tindakan nyata yang relevan dengan kebutuhan zaman. Dibutuhkan pendekatan yang kontekstual dan inovatif agar spiritualitas tidak hanya menjadi ajaran normatif, tetapi juga menjadi kekuatan transformasional dalam menghadapi dinamika global.

Sultan Malikussaleh merupakan seorang raja yang terbuka dan berwawasan global. Proses globalisasi merupakan tolok ukur keberhasilan perekenomian suatu bangsa. Globalisasi yang dilakukan Sultan Malikussaleh dapat dilihat dari aktivitas dakwah dan perdagangan yang dilakukan dengan berbagai kerajaan baik di dalam negeri maupun internasional.

Monumen samudra pasai 
Monumen samudra pasai 

 Inspirasi pengetahuan dan teknologi yang dia peroleh dari hasil interaksinya dengan pelbagai bangsa didunia baik Asia, Afrika maupun Eropa ia kembangkan dalam bentuk kebijakan yang menghasilkan perubahan signifikan dalam pembangunan negara dan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu keterbukaan dapat dilihat dari kemampuan Sultan dalam menjalankan dakwah Islamiyah ke seluruh nusantara. Dengan kelembutan dan keramah tamahannya dalam syiar tersebut Islam menjadi panduan hidup masyarakat di nusantara ini. 

Jiwa yang dimiliki oleh Sultan adalah jiwa kesalehan atau keislaman merupakan kepribadian yang terpatri dalam dirinya.Berwawasan global merupakan sebuah pra kondisi di era industri 4.0.

Perkembangan global saat ini senantiasa menuntut para Sivitas Akademi unimal perlu menceburkan (update) berbagai isu-isu lokal, regional, nasional dan internasional(Think Globelly and act Locally). Maka belajar terhadap pelbagai aspek dan sepanjang hayat adalah tuntuntan eksistensial yang harus terus menerus dilakukan dan itu merupakan tugas dan kewajiban sepanjang hayat (Long Life Education).

Kunjungan Museum 
Kunjungan Museum 

Dalam kesimpulannya, penerapan nilai spiritual melalui refleksi kemalikusalehan tidak hanya membangun pribadi yang kuat secara moral, tetapi juga menciptakan masyarakat yang siap bersaing secara global tanpa kehilangan identitas. Dengan demikian, spiritualitas bukanlah penghambat kemajuan, melainkan fondasi kokoh untuk melangkah maju dengan penuh integritas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun