Mohon tunggu...
Fitri Anisa
Fitri Anisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

seorang yang pekerja keras, hobi nonton film, dan suka mencoba hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Periodisasi sastra indonesia. Perjalanan dan perkembangan sastra di Indonesia

5 Oktober 2023   11:10 Diperbarui: 5 Oktober 2023   11:58 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sastra Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan kaya, dengan perkembangan yang terjadi dalam berbagai angkatan sastra. Setiap angkatan sastra memiliki ciri khas dan memberikan kontribusi penting dalam perkembangan sastra Indonesia. Melalui periodisasi sastra, kita dapat melihat perjalanan dan perkembangan pergerakan sastra di Indonesia dari masa ke masa.


Pentingnya memahami periodisasi sastra Indonesia terletak pada kemampuan kita untuk menghargai beragam karya sastra Indonesia dan melihat hubungan antara karya-karya tersebut dengan konteks sosial dan sejarahnya. Dalam artikel ini, kita akan memperkenalkan dan membahas beberapa angkatan sastra yang penting dalam periodisasi sastra Indonesia.

*Angkatan pertama yang akan kita bahas adalah Angkatan Pujangga Lama.  Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20Pada masa ini karya sastra didominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat   Pujangga Lama Merupakan periode awal sastra Indonesia, Angkatan Pujangga Lama ditandai dengan penerjemahan karya-karya sastra klasik Barat ke dalam Bahasa Melayu dengan menggunakan kaidah yang ada pada waktu itu. Para penulis pada masa ini sangat dipengaruhi oleh sastra klasik, terutama sastra Jawa dan Melayu. Salah satu karya yang berpengaruh dari periode ini adalah "Hikayat Abdullah" karya Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, yang menceritakan kehidupan masyarakat Melayu pada masa itu.

*Selanjutnya, kita memiliki Sastra "Melayu Lama". Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942. yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat. Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-EropaKarya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel baratMencerminkan pengaruh Islam dan Melayu dalam sastra Indonesia. Pada periode ini, karya-karya sastra berfokus pada nilai-nilai moral dan kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu. Contoh karya yang penting dari periode ini adalah "Serat Centhini", yang berisi cerita-cerita tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa pada masa itu.

Ciri-ciri Sastra Melayu Lama
a. Menggunakan bahasa Melayu
b. Cerita seputar istana sentris (kehidupan istana) c. pengarang anonim
d. terikat dengan aturan dan adat istiadat

*Lanjut ke Angkatan Balai Pustaka. Angakatan ini merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920. Disebut Angkatan Balai Pustaka, karena pada saat itu banyak karya sastra yang diterbitkan melalui penerbit ini. Balai Pustaka adalah penerbit yang dimiliki oleh pemerintah. Penerbit ini menerbitkan karya dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Melayu Tinggi, Jawa dan Sunda. Namun dengan edisi terbatas penerbit ini juga menerbitkan karya dalam bahasa Bali, Batak dan Madura.Balai Pustaka menjadi lembaga sastra penting pada masanya, mencetak karya-karya sastra Indonesia yang bernilai tinggi. Penulis yang terkenal dari angkatan ini adalah
1.MUHAMMAD YAMIN: TANAH AIR (1992)
2.MARAH RUSLI: SITTI NURBAYA (1992)
3.MERARI SIREGAR: AZAB DAN SENGSARA (1920)


*Perkembangan selanjutnya terjadi dengan munculnya Angkatan Pujangga Baru. 
Angkatan ini di kaitkan dengan nama majalah yang terbit pada saat itu, yaitu majalah Pujangga Baru. Angkatan ini muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh penerbit Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa itu, terutama pada karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.pada tahun 1933. Angkatan ini menunjukkan semangat perubahan dalam sastra Indonesia. Mereka mengeksplorasi tema-tema sosial dan mengkritik budaya kolonial. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistis dan elitis. Pada masa itu terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (1930-1942) dipelopori oleh Sutan Takdir Alisjahbana.


*Angkatan '45  
Nama angkatan ini disebut juga angkatan Chairil Anwar. Karena, kelahiran angkatan ini dipelopori oleh Chairil Anwar. Sastra angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan, seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar.. angkatan yang berperan penting dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pada periode ini, karya sastra menjadi sarana para penulis untuk menyuarakan semangat perjuangan dan mempersatukan rakyat.

*Selanjutnya, di era Angkatan 50-an. Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah Kisah. H.B. Jassin disebut sebagai pelopor lahirnya Angkatan 50-an ini. Angkatan 50-an merupakan kelanjutan dari Angkatan 45 karena pada hakikatnya karya sastra pada kedua angkatan ini memiliki struktur fisik dan estetika yang sama. Perbedaannya terletak pada situasi Tanah Air pada saat itu. Pada masa angkatan 50-an banyak sastrawan yang menerbitkan karya-karyanya lewat majalah, sehingga lahirlah istilah Sastra Majalah. Sastrawan Angkatan 50-an adalah semua sastrawan yang aktif menulis antara tahun 1950 sampai 1960.

*Angkatan 66-70-an. Angkatan ini lahir antara tahun 1966-1970-an. Pada masa itu terbit majalah sastra Horison yang dipimpin oleh Muchtar Lubis. Namun nama angkatan 66 ini justru diberikan oleh H.B. Jassin yang mendapat julukan 'Paus Sastra Indonesia. Angkatan 70-an Salah satu sastrawan yang terkenal pada angkatan ini adalah Sutardji Calzoum Bachri. Sastrawan ini disebut dengan sastrawan kontemporer karena pada masa itu lahir karya-karya sastra yang bersifat nonkonvensional yaitu sastra baru (kontemporer).  Ditandai dengan semangat perlawanan pada masa Orde Baru. Karya-karya yang mengkritik pemerintahan dan menyuarakan hak asasi manusia muncul pada periode ini. Angkatan 66 Pengarang dan karya sastra:
1.Sapardi Djoko Damono: Dukamu Abadi (1969)
2.Leon Agusta: Monumen Safari (1966)
3.Iwan Simatupang: Ziarah (1968)

*Selanjutnya, Angkatan 80-90-an. 
Istilah angkatan ini dikemukakan oleh Korie Layuan Rampan (salah satu sastrawan di Indonesia). Karya sastra yang lahir pada angkatan ini kebanyakan berupa cerita bertema percintaan (roman populer), salah satunya Mira W. dan Marga T. yang menulis cerita fiksi romantis dalam novelnya. Ada juga kisah-kisah komedi seperti dalam novel Hilman Hariwijaya. Ditandai dengan perkembangan berbagai aliran sastra seperti sastra feminis, sastra postmodern, dan sastra pasca-kolonial. 

*Terakhir, kita mencapai Angkatan 2000-an hingga sekarang. Periode ini ditandai dengan perkembangan teknologi yang mempengaruhi cara sastra ditulis dan dikonsumsi. Tulisan berkembang dalam bentuk blog, cerpen online, dan novel digital. Istilah angkatan ini dikemukakan oleh Korrie Layuan Rampan. Karya sastra angkatan 2000 memiliki beberapa karakteristik, salah satunya mengangkat tema bebas. Pada angkatan ini juga lahir karya sastra islami. Pada masa itu karya sastra bukan hanya dalam bentuk buku saja, tetapi juga dipublikasikan melalui internet. Dewi Lestari dan Ayu Utami adalah beberapa penulis terkenal pada periode ini.

Periodisasi sastra Indonesia menunjukkan evolusi yang terus berlanjut dan mencerminkan dinamika masyarakat dan perubahan zaman. Pemahaman akan periodisasi ini memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang sastra Indonesia dan memungkinkan kita untuk mengapresiasi dan menginterpretasi karya-karya sastra dengan lebih baik.

Dalam menghargai periodisasi sastra Indonesia, penting bagi kita untuk mempertimbangkan konteks historis, sosial, dan budaya di mana karya-karya sastra tersebut muncul. Karya-karya sastra tidak hanya merupakan kumpulan kata-kata dan cerita belaka, namun juga mencerminkan pemikiran dan perasaan penulis serta kondisi masyarakat pada saat itu.

Sebagai penutup, penting bagi kita untuk terus mengenali dan mempelajari sastra Indonesia dalam segala variasinya. Dengan memahami periodisasi sastra, kita dapat lebih mendalam dalam menghargai, menganalisis, dan mempelajari karya-karya sastra Indonesia. Periodisasi sastra Indonesia memberikan landasan penting untuk pemahaman lebih baik tentang perjalanan dan perkembangan sastra Indonesia, dan melalui pemahaman ini, kita dapat terus memupuk prestasi dan kemajuan dalam pergerakan sastra di masa depan.

Referensi:
- Pengantar sejarah sastra Indonesia. KS Yudiono. Grasindo, (2010)
- Paket 2 PERKEMBANGAN SASTRA INDONESIA. Perkembangan Sastra Indonesia. APRESIASI SASTRA INDONESIA 31 (8070), 40, (2014)
- Sejarah Sastra Indonesia, Rosida Erowati, Ahmad Bahtiar,Lemlit UIN Jakarta, (2011)

NAMA : Fitri Anisa
NIM : 221010750038
MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA
DOSEN PENGAMPU : Dwi Septiani,S,Pd,M.Pd
KELAS : 02SIDE001

https://images.app.goo.gl/6biFpM9EkmhZdEJEA

https://images.app.goo.gl/6biFpM9EkmhZdEJEA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun