Mohon tunggu...
Fitria Ningsih
Fitria Ningsih Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Voly ball

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sejarah Psikologi dan Konsep Psikologi

22 Desember 2023   12:27 Diperbarui: 22 Desember 2023   13:28 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Ilmu psikologi masa kini telah berkembang dengan pembahasan yang komprehensif dan lebih beragam. Namun, ternyata terdapat perbedaan signifikan dari konsep asal muasal psikologi itu sendiri.

Psikologi kontemporer tertarik pada membahas pengamatan perilaku manusia dan proses mental dari tingkat saraf hingga budaya. Sehingga penting untuk mengetahui sejarah psikologi dengan melihat perkembangannya.Psikologi masa kini menggunakan metodologi ilmiah untuk menarik kesimpulan tentang pemikiran dan perilaku manusia. Dalam hal ini fisiologi berperan dalam munculnya psikologi sebagai disiplin ilmu.

Pada mulanya fisiologi meneliti tentang otak dan perilaku yang memiliki dampak psikologi dan akhirnya berkontribusi pada penerapan metode ilmiah pada masa kini.Aliran ini muncul pada awal abad ke-20 dan membawa perubahan besar karena menolak aliran mengenai pikiran sadar dan tidak sadar sebelumnya. Behaviorisme lebih fokus pada perilaku yang dapat diamati.

Aliran ini berawal dari fisiologi Rusia bernama Ivan Pavlov yang meneliti tentang sistem pencernaan anjing tentang proses pengendalian klasik. Menurutnya perilaku dapat dipelajari melalui asosiasi yang terkondisi.

Pendukung aliran ini yaitu psikolog Amerika bernama John B Watson yang menguraikan prinsip dasar aliran dalam makalahnya tahun 1913 berjudul "Psychology as the Behaviorist Views It" dan dalam buku Behaviorism tahun 1924.

Behaviorisme membawa dampak besar dan terus mendominasi selama 50 tahun. Kemudian psikolog bernama BF Skinner memperluas perspektif aliran ini dengan konsep pengkondisian operan yang menunjukkan pengaruh hukuman dan penguatan perilaku.Psikologi Humanistik

Ketika paruh pertama abad ke-20 didominasi oleh aliran psikoanalisis dan behaviorisme, muncul kekuatan ketiga yaitu aliran humanistik yang menekankan pada pengalaman sadar.

Psikolog Amerika yaitu Carl Rogers dianggap sebagai salah satu pendiri aliran ini. Ia percaya pada kekuatan kehendak bebas dan penentuan nasib diri sendiri dalam psikologi.

Selain itu, psikolog Abraham Maslow juga ikut dalam aliran ini dengan teori hierarki kebutuhan motivasi manusia. Teori ini menyatakan bahwa manusia termotivasi oleh kebutuhan yang semakin kompleks untuk dikejar. Kebutuhan menurut teori ini digambarkan seperti segitiga dengan 5 pembagian kriteria kebutuhan manusia.

Psikologi Kognitif

Muncul gerakan revolusi kognitif pada tahun 1950 dan 1960-an yang menggantikan aliran psikoanalisis dan behaviorisme. Sejak itu psikologi kognitif menjadi bidang psikologi yang dominan karena peneliti mempelajari persepsi, memori, pengambilan keputusan, pemecah masalah, kecerdasan, dan bahasa.

Revolusi kognitif ini bermula dari Ulric Neisser yang menerbitkan buku berjudul Psikologi Kognitif pada tahun 1967 dan menjadi perspektif baru dalam bidang linguistik, ilmu saraf, dan komputer.

Kemudian adanya alat pencitraan otak seperti MRI dan PET scan membantu meningkatkan kemampuan para peneliti mempelajari cara kerja otak manusia.

Perkembangan Psikologi

Psikologi terus berkembang sejak tahun 1960 dan muncul ide-ide baru yang diperkenalkan. Penelitian psikologi terbaru telah melihat banyak aspek pengalaman manusia, pengaruh biologis terhadap perilaku, hingga dampak faktor sosial budaya.

Sebagian besar psikolog tidak menggunakan satu aliran saja dan seringkali berfokus pada perspektif khusus tertentu. Sehingga hal ini mendorong munculnya ide dan teori baru dalam psikologi.

Psikologi Menurut Filsuf Muslim

Dalam pemikiran tokoh muslim, terdapat seorang faylasuf atau filsuf terkenal bernama Avicenna atau Ibnu Sina yang mengemukakan tentang pemisahan antara tubuh dan jiwa seseorang. Ia membuat karya pertamanya berjudul Al-Shifa atau 'The Healing' dan 'The Cure' yang membahas pemisahan tersebut.

Ia memandang bahwa tubuh fisik dapat rusak dan tidak dapat disembuhkan selain oleh jiwa yang murni nonmateri. Sebaliknya, jiwa berada dalam hubungan tidak disengaja dengan tubuh tertentu dan disebabkan oleh pembentukan kebutuhan tubuh akan pemeliharaannya.

Menurutnya, jiwa dihasilkan oleh kecerdasan dari langit dan memiliki kecenderungan alami atau niza terhadap tubuh, mengikuti pemikiran Plato daripada Aristoteles. Ia membedakan berbagai bidang jiwa internal, termasuk penilaian, intuisi, dan imajinasi yang berkontribusi pada pemahaman manusia.

Ia percaya bahwa intuisi adalah kunci dalam mendapatkan pengetahuan secara instan. Ibnu Sina juga mengakui adanya tahap potensial dalam intelek manusia dari Intellectus Agens yang menjadi sumber pemahaman manusia.

Ia juga menghubungkan intuisi dengan individu yang memiliki kekuatan, seperti para nabi yang memiliki banyak pemahaman. Meski begitu, Ia tetap menganggap bahwa intelek sebagai tahap lebih tinggi dalam pemahaman manusia dan berusaha dikaitkannya dengan konsep agama tradisional.Konsep Psikologi Pendidikan

12 October 2020 18:36:12 Dibaca : 258460 Kategori : Psikologi Pendidikan

Konsep Dasar Psikologi Pendidikan

1. Pengertian Psikologi Pendidikan

Psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah, psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Defenisi berikut ini menunjukkan beragamnya pendapat para ahli tentang psikologi (Sobur, 2003: 32).

a. Ernesrt Hilgert (1957) dalam bukunya Introduction to Psychology: "Psychology may be defined as the science that studies the behavior of men and other animal" etc. (psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya).

b. George A. Miller dalam bukunya Psychology and Communication: "Psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental and behavioral events" (Psikologi merupakan ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku).

c. Clifford T. Morgan dalam bukunya Introduction to Psychology: "Psychology is the science of human and animal behavior" (Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan)

d. Robert S. Woodworth dab Marquis DG dalam bukunya Psychology: "Psychology is the scientifict studies of individual activities relation to the inveronment" (Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitar).

Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan rentangan makna psikologi dalam berbagai perspektif. Jika dilihat, terdapat beberapa perbedaan makna dari psikologi itu sendiri. Perbedaan tersebut boleh jadi disebabkan karena perkembangan psikologi itu sendiri. Apabila diamati berbagai defenisi psikologi di atas, terutama defenisi dari Morgan dan Hilgert, ternyata bahwa studi psikologi tidak hanya terbatas pada tingkah laku manusia saja, tetapi juga tingkah laku hewan. Hal ini semakin dipertegas oleh Chaplin (dalam Sobur, 2003: 33) dalam Dictionary of psychology, yang mendefenisikan psikologi sebagai "...the science of human and animal behavior, the study of organism in all its variety and complexity as it respond to the flux andflow of the physical and social events which make up the environment" (...psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kemitraannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan).

Jadi pada dasarnya, psikologi itu menyentuh banyak bidang kehidupan dan organisme, baik manusia maupun hewan. Namun, meskipun demikian, secara lebih spesifik psikologi sering dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. Psikologi beserta sub-sub ilmunya, pada dasarnya mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lainnya. Misalnya hubungan psikologi dengan sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu komunikasi, biologi, ilmu alam, filsafat, dan ilmu pendidikan. Hubungan ini biasanya bersifat timbal balik.

Salah satu contohnya adalah hubungan psikologi dengan ilmu pendidikan, sehingga lahirlah namanya psikologi pendidikan. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk memanusiakan manusia. Artinya, ditujukan untuk membentuk sikap dan mental peserta didik ke arah yang lebih baik. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam UU RI No. 20 Tahun 2003, bahwa: "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa pskologi sangat diperlukan dalam mengembangkan potensi diri peserta didik.

Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi pendidikan adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang pemahaman gejala kejiwaan dalam tigkah laku manusia untuk kepentingan mendidik atau membina perkembangan kepribadian manusia. Jadi segala gejala-gejala yang berhubungan dengan proses pendidikan dipelajari secara mendalam pada psikologi pendidikan.

2. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan

Psikologi dan ilmu pendidikan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena antara psikologi dengan ilmu pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak ia lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik jika tidak dibarengi dengan psikologi. Demikian pula watak dan kepribadian seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Oleh karena begitu eratnya hubungan antara psikologi dengan ilmu pendidikan, maka lahirlah yang namanya psikologi pendidikan.

Dasar-dasar psikologis ini sangat dibutuhkan para pendidik untuk mengetahui prilaku anak didiknya, apakah anak didiknya dalam keadaan yang baik saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, atau dalam keadaan yang tidak baik. Kalau demikian, pendidik sangat membutuhkan pengetahuan ini untuk mengatasi anak didik yang seperti itu dan memotivasinya agar tetap dalam keadaan yang semangat dalam belajar. Selain untuk mengetahui prilaku anak didiknya, dasar-dasar psikologis ini juga dapat mengendalikan prilaku para pendidik dan memberikan prilaku yang lebih bijaksana dalam menghadapi keanekaragaman karakteristik anak didiknya. Seorang pendidik memang sangat membutuhkan pengetahuan seperti ini, agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan dan tentunya dapat berhasil mencapai tujuan dengan cemerlang sesuai dengan lembaga pendidikan itu.

Reber (dalam Sobur, 2003: 71) menyebut psikologi pendidikan sebagai subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal berikut:

Penerapan dalam prinsip-prinsip belajar dalam kelasPengembangan dan pembaruan kurikulumUjian dan evaluasi bakat dan kemampuanSosialisasi proses dan interaksi dengan pendayagunaan ranah kognitifPenyelenggaraan pendidikan keguruan.Dari penjelasan tersebut, maka jelas bahwa adanya keterkaitan antara psikologi dengan ilmu pendidikan, yang mana fokus utama dari psikologi pendidikan ini adalah interaksi pendidik dan peserta didik.

3. Kontribusi Psikologi Pendidikan bagi Teori dan Praktek Pendidikan

a. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum merupakan salah satu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional. Pengembangan kurikulum dilaksanakan karena pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam proses pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran itu tedapat empat bagian penting dalam kurikulum meliputi: tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi. Keempat bagian tersebut saling berkaitan untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional.Pengembangan kurikulum tidak dilaksanakan hanya sesuai dengan kehendak seseorang atau suatu pihak, tetapi harus berpijak pada landasan-landasan (filosofis, psikologis, sosiologis, dan IPTEK) dan prinsip-prinsip (umum dan khusus) yang telah ada.

Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks pembelajaran. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana input, proses dan output pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.

Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Manusia sebagai makhluk yang unik, memiliki karakteristik masing-masing, kemampuan yang berbeda, serta kebutuhan yang berbeda pula. Maka bukanlah hal yang mengejutkan jika ada sekelompok siswa yang tidak cocok dengan sistem pendidikan formal. Jika siswa tidak dapat mengikuti pendidikan formal di sekolah karena alasan tertentu, ia berhak untuk memilih pendidikan alternatif lain yang dapat memenuhi haknya sebagai warga negara untuk belajar, karena setiap anak berhak mendapatkan pendidikan, dalam bentuk apapun. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.

Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metode penyampaiannya. Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum 2013, yang pada intinya diperlukan tidak hanya pengetahuan saja, tetapi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Sebenarnya ketiga domain ini sudah ada pada kurikulum sebelumnya, tetapi ternyata belum membawa dampak yang cukup signifikan, karena apa yang ada belum diimplementasikan secara utuh. Kurikulum 2013 dirancang untuk mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa psikologi pendidikan sangat berkontribusi dalam pengembangan kurikulum.

b. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Program Pendidikan

Kontribusi psikologi pendidikan terhadap pengembangan program pendidikan antara lain sebagai berikut.

1) Pengembangan program pendidikan, misalnya penyusunan jadwal pelajaran, jadwal ujian, dst. Hal ini tidak bisa lepas dari aspek psikologis peserta didik;

2) Untuk menyusun jadwal pelajaran diperlukan pengetahuan psikologi pendidikan.Tingkat kesukaran mata pelajaran berbeda-beda untuk setiap mata pelajaran. Agar seluruh materi pelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa, perlu penyusunan jadwal pelajaran dengan mempertimbangkan tingkat kesukarannya baik urutannya maupun waktunya. Misalnya mata pelajaran matematika ditempatkan pada jam pertama agar dapat diterima dengan baik oleh siswa, sedangkan mata pelajaran seni ditempatkan pada jam terakhir untuk meningkatkan gairah belajar siswa yang sudah lelah oleh berbagai materi pelajaran yang berat sebelumnya

3) Penentuan jurusan atau program;

4) Pengembangan program harus mengacu pada upaya pengembangan kemampuan potensial peserta didik.

c. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran

Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran.Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran.Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran. Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran. Kontribusi psikologi pendidikan terhadap sistem pembelajaran adalah dalam hal:

1) pemilihan teori belajar yang akan diaplikasikan;

2) pemilihan model-model pembelajaran;

3) pemilihan media dan alat bantu pembelajaran; dan

4) penentuan alokasi waktu belajar dan pembelajaran.

d. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Evaluasi

Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melalui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu. Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya. Ada sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu. Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.

Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan pendidik dalam melaksanakan tugas profesionalnya, karena pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut psikologis. Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian, keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

4. Metode-metode dalam Psikologi Pendidikan

Metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan (Sobur: 2003: 42). Dalam konteks ilmiah, metode menyangkut cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Ilmu pengetahuan psikologi secara metodis dan secara prinsipil sangat berbeda dengan ilmu pengetahuan alam (Kartono, 1981: 15). Penyebabnya adalah pada ilmu pengetahuan alam orang meneliti objeknya secara murni ilmiah dengan menggunakan hukum-hukum dan gejala-gejala penampakan yang dapat diamati dengan cermat. Sebaliknya psikologi berusaha mempelajari diri manusia bukan sebagai objek murni, tetapi meninjau manusia dalam kemanusiaannya, mempelajari manusia sebagai subjek yang aktif dan mempunyai sifat-sifat tertentu. Psikologi mempunyai banyak metode. Beberapa diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut.

Metode EksperimentalMetode ekperimental merupakan observasi atau pengamatan terhadap suatu kejadian atau gejala yang berlangsung di bawah kondisi atau syarat tertentu. Dalam psikologi, metode ini bermaksud menyelidiki pengaruh kondisi tertentu terhadap tingkah laku individu.

Metode Non Eksperimen1) Metode Observasi

Metode observasi dalam psikologi banyak dilakukan untuk mempelajari tingkah laku anak-anak, interaksi sosial, aktivitas keagamaan, peperangan, aktivitas kejahatan, dan kejadian lain yang tidak dapat dieksperimenkan. Pada hakikatnya, metode eksperimen merupakan metode observasi yang dibatasi dengan menciptakan kondisi-kondisi tertentu.

2) Metode Studi Kasus

Metode ini terutama digunakan oleh dokter atau ahli psikologi klinis ketika mereka mengobati pasien. Si ahli psikologi mencoba untuk mengkontruksi kehidupan masa lalu subjek berdasarkan ingatannya, laporan anggota keluarga, dan rekaman lain.

Studi kasus dalam psikologi merupakan suatu penjelasan tentang seseorang dalam suatu situasi, dan suatu rekonstruksi dan interpretasi terhadap suatu episode penting dalam kehidupan seseorang. Studi kasus tidak harus tentang seseorang yang menyimpang atau situasi yang tidak biasa, tapi bisa tentang seseorang yang biasa dalam situasi yang biasa, misalnya bagaimana cara seseorang mengatasi masalahnya dalam pekerjaan. Studi kasus biasanya penelaahan secara mendalam terhadap suatu episode singkat, penting, atau kritis dalam kehidupan seseorang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun