Mohon tunggu...
ef fattah
ef fattah Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar Sepanjang Hayat

https://linktr.ee/effattah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Papua Future Project: Membangun Mimpi dari Perbatasan,"Every Child Matters"

20 Oktober 2023   22:18 Diperbarui: 20 Oktober 2023   22:20 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram Papua Future Project

Didirikan sejak Juli tahun 2021 komunitas ini secara khusus mengangkat isu literasi pendidikan bagi anak-anak yang berada di daerah 3T (Terluar,Terdepan dan Tertinggal) khsususnya wilayah administratif Papua Barat.Suatu privileged bagi kita yang semenjak anak-anak memiliki banyak pilihan untuk bersekolah dimana,yang bahkan dilengkapi prasarana pembelajaran yang lengkap serta tidak perlu menyebrangi ombak dan lautan untuk belajar abjad dan enumerasi.

Hal yang berbeda dialami oleh anak-anak Papua terutama yang berada di pedalaman.Akses literasi menjadi sangat sulit karena tidak ditemukan perpustakaan.Hanya terdapat satu sekolah negeri dengan prasarana yang begitu terbatas.Bahkan ada SMP yang hanya terdapat 3 sampai 4 siswa didalamnya.Ruang belajar yang kosong juga kadang ditemui.Guru-guru datang hanya tiga bulan sekali. Pembelajaran biasanya dimulai dari jam 9 pagi sampai jam 11 siang.Bisa dibayangkan dengan durasi yang sangat sebentar,tidak dilaksanakan tiap hari,dengan jumlah guru yang sangat sedikit,bagaimana adik-adik kita di Papua bisa memperoleh pembelajaran yang maksimal?

Setiap minggunya ada 3 sampai 4 volunteer dari Papua Future Project yang mengajar 80 sampai 90 anak.Bahkan bisa lebih dari itu.Karena di seberang pulau Mansinam ada pulau Lemon.Tidak ada sekolah di pulau lemon jadi anak-anak disana harus naik kapal ke mansinam untuk bisa ikut belajar bersama anak-anak lainnya.Yang menyejukkan adalah anak-anak disana begitu antusias menyambut kehadiran para kakak-kakak volunteer.Jordy selalu tersentuh melihat ternyata begitu banyak anak-anak di Papua yang memiliki semangat untuk terus belajar ditengah keterbatasan yang ada.Letak geografis,infrastruktur literasi yang minim,serta kualitas dan kuantitas tenaga pendidik merupakan beberapa contoh persoalan yang dihadapi pendidikan di Papua.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 17 menyebutkan bahwa pada jenjang SD, SMP, dan SMA idealnya satu guru bertanggung jawab terhadap 20 murid. Sedangkan di Provinsi Papua, satu guru bertanggung jawab terhadap 24 murid.Rasio guru-murid yang tidak ideal ini tentunya akan mempengaruhi keefektifan pembelajaran.Distribusi dan pemerataan tenaga pendidik yang berkualitas memang menjadi salah satu persoalan yang di hadapi dalam industri pendidikan.

Tidak hanya fokus untuk menyediakan akses pendidikan yang inklusif melalui program bimbingan belajar literasi gratis dan donasi buku bacaan kepada anak-anak asli Papua yang tinggal di daerah,Papua Future Project juga melakukan pelatihan terhadap para pendidik lokal agar metode pembelajaran yang dilakukan bisa lebih efektif.Seperti kata Jordy,starting point sektor pendidikan di Papua berbeda dibanding daerah lain.Sangat kompleks.Angka buta huruf masih sangat tinggi.Alih-alih mengikuti standar kurikulum nasional,kondisi di Papua membutuhkan kurikulum yang lebih bersifat kontekstual.

Berdasarkan Susenas BPS RI 2020,Papua merupakan provinsi dengan tingkat buta aksara tertinggi yaitu 22,03%.ABH (Angka Buta Huruf) penduduk Papua usia 15 tahun ke atas tersebut masih jauh di atas rerata nasional yang hanya 3,96%.Artinya 1 dari 4 penduduk Papua masih belum bisa membaca dan menulis.

Proses belajar dan mengajar harus bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan.Membuat anak-anak tetap duduk,diam,dan hanya mendengarkan tidak mudah.Oleh karena itu, Papua Future Project melakukan kegiatan belajar sambil bermain.Contohnya dengan membuat ular tangga raksasa yang tiap kolomnya terdapat pertanyaan yang harus dibaca oleh anak-anak jika ingin melompat ke tangga berikutnya.

"Karena kita tidak bisa memaksakan anak-anak ini untuk belajar formal,karena memang aduh susah,ngga bisa,dia hari ini belajar besok lupa.Jadi gimana kita menciptakan pembelajaran itu sebagai sesuatu yang menyenangkan,"ucap Jordy

Saat ini Papua Future Project melakukan banyak kerjasama dengan para pakar,dosen-dosen,UNICEF Indonesia,HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) dalam mengusung konsep pembelajaran holistik yang dirasa tepat bagi anak-anak di Papua.Jadi tidak hanya memuat nilai-nilai adat,tetapi juga memberikan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan,pemanfaatan teknologi,bahasa inggris,dan pendidikan karakter.Para pendidik lokal perlu diberikan pelatihan-pelatihan agar memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang metode pembelajaran terbaik yang cocok bagi anak-anak di pedalaman Papua.

Apresiasi SATU Indonesia Award

Instagram Papua Future Project
Instagram Papua Future Project
"Love Language yang dikasih sama anak-anak pada saat mengajar itu selalu menjadi motivasi terbesar aku untuk terus berkontribusi," Bhrisco Jordy Dudi Padatu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun