Mohon tunggu...
Fitriana
Fitriana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sedang mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Banyaknya Dispensasi Nikah yang Dilakukan Pelajar pada Tahun 2022 di Indonesia

7 Juni 2023   21:33 Diperbarui: 7 Juni 2023   22:06 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pernikahan pada usia yang masih belia, terutama di kalangan pelajar, telah menjadi perhatian serius di Indonesia, dan memunculkan pertanyaan apakah ini mengindikasikan kurangnya pendidikan agama islam yang memadai atau kurangnya peran orang tua dalam menjalankan tugas mereka?

Dalam Islam, pendidikan agama memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan perilaku individu. Namun, di tengah perkembangan sosial dan budaya yang semakin kompleks, terlihat adanya tantangan dalam memberikan pendidikan agama yang memadai kepada generasi muda. Pendidikan agama Islam yang hanya berfokus pada aspek-aspek teoritis tanpa memahami konteks kehidupan sehari-hari sering kali tidak dapat menjangkau para pelajar secara efektif. Oleh karena itu, kurangnya pendidikan agama yang relevan dan aplikatif menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemahaman dan perilaku pelajar terkait pernikahan.

Selain itu, peran orang tua juga sangat penting dalam membimbing anak-anak mereka. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk memberikan pemahaman yang benar tentang agama Islam, termasuk mengenai larangan berpacaran yang diatur dalam Al-Qur'an. Kurangnya peran orang tua dalam memberikan pemahaman yang baik dan memberikan pengawasan yang tepat kepada anak-anak mereka dapat menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan pelajar untuk melakukan dispensasi nikah.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Al-Mundzir, ditegaskan pentingnya mengajarkan ketaatan kepada Allah, takut akan berbuat maksiat, serta mengarahkan anak-anak untuk taat pada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Hal ini dianggap sebagai langkah perlindungan bagi mereka dan orang tua dari api neraka.

,

Artinya:

"Ajarkanlah mereka untuk ta'at kepada Allah dan takut berbuat maksiat kepada Allah serta suruhlah anak-anak kamu untuk menaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Karena itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka." (HR. Ibn Jarier dan Ibnu Al-Mundzir)

Dalam hadis tersebut dapat diketahui beberapa tugas dan tanggung jawab orang tua yang dapat ditarik sebagai berikut:

Mengajarkan ketaatan kepada Allah

Salah satu tugas utama orang tua adalah mengajarkan anak-anak mereka untuk taat kepada Allah. Ini mencakup pengajaran tentang ajaran agama, pemahaman tentang keimanan, dan praktik ibadah yang benar. Orang tua harus menjadi contoh yang baik dan membimbing anak-anak mereka dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran agama dengan tepat.

Mendorong takwa dan menjauhi maksiat

Orang tua bertanggung jawab untuk menginspirasi anak-anak mereka untuk takut berbuat maksiat kepada Allah. Mereka harus memberikan pemahaman yang jelas tentang akibat-akibat negatif dari perilaku yang melanggar aturan agama. Dengan memperkuat kesadaran takwa, orang tua dapat membantu anak-anak mereka menjauhi perilaku yang merugikan dan mendekatkan diri kepada Allah.

Menuntun anak-anak untuk menaati perintah dan menjauhi larangan

Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan anak-anak mereka agar menaati perintah-perintah agama dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Ini melibatkan pengajaran nilai-nilai moral, etika, dan tata cara hidup yang sesuai dengan ajaran agama. Orang tua harus memberikan pemahaman yang baik tentang konsep-konsep tersebut dan menginspirasi anak-anak mereka untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mencegah godaan dan nafsu duniawi

Salah satu aspek penting dalam tafsir hadis ini adalah pentingnya menjauhi godaan dan nafsu duniawi yang dapat membawa pada tindakan yang melanggar aturan agama. Orang tua harus memainkan peran aktif dalam membimbing anak-anak mereka untuk menghindari perilaku dan lingkungan yang dapat menggoda mereka menjauhi ketaatan kepada Allah. Ini melibatkan pengawasan yang cermat dan memberikan pemahaman tentang nilai-nilai yang benar.

Dengan menjalankan tugas dan tanggung jawab ini, orang tua diharapkan dapat melindungi anak-anak mereka dan diri mereka sendiri dari api neraka. Melalui pendidikan agama yang baik, pengajaran nilai-nilai moral, dan keteladanan yang benar, orang tua dapat membantu membentuk karakter dan perilaku anak-anak mereka sesuai dengan ajaran Islam.

Dalam Surah Al-Isra ayat 32 juga menyebutkan larangan berpacaran secara bebas,

Artinya:

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk."(QS. Al-Isra ayat 32).

Ayat ini selain menyebutkan larangan berpacaran secara bebas juga menekankan pentingnya menjaga batas-batas dalam hubungan dengan lawan jenis. Larangan ini bertujuan untuk melindungi kesucian dan moralitas individu, serta mencegah terjadinya perbuatan terlarang yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Untuk meminimalisir hal yang sama terjadi diperlukan pendekatan yang holistik dan sinergi antara lembaga pendidikan, masyarakat, dan keluarga. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

Penguatan pendidikan agama

Lembaga pendidikan, baik sekolah maupun pesantren, perlu meningkatkan pendidikan agama yang relevan, aplikatif, dan kontekstual. Pendidikan agama yang mengintegrasikan nilai-nilai moral, etika, serta pemahaman tentang hubungan antara agama dan kehidupan sehari-hari akan memberikan landasan yang kuat bagi pelajar dalam mengambil keputusan yang benar.

Peran orang tua yang aktif

Orang tua harus secara aktif terlibat dalam memberikan pendidikan agama kepada anak-anak mereka. Mereka perlu memberikan pemahaman yang baik tentang larangan berpacaran dan menjelaskan konsekuensi dari tindakan yang melanggarnya. Selain itu, pengawasan yang tepat dan komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak sangat penting untuk mencegah praktik dispensasi nikah pada usia yang masih belia.

Penguatan peran masyarakat

Masyarakat juga memiliki peran penting dalam memberikan dukungan dan pemahaman yang benar tentang agama Islam kepada generasi muda. Melalui kegiatan sosial, keagamaan, dan penyuluhan yang tepat, masyarakat dapat membantu memperkuat pendidikan agama dan mempromosikan kesadaran akan pentingnya menjaga batas-batas dalam hubungan antara pria dan wanita.

Penyediaan sumber daya dan dukungan

Pemerintah dan lembaga terkait harus menyediakan sumber daya dan dukungan yang memadai dalam bentuk program pendidikan agama yang berkualitas, pelatihan bagi pendidik dan orang tua, serta kampanye publik yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pendidikan agama yang benar.

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama yang berkualitas dan menjaga generasi muda dari praktik dispensasi nikah yang tidak tepat, semua pihak harus saling bekerja sama. Pendidikan agama yang kuat, peran orang tua yang baik, dan dukungan masyarakat yang mendukung akan menjadi pondasi penting untuk menciptakan lingkungan yang memadai bagi perkembangan spiritual dan moral pelajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun