Mohon tunggu...
Fitria Maulidah
Fitria Maulidah Mohon Tunggu... Politisi - S1 ILMU POLITIK UNNES/ BEM KM UNNES

Publik Speaker dan Organisasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Populasi Anak Tidak Sekolah di Kota Semarang Serta Implikasinya Terhadap Bonus Demografi

12 Juni 2024   16:30 Diperbarui: 12 Juni 2024   16:33 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Semarang, Jawa Tengah- Masalah anak tidak sekolah terus menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Semarang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Semarang tahun 2023, sekitar 6,5% anak usia sekolah di kota ini tidak mengenyam pendidikan formal. Faktor-faktor seperti keterbatasan ekonomi, masalah keluarga, dan kurangnya akses ke fasilitas pendidikan menjadi penyebab utama dari permasalahan ini.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini adalah melalui inisiatif swadaya masyarakat seperti Rubbik School. Rubbik School, yang didirikan pada tahun 2008 oleh Eko Srirahayu (dikenal sebagai Keyko), merupakan sebuah ruang belajar yang ditujukan bagi anak-anak kurang mampu di Kota Semarang. 

Sekolah ini sebelumnya bernama Indoshelter dan terletak di Jalan Delikrejo, Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang. Nama "Rubbik" adalah akronim dari Rumah Belajar Bermain Inspiratif dan Kreatif, mencerminkan visi tempat ini sebagai wadah yang nyaman bagi anak-anak untuk belajar dan berinteraksi tanpa tekanan.

Di Rubbik School, anak-anak diberi kebebasan untuk memilih kegiatan yang ingin mereka lakukan, baik itu bermain, belajar, atau sekadar beristirahat. Pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak secara holistik, terutama bagi mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi yang sulit. 

Delikrejo, tempat sekolah ini berada, dikenal sebagai perkampungan yang awalnya merupakan tempat persembunyian bagi preman dari daerah Tawang yang dikejar polisi. Kini, kawasan ini telah berkembang menjadi pemukiman dengan populasi yang didominasi oleh mantan preman.

Bonus Demografi dan Implikasinya

Indonesia saat ini berada dalam periode bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan usia non-produktif. 

Bonus demografi ini memberikan peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi. Namun, potensi ini hanya dapat dimanfaatkan jika penduduk usia produktif memiliki keterampilan dan pendidikan yang memadai.Masalah anak tidak sekolah menjadi hambatan signifikan dalam mengoptimalkan bonus demografi ini. 

Anak-anak yang tidak mengenyam pendidikan formal akan kesulitan untuk berkompetisi di pasar kerja, yang pada gilirannya akan menurunkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. 

Oleh karena itu, inisiatif seperti Rubbik School sangat penting dalam memastikan setiap anak mendapatkan akses pendidikan yang layak, sehingga mereka dapat berkontribusi secara maksimal dalam pembangunan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun