Mohon tunggu...
Fitri Alfia Ardi
Fitri Alfia Ardi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi Pascasarjana

Nganjuk pada bulan Januari, 24 tahun lalu...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Esensi Magang: Ambil Pengalaman, Relasi, atau Upahnya

1 November 2021   17:05 Diperbarui: 1 November 2021   17:54 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Tulisan ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi saya, mohon maaf bila ada salah kata.

Magang... Yah kalau di masa pandemi ini sepertinya kita sudah tidak asing lagi dengan istilah Magang/Internship. Bukan hanya karena magang bisa dilakukan dari rumah (WFH), namun program pemerintah Kampus Merdeka juga membuka peluang besar bagi para mahasiswa.

Umumnya magang dilakukan di Instansi pemerintah atau kantor dinas atau di perusahaan-perusahaan besar, tapi tidak sedikit pula yang mencoba magang di kantor desa. Bahkan sekarang konten kreator, pebisnis, hingga start up dapat membuka lowongan magang.

Terlepas dari semua itu, mahasiswa memiliki alasan masing-masing untuk mengikuti magang. Beberapa alasan paling umum adalah mencari pengalaman dan relasi.

Hampir semua mahasiswa menginginkan magang yang sesuai dengan jurusannya, agar ilmu praktek yang diperoleh dapat mendukung teori yang telah didapatkan dari bangku kuliah.

Namun tak sedikit pula mahasiswa yang menyelam sambil minum air. Mencari peluang agar kelak ketika lulus dapat bekerja di tempat yang pernah dia gunakan untuk magang tersebut (that's a good fact, dan ini adalah salah satu tujuan para mahasiswa visioner yang sudah merancang masa depannya).

Tak ada yang salah dengan semua itu, mahasiswa harus mendapatkan ilmu dan pengalaman secara bersamaan. Syukur kalau ada peluang.

Dan terakhir, syukur juga kalau dapat upah. Namun sebenarnya bagaimana sih pengaturan upah untuk anak magang? Apakah ada kewajiban bagi penyelenggara untuk memberi upah anak magang?.

Dikutip dari kompas.com (Apakah peserta magang atau internship harus dibayar?), bahwa sebenarnya upah adalah salah satu hal yang menjadi hak bagi peserta magang, ditinjau dari Permenaker 6/2020. 

Sehingga hal ini menjadi kewajiban bagi pihak penyelenggara magang. Dan untuk besarannya diatur sesuai perjanjian antara kedua belah pihak.

Lantas bagaimana dengan pengalaman saya dulu?

Saya magang atas kehendak sendiri. Jadi pada saat itu memang tempat saya magang juga tidak sedang membuka lowongan, hanya saja saat itu mereka menerima pengajuan magang.

Sebelum memulai magang pun kami tidak ada negosiasi dan perjanjian soal upah. Karena mungkin saya yang terlalu awam (dan juga sungkan bila berbicara tentang uang) dan saya pikir magang ini saya yang butuh. Lalu rencana awal magang hanya satu bulan (meski kenyataannya saya perpanjang sampai 3 bulan).

Jadi memang di awal tidak ada perjanjian secara lisan dan tulisan mengenai upah.

Tapi menariknya, disana saya dan teman saya sesama anak magang mendapat perlakuan yang sangat baik. Bapak Ibu karyawan disana sangat memperhatikan kami, bahkan tak jarang membelikan kami makan siang atau kalau tidak biasanya ada salah satu karyawan yang mentraktir minum semua orang di bagian tersebut termasuk kami.

Diluar itu mungkin beberapa karyawan yang merasa terbantu dengan kinerja kami akan memberi kami uang saku/uang bensin karena telah membantu menyelesaikan pekerjaannya.

Itu semua hanyalah bonus bagi kami, yang terpenting adalah bagaimana kami tahu sebuah sistem itu bekerja. Bagaimana suatu pekerjaan ternyata berbeda dari apa yang kami bayangkan sebelumnya. 

Jadi, untuk teman-teman mahasiswa yang berencana untuk magang alangkah baiknya menyusun pertanyaan atau mendiskusikan terlebih dahulu dengan dosen ataupun pimpinan tempat tujuan kita magang (setelah lamaran magang di acc pastinya). 

Apa-apa saja yang harus dilakukan dan apa-apa saja yang menjadi tuntutan. Saya paham betul bagaimana perasaan mahasiswa ketika dihadapkan langsung pada sebuah keadaan hingga timbul lah hal-hal yang mungkin tidak diinginkan di tengah-tengah perjalanan.

Dan bagian yang paling penting menurut pandangan saya adalah, mahasiswa harus dipandang sebagai seorang pemuda penuh semangat yang akan memperbaiki generasi kita, sehingga kita sebagai orang yang dimintai pertolongan hendaknya memberikan apa-apa yang memang dibutuhkan, dan berilah penghargaan atas bantuan yang mereka berikan untuk menyelesaikan sebagian kecil tugas kita (jangan lupa kalau tugas tersebut yang membuat kita digaji).

Dan jangan pandang mahasiswa sebagai anak kecil yang datang hanya karena tuntutan.

Oleh karena itu, bagi para mahasiswa haruslah selalu berhati-hati dan pahami sekitarmu. Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun