Mohon tunggu...
Fitri Alfia Ardi
Fitri Alfia Ardi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi Pascasarjana

Nganjuk pada bulan Januari, 24 tahun lalu...

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

"Language Shock" di Jawa Timur

14 September 2021   20:28 Diperbarui: 14 September 2021   20:30 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Saya berasal dari salah satu kota di Jawa Timur, kemudian mendapat kesempatan untuk tinggal selama beberapa tahun di Surabaya, yang notabenenya masih berada di Jawa Timur. Namun perbedaan yang kontras pernah saya rasakan, terutama dalam hal berbahasa. Namun perbedaan ini cukup menyenangkan, bahkan saya dengan teman-teman pernah membahas dan menertawakan hal ini bersama-sama.

Saya menyebutnya sebagai "language shock". Yap, keadaan dimana saya harus sedikit berpikir tentang apa yang sedang dibicarakan teman saya. 

Ketika di Surabaya saya memiliki banyak teman yang berasal dari berbagai daerah, seperti Lamongan, Sidoarjo, Gresik, Jombang, bahkan ada yang dari luar pulau Jawa. Suasana toleransi sangat kental saya rasakan pada saat itu. 

Jujur saja, saya sedikit kesulitan ketika berbicara dengan teman dari luar pulau,  karena saya tidak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia di kehidupan sehari-hari sebelumnya. 

Sehingga saya kerap menggabungkan bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa. Terlebih bila teman saya berbicara menggunakan logatnya, saya pasti harus berpikir sejenak.

Namun hal yang membuat saya tertawa ketika mengingatnya adalah saat dimana saya berkomunikasi dengan teman-teman yang sama-sama dari Jawa Timur. Awalnya kami tidak pernah mengungkapkan perbedaan pemahaman dalam berbahasa, namun suatu hari kami berkumpul dan tidak sengaja membahas bahasa dari kota masing-masing.

Teman saya yang dari Lamongan mengatakan bahwa pada awalnya dia tidak mengerti ketika saya bilang "gung". Gung adalah bahasa yang sering saya gunakan untuk mengatakan "belum". Karena mereka menggunakan kata "durung" untuk itu.

Selain itu saya sangat suka kata "mene". Di Surabaya secara umum "mene" berarti besok. Kemudian ada kata "nyelang" yang artinya meminjam. "yaopo/yoopo" yang artinya bagaimana. 

Dan yang sangat populer adalah kata "kon" yang artinya "kamu". Namun kata ini setahu saya hanya digunakan ketika berbicara dengan teman akrab, karena sedikit kurang cocok jika digunakan kepada sembarang orang.

Kemudian kata yang wajar menurut saya tapi aneh menurut teman saya adalah kata "bolo". Di daerah saya bolo berarti teman. Namun ketika saya mengatakan itu dengan teman saya yang dari Gresik, dia menjawab "loh emang kamu mau berantem ta sama dia?". Saya tidak tahu, apa mungkin maksud mereka bolo itu musuh ya.

Di kelas juga saya pernah diledek oleh teman saya yang mengatakan kalau orang di daerah saya kerap mengatakan "he'eh" yang berarti iya. Dan memang benar seperti itu adanya. Kami menggunakan kata "he'eh", dan itu sangat populer ketika kami berada di antara orang-orang dari luar daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun