Keterbatasan bukan halangan. Ia adalah jalan tumbuhnya ide-ide cemerlang nan aksi yang besar.
Siapa yang tidak kenal dengan Pulau Bali? Minimal pasti ada yang pernah mengunjunginya, entah di masa sekolah atau ketika liburan bersama keluarga. Tapi, Bali tidak hanya dikenal dengan destinasinya yang bejibun, lho. Pulau ini juga dikenal dengan julukan Pulau Seribu Pura.Â
Tentu, mengingat agama Hindu menjadi agama yang dianut sebagian besar masyarakatnya. Namun, tahukah kita bahwa ternyata umat Islam juga menjadi populasi yang besar di sini. Terdapat banyak lembaga pendidikan Islam yang menjadi wadah umat Islam agar terus belajar, baik berupa TPA/TPQ, sekolah, dan pondok pesantren.
Sayangnya, situasi pandemi Covid-19 yang sempat berstatus tinggi sejak 2020 menghalangi aktivitas pembelajaran siswa dari segala jenjang pendidikan. Akibatnya, pembelajaran menjadi tidak kondusif karena semuanya dijalankan secara daring. Imbasnya, nilai mata pelajaran dan pemahaman siswa akan materi tidak sesuai harapan.Â
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) dengan program rutinnya berupa KKN-Terpadu Mandiri 2021 turut mengambil peran untuk menjadi solusi permasalahan ini. Dengan konsepnya yang bisa dijalankan di daerah masing-masing, saya menjadi salah satu pesertanya.Â
Dengan mengambil mitra KKN sebanyak dua orang, saya memfokuskan program ini pada bidang AIK (Al-Islam dan Kemuhammadiyahan) di mana program kerjanya mengambil dua poin berupa pengajaran bahasa Arab dan Al-Quran. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua bulan mulai dari 1 September. Dua materi ini menjadi titik kesulitan yang dialami mitra. Maka, saya ikut andil dalam membimbing dan mengajari mitra di dua hal tersebut.
Dalam proses kegiatannya, kami awali dengan menambah kosakata terlebih dahulu. Tidak hanya dengan metode dengar-ucap, saya juga menggunakan media flashcard agar suasana belajar menjadi lebih menyenangkan. Mitra dapat merasakan bermain sambil belajar dan mampu menghafal kosakata lebih banyak. Di samping itu kami juga mengerjakan soal bersama, belajar memasang kata tunjuk dan kata ganti dalam kalimat yang sesuai, dan membedakan mana kata benda bentuk mudzakkar dan muannats.Â
Lalu, bagaimana dengan belajar Al-Quran? Di sini saya menggunakan papan sederhana untuk membantu saya menjelaskan bagaimana tata cara penulisan huruf hijaiyah yang benar. Ini sangat membantu sekaligus mengurangi interaksi mitra dengan gawai (gadget). Kami juga tetap bisa melakukan simak hafalan Al-Quran, diselingi kuis menyambung ayat, tebak nama surat dan jumlah ayat, dan ada selingan pembelajaran fikih dan akhlak.
Kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap Jumat-Minggu ini memberikan dampak positif bagi mitra. Mitra tak lagi kesulitan belajar, tak gampang jenuh, juga bersemangat bila ada yang membimbing. Apalagi dengan beberapa media yang tersedia membuat mitra tak merasa tertekan saat belajar. Saya pun merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari pengabdi dengan adanya kegiatan ini.
Kalau mereka saja semangat belajarnya, masa' kita tidak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H